Monday, May 22, 2017

diary kuliah HAM, Advokasi, dan Pembangunan 9 mei 2017

Perkuliahan Ham, Advokasi dan Pembangunana pada tanggal 9 Mei 2017 meneruskan presentasi minggu lalu yang membahas buku Peter Uvin tentang Human Right and Development.  Apabila pada pertemuan minggu lalu membahas Part I tentang Some Debates Of Relevance To The Development Practitioner bagian 1 Background. Kali ini membahas Part II tentang Human Rights in the Practice of Development Bagian The Basics.
Kelompok yang mendapat giliran pertama maju ialah kelompok Danar, yang beranggotakan 5 orang. Namun hanya Danar saja yang hadir. Terlihat bingung sih, namun Danar tetap maju walaupun hanya membaca. Presentasi yang dilakukan Danar tidak lama. Kemudian dilanjutkan kelompok Adoy, sapaan untuk Anggita Yoda. Yang beranggotakan Safira dan Girza. Sepertinya ada anggota kelompok lain yang tidak hadir, makanya mereka hanya bertiga. Diantara mereka bertiga yang mendapat nilai tinggi adalah Adoy, yaitu A-.
Presentasi kelompok sempat terhenti karena Pak Rahman mengabsen kehadiran mahasiswa. Beliau juga sempat mengkomplain isi blog kami, pasalnya apa yang kami tulis di blog tidak sesuai dengan apa yang Ia inginkan. Banyak diantara kami menggerutu karna menganggap bahwa apa yang sudah ditulis sudah sesuai dengan keinginana beliau, yaitu ringkasan materi  perkuliahan. Namun dosen meminta agar isi dari blog kami bukan seperti itu, melainkan diary tentang kejadian apa saja yang yang terjadi dalam perkuliahan.
Pak Rahman juga sempat membahas blog saya, beliau bilang bahwa saya copy paste dari materi yang Ia berikan. Padahala apa yang saya tulis bukan copy paste, bahkan saya tidak membuka sedikitpun materi berbahasa Indonesia yang beliau berikan. Sumber saya hanya dari bahan berbahasa inggris yang di translate oleh anggota kelompok dan apa yang beliau bahas di kelas. Saya juga sempat memperdengarkan rekaman saya pada perkuliahan saya kemaren yang berisi suara Pak Rahaman, agar Pak Rahman percaya bahwasanya saya tidak copy paste seperti apa yang beliau bilang. Alhasil, saya hanya diberi nilai B dari blog.
Setelah membahas isi blog, presentasi dilanjutkan oleh kelompok Nisa, Ayu, Erdiya, dan Randi. Anggota kelompok mereka kurang satu orang, yaitu Terrizqo. Setelah kelompok mereka kelompok saya pun mau, kelompok saya beranggotakan Saya, Jojo, Oppy sama Renta. Kelompok kami beranggotakan lima orang, namun hanya empat yang masuk kuliah, minus Bagas karena sakit. Namun saya kurang  nyimak berapa nilai kelompok kami karena suasana kelas mulai gaduh, mahasiswa mulai ngobrol sendiri-sendiri.
Pak Rahman juga memberitahukan bahwa blog milik Iqbal, Danar, Hadi, dan Randi masih kosong alias tidak ada isinya. Majulah mereka mengkonfirmasi hal tersebut ke Pak Rahman. Setelah itu kelompok terakhir yang maju adalah kelompok Eva, yang beranggotakan Danti, Rahmaawati, Rahmalia, devi, dan Elisa. Yang menerangkan cukup ekspresif dan jelas adalah Eva, pantas saja dia mendapat nilai A- yang tadinya B+, dan Danti mendapat B+ yang tadinya B saja.
Kelompok tadi menjadi penutup presentasi pada hari ini, dan dilanjutkan ceramah oleh Pak Rahman.
Intisari bahasan tentang Human Rights in the Practice of Development
Secara historis, HAM dan pembangunan adalah dua hal yang terpisah. Walaupun ada wacana penggabungan namun itu bukanlah sebuah keharusan melainkan pilihan. Karena tidak adanya desakan tentang wacana HAM maka masyarakat mencari jalan sendiri untuk mendapatkan haknya yaitu  dengan cara mencari jalan yang menguntungkan bagi dirinya. Karena belum dikaitkannya HAM dan pembangunan maka yang menjadi pertimbangan suatu Negara investasi ke Negara lain adalah Negara tersebut aman atau tidak. Apakah Negara tersebut demoratis atau tidak demokratis.
Pada awalnya Negara yang memikirkan demokratis atau tidak demokratisnya suatu negaralebih memilih kerjasama dengan Negara yang tidak demokratis atau otoriter karena tidak dipersoalkan dengan hal-hal tentang HAM. Pada perkembangannya berubah menjadi bekerjasama dengan Negara yang demokratis, karena adanya desakan-desakan dari Negara yang sadar akan demokratisasi.
Pada awal 1990-an ada perubahan pemikiran untuk mengaitkan HAM dan pembangunan. Ada 3 faktor untuk meningkatkan HAM dan pembangunan
1.      Pada akhir perang dingin banyak Negara berkembang yang memerdekakan diri dan menjadi anggota PBB (1945-1960). Banyak Negara memisahkan diri dari Negara induknya. Akibat dari  memisahkan diri maka Negara membutuhkan pembangunan. Sementara disisi lain mereka membutuhkan dana untuk teknologi, dll yang hanya dimiliki Negara tertentu. HAM menjadi persyaratan.
2.      Muncul sejumlah intelektual dalam hal ini pembangunan masyarakat. Segala resiko yang ada didalam pembangunan. Contoh resiko apabila pendirian maka harus memperhatikan dampak secara social seperti penggusuran.
3.      Banyak orang-orang radikal dimasyarakat yang menginginkan pendefinisian ulang tentang HAM yang harus dikaitkan dengan pembangunan.
Dengan demikian, HAM selalu diintegrasikan dalam proyek pembangunan. Namun tidak mudah, ternyata perubahan mainset setiap butuh proses. Ada tahap dalam merubah agar pembangunan bersinergi dengan HAM.
1.      Melakukan pendekatan dengan penguasa (status quo). Memberikan pengetian tentang pentingnya HAM dan pembangunan.
2.      HAM menjadi syarat politik. Ancaman apabila Ham tidak dilakukan maka pembangunan tidak akan diijinkan.
3.      Memasukkan HAM kedalam struktur Negara. Contoh komnas HAM.
4.      HAM dilaksankan lebih massiv sehingga tidak ada lagi pembangunan yang tidak menggunakan HAM.
Incorporation Rethorical
Walaupun wacana Ham dan pembanguna n sudah berkembang, namun HAM hanya dijadikan retorika atau pemanis, buktinya HAM hanya diberikan kepada korban HAM. Belum sampai pada kondisi ideal dimana ada kekuatan langsung yang diberikan untuk mencegah terjadinya pelanggaran (tidak ada upaya preventif atau pencegahan).
Sesi diskusi
Pertanyaan dari: Gugun Gunaedi
Kenapa pemerintah harus menggunakan aparat bersenjata untuk melanggengkan keuasaannya??
Jawaban dari Pak Rahman
Ormas merupakan organisasi yang dibentuk oleh pemerintah. Ormas juga dijadikan alat untuk melanggengkan kepentingan pemerintah. Akhirnya tersisa masyarakat sipil dan masyarakat sipil yang rebut. Berdasakan tulisan diatas bahwa sejak tahun 1990-an HAM dalam pembangunan akan sulit dilaksanakan. Akhirnya tujuan HAM hanya untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang lebih tinggi lagi.


No comments:

Post a Comment