Saturday, February 20, 2016

Cara Menulis Yang Baik dan Benar



I
PENDAHULUAN


Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan.
A.    Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya
Menurut bobot isinya karangan ada tiga, yaitu:
1.      Karangan ilmiah adalah tulisan/karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis, antara lain laporan, makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
Ciri tulisan/karangan ilmiah:
a.       faktual objektif  
faktanya sesuai dengan objek yang diteliti; harus dilakukan dengan pengamatan atau empirik; sikap jujur dan tidak memihak; memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran yang subjektif (selera perseorangan).
Objektivitas inilah yang membuat kebenaran ilmiah harus berlaku umum dan universal. Dengan kata lain, siapa saja yang memakai alat dan kondisi yang sama akan memperoleh hasil yang sama dengan yang diperoleh.
b.      metodis dan sistematis
dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
c.       menggunakan ragam bahasa ilmiah
d.      dituntut adanya
1)      persyaratan material (isi), mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan/sasaran penulisan, alinea/paragraf yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan.
2)      persyaratan formal, mencakup tata bentuk karangan, yaitu: (1) preliminaries (halaman-halaman awal) yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran); (2) main body (isi utama) yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup; (3) reference matter (halaman-halaman akhir) yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis.
Pada karangan ilmiah populer, bagian preliminaries tidak ada, langsung merupakan bagian isi, boleh memakai kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
e.       analisis
muara dari kegiatan menganalisis adalah membuat simpulan, yaitu penilaian yang objektif tentang permasalahan. Analisis merupakan bagian terbesar dari seluruh karangan. Analisis tidak hanya mengolah kata dan kalimat, tetapi membedah makna berdasarkan sudut pandang tertentu.
2.      Karangan semiilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif, antara lain artikel, editorial, opini, feature, tips, dan reportase.  Dapat berupa sesuatu yang abstrak dan subjektif, seperti ilusi, imajinasi, atau emosi.
3.      Karangan nonilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada aturan yang baku, antara lain anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

B.     Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan Tujuan Penyampaiannya
1.      Deskripsi (pelukisan) adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.
a.       Pendekatan realistis
b.      Pendekatan impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif.
2.      Narasi (pengisahan) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.
a.       Narasi ekspositoris/narasi faktual, bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Contoh: kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita tentang peristiwa pembunuhan.
b.      Narasi sugestif/narasi berplot, narasi yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayal. Contoh: novel dan cerpen.
3.      Eksposisi (paparan) merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.
4.      Argumentasi (pembahasan) bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar menerima/mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.
Ciri:
a.       Mengemukakan alasan/bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
b.      Mengusahakan pemecahan suatu masalah.
c.       Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian.
5.      Persuasi (pengajakan) adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan atau pun perasaan seseorang.
Ditinjau dari segi media pemakaiannya ada empat macam, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi propaganda.
6.      Campuran (kombinasi).







II
BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
Bahasa adalah (1) sistem lambang bunyi yang arbitrer (manasuka), yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; (2) percakapan atau perkataan yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun (KBBI, 2003).
A.    Ragam Bahasa
Corak atau ragam bahasa yang akan dipakai seseorang untuk mengomunikasikan sesuatu tergantung pada tiga hal berikut ini.
1.   Cara berkomunikasi: lisan atau tertulis
Cara berkomunikasi ini melahirkan dua ragam utama dalam berbahasa, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.
Keunggulan dan Kelemahan Berkomunikasi Secara Lisan dan Tertulis
            Cara Berkomunikasi
Keunggulan
Kelemahan


Secara lisan
1) berlangsung cepat
2) sering dapat berlangsung   tanpa alat bantu
3)  kesalahan dapat langsung dikoreksi
4) dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka
1) tidak selalu mempunyai bukti autentik
2) dasar hukumnya lemah
3) sulit disajikan secara matang/bersih
4) mudah dimanipulasi


Secara tertulis
1) mempunyai bukti autentik
2) dasar hukumnya kuat
3) dapat disajikan lebih matang/bersih
4) lebih sulit dimanipulasi
1) berlangsung lambat
2) selalu memakai alat bantu
3) kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
4) tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka
2.   Cara pandang penutur terhadap mitra komunikasinya
Sebelum menentukan pilihan ragam yang akan dipakai, seorang penutur akan melihat dahulu apakah mitranya itu sedaerah/satu suku dengannya atau tidak; apakah mitranya itu orang yang perlu dihormati atau tidak; dan bagaimana pendidikannya, rendah atau tinggi? Cara pandang ini mengakibatkan timbulnya ragam kedaerahan/dialek (dipakai jika penutur dan mitranya berkomunikasi berasal dari suku/etnik yang sama), ragam terpelajar, ragam resmi/baku (dipakai jika para penutur dan mitranya multietnik atau suasana berubah), dan ragam takresmi/nonbaku (dipakai jika penutur melihat mitranya sebagai orang biasa yang tidak perlu “dihormati” dan pendidikan atau status sosial mitranya juga tidak tinggi). Jadi, penetapan pilihan ragam yang dipakai tergantung pada situasi, kondisi, serta bentuk hubungan antarpelaku dalam berkomunikasi.
Contoh:
Ragam
Contoh
Lisan takresmi
Tulis formal
Dialek (Betawi)
Terpelajar
Resmi
Takresmi
Sudah saya baca buku itu.
Saya sudah membaca buku itu.
Gue udah baca itu buku.
Saya sudah membaca buku itu.
Saya sudah membaca buku itu.
Saya sudah baca buku itu.

3.      Topik yang dibicarakan/dituliskan
Pembicaraan tentang topik tertentu mengakibatkan terbentuknya ragam bahasa yang mempunyai ciri khas sesuai dengan bidang topik yang dibicarakan, misalnya ragam hukum, ragam bisnis, ragam sastra, dan ragam kedokteran.
Contoh:
                  Ragam           
Bidang
Sifat
Nonilmu (Nonilmiah)
Ilmu (Ilmiah)
Hukum

Bisnis
Sastra

Kedokteran
Dia dihukum karena melakukan penipuan dan penggelapan.
Setiap agen akan mendapat potongan khusus.
Jalan cerita sinetron itu membosankan.
Ayan bukan penyakit menular.
Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.
Setiap agen akan mendapat rabat khusus.
Alur sinetron itu membosankan.
Epilepsi bukan penyakit menular.


B.     Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.      Cendekia
Bahasa Indonesia itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu membentuk pernyataan yang tepat dan saksama.
2.      Lugas dan jelas
Bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas.


3.      Menghindari kalimat pragmentaris
Kalimat pragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat ini terjadi antara lain karena adanya keinginan penulis mengungkapkan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang akan diungkapkan.
4.      Bertolak dari gagasan
Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif.
5.      Formal dan objektif
Sifat formal dan objektif ditandai antara lain oleh pilihan kosa kata, bentuk kata, dan struktur kalimat. Kosa kata yang digunakan bernada formal dan kalimat-kalimatnya mengandung unsur yang lengkap.
6.      Ringkas dan padat
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hermat.
7.      Konsisten
Ditampakkan pada penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah yang sesuai dengan kaidah yang semuanya digunakan secara konsisten.























III
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI, 1999: 250).
Ejaan mencakup:
A.    Pemakaian Huruf
1.      Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A   a
B   b
C   c
D   d
E    e
F    f
G   g
H   h
I     i
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
J     j
K   k
L    l
M   m
N   n
O   o
P    p
Q   q
R   r
Je
Ka
El
Em
En
O
Pe
Ki
er
S     s
T     t
U    u
V    v
W   w
X    x
Y    y
Z    z
Es
Te
U
Ve
We
Eks
Ye
zet

2.      Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
a
e*

i
o
u
api
enak
emas
itu
oleh
ulang
padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
3.      Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
b
c
d
f
g
h
j
k

l
m
n
p
   q**
r
s
t
v
w
   x**
y
z
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
   --
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
   --
payung
lazim
adab
           --
abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
bapak*
kesal
diam
daun
siap
  --
putar
lemas
rapat
  --
  --
  --
  --
juz

*           Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
**    Khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
4.      Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
ai
au
oi
ain
aula
  --
syaitan
saudara
boikot
pandai
harimau
amboi

5.      Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
kh
ng
ny
sy
khusus
ngilu
nyata
syarat
akhir
bangun
hanyut
isyarat
tarikh
senang
   --
   --

6.      Pemenggalan Kata
a.       Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1)      Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah.

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la          bukan  a-u-la
sau-da-ra   bukan  sa-u-da-ra
am-boi       bukan  am-bo-i
2)      Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
3)      Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan-huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
4)      Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las
b.      Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya diitulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
1)      Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
2)      Akhiran -i tidak dipenggal.
3)      Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
c.       Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah a1), 2), 3), dan 4) di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
kilo-meter, ki-lo-me-ter
pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

B.     Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1.      Huruf Kapital atau Huruf Besar
a.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?

b.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Kemarin engkau terlambat,” katanya.

c.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
d.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.

e.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

f.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Ampere, Halim Perdanakusumah

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

g.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata keturunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan

h.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, hari Senin, Perang Candu

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

i.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon

j.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Nomor 57

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik, menurut undang-undang yang berlaku

k.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

l.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan , yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

m.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr.       doktor
M.A.    master of arts
Tn.       tuan
Sdr.      saudara

n.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

o.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Surat Anda telah kami terima.

2.      Huruf Miring
a.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan, surat kabar Suara Karya

b.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

c.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.

Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

C.    Penulisan Kata
1.      Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Buku itu sangat tebal.


2.      Kata Turunan
a.       Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan

b.      Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan

c.       Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
d.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati, antarkota, semiprofesional, inkonvensional, ultramodern, telepon

Catatan:
(1)   Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
(2)   Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

3.      Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, tukar-menukar, besar-besaran, gerak-gerik, berjalan-jalan

4.      Gabungan Kata
a.       Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, mata pelajaran, model linear, simpang empat, orang tua
b.      Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya:
alat pandang-dengar, watt-jam, orang-tua muda, ibu-bapak kami

c.       Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali, bagaimana, darmabakti, hulubalang, kilometer, manakala, segitiga

5.      Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

6.      Kata Depan di, ke,dan dari
Kata Depan di, ke,dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai suku kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
7.      Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

8.      Partikel
a.       Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Apakah yang tersirat dalam suratitu?
Apatah gunanya bersedih hati?


b.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.




Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

c.       Partikel per yang berarti ‘mulai’,’demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.

9.      Singkatan dan Akronim
a.       Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1)      Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
M.B.A.      master of business administration
Bpk.          bapak
Kol.           kolonel

2)      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
DPR          Dewan Perwakilan Rakyat
PT              Perseroan terbatas
KTP           kartu tanda penduduk

3)      Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb.           dan sebagainya
dst.                        dan seterusnya
hlm.           halaman
sda.            sama dengan atas
Yth.           Yang terhormat

Tetapi:
a.n.                        atas nama
d.a.                        dengan alamat
u.b.            untuk beliau
u.p.            untuk perhatian

4)      Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu             kuprum
kg              kilogram
Rp             rupiah

b.      Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kta, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1)      Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI        Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN          Lembaga Administrasi Negara
SIM           surat izin mengemudi
2)      Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Akabri       Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Sespa         Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

3)      Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu       pemilihan umum
10.  Angka dan Lambang Bilangan
a.       Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

b.      Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter              1 jam 20 menit
5 kilogram                   pukul 15.00

c.       Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I  No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169

d.      Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9

e.       Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1)      Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas               12
dua puluh dua       22

2)      Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah                1/2
tiga perempat        3/4

f.       Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; dalam bab ke-2 buku itu; di tingkat kedua gedung itu; lihat Bab II; Pasal 5

g.      Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya:
tahun ’50-an                atau tahun lima puluhan
uang 5000-an              atau uang lima ribuan
lima uang 1000-an      atau lima uang seribuan

h.      Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.

i.        Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

j.        Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

k.      Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta atau kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

l.        Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima yang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

D.    Penulisan Unsur Serapan
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu dapat dilihat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (2001: 40—52).    
E.     Pemakaian Tanda Baca
1.      Tanda Titik (.)
2.      Tanda Koma (,)
3.      Tanda Titik Koma (;)
4.      Tanda Titik Dua (:)
5.      Tanda Hubung (-)
6.      Tanda Pisah (--)
7.      Tanda Elipsis (…)
8.      Tanda Tanya (?)
9.      Tanda Seru (!)
10.  Tanda Kurung ((…))
11.  Tanda Kurung Siku ([…])
12.  Tanda Petik (“…”)
13.  Tanda Petik Tunggal (‘…’)
14.  Tanda Garis Miring (/)
15.  Tanda Penyingkat/Apostrof (‘)
(Lihat: Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, 2001: 53—68).








IV
BENTUK DAN MAKNA KATA

A. Bentuk dan Makna
Satuan bentuk bahasa: fonem (bentuk terkecil) → morfem → kata → frasa → kalimat → paragraf (alinea) → karangan (bentuk terbesar).
Ke-7 satuan bentuk bahasa ini baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna: kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru.
B.  Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa
  1. Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti (bunyi dari huruf).
Huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem.
Ukuran: dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna.
Contoh:
(1)      Seret : [s∂r∂t]  = ‘tersendat-sendat; tidak lancar’                       
 [sÑ”rÑ”t]  = ‘menarik suatu benda menyusur tanah’        
(2)      Apel  : [ap∂l]  = ‘nama buah’
 [apÑ”l]  = ‘wajib mengikuti upacara; melapor’
(3)      /c/ari − /j/ari − /l/ari − /m/ari − /t/ari
(4)      /b/ayu − /k/ayu/ − /l/ayu − /r/ayu − /s/ayu
(5)      /k/erang − /p/erang − /s/erang − /t/erang

2.      Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan/atau mempunyai makna.
a.   Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri. Contoh: semua kata dasar.
b.  Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri. Contoh: semua imbuhan dan partikel, serta bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri.
  1. Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Contoh: sepeda >< adepes; ambil >< libma; dingin ><  ningid; kuliah ><  hailuk
a.  kata yang bermorfem tunggal → kata dasar.
b.  kata yang bermorfem banyak.
1) Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan.
2)   Perubahan kata dasar menjadi kata turunan mengakibatkan perubahan bentuk dan makna.
3)   Perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.

c.    Bentuk Kata:
1)      Kata Kerja (Verba)
2)      Kata Sifat (Ajektiva)
3)      Kata Keterangan (Adverbia)
4)      Rumpun Kata Benda (Nomina)
a)      Kata Ganti (Pronomina)
b)      Kata Bilangan (Numeralia)
5)      Rumpun Kata Tugas (Partikel)
a)      Kata Depan (Preposisi)
b)      Kata Sambung (Konjungsi)
c)      Kata Seru (Interjeksi)
d)     Kata Sandang (Artikel)
e)      Partikel

1)  Kata Kerja (Verba) : menyatakan perbuatan/tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Uji: … + dengan + KB/KS di belakangnya. Kata kerja asal + kata kerja turunan
a)  verba reduplikasi atau verba berulang
b) verba majemuk: terbentuk melalui proses penggabungan kata, tetapi bukan idiom. Contoh: terjun payung; temu wicara.
c) verba berpreposisi: verba transitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu. Contoh: tahu akan; berdiskusi tentang; cinta pada; sejalan dengan; terdiri dari;  menyesal atas; tergolong sebagai.
2)  Kata Sifat (Ajektiva): kata yang menerangkan kata sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/suatu benda. Umumnya berfungsi sebagai P, O, dan Penjelas.
a) Kata sifat berbentuk tunggal
(1)  dapat diberi keterangan pembanding: lebih, kurang, dan paling
(2)  dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu
(3)  dapat diingkarkan dengan kata tidak
Kata sifat berbentuk tunggal dapat dipilih 5 kelompok:
(1)  keadaan/situasi: aman, kacau, tenang, gawat
(2)  warna: ungu, hijau, biru, merah
(3)  ukuran: berat, ringan, tinggi, besar
(4) perasaan/sikap: malu, sedih, bahagia, heran
(5) cerapan/indera: harum, manis, terang, jelas
b) Kata sifat berimbuhan
3)   Kata Keterangan (Adverbia): kata yang menerangkan predikat suatu kalimat.
a)  ket. waktu: sekarang, besok, beberapa hari lagi, pada masa lalu, sejak tahun 1945
b) ket. tujuan: demi keluarga, untuk mencerdaskan bangsa, bagi tanah air dan negara
c)  ket. tempat dan arah: di sana, ke kampus, dari Bogor, di atas meja, di selatan khatulistiwa
d) ket. cara: sekuat-kuatnya, lama-lama, baik-baik, kecil-kecilan, dengan terang-terangan, dengan perhatian penuh
e)   ket. penyertaan: dengan karyawan, bersama rakyat, tanpa guru
f)   ket. alat: dengan kereta api, dengan sepeda
g)   ket. kemiripan: laksana, bagaikan, seperti
h)   ket. penyebaban: karena cinta
i)   ket. kesalingan: satu sama lain
4) Rumpun Kata Benda (Nomina): kata yang mengacu pada suatu benda (konkret/abstrak).
Fungsi: S, O, Pelengkap, Keterangan
Uji: yang + KS/yang sangat + KS
a) Kata Ganti (Pronomina): kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain.
b) Kata Bilangan (Numeralia): kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang.
5)  Rumpun Kata Tugas (Partikel)
a)  Kata Depan (Preposisi)
Selalu berada di depan kata benda/sifat/kerja: di, dengan, oleh, tentang, pada, buat, bagi, sejak
b) Kata Sambung (Konjungsi)
Menghubungkan dua kata (dan, kalau, atau, karena, tetapi, ketika, sehingga, agar)/dua kalimat (Selain itu, …; Akan tetapi, …; Setelah itu, …; Kemudian, …; Walaupun begitu, …; Meskipun demikian, …; Namun, …; Selanjutnya, …; Tambahan pula, …; Kecuali itu, …; Dengan demikian, …; Oleh karena itu, …; Bertalian dengan itu, …).
c) Kata Seru (Interjeksi): dipakai untuk mengungkapkan seruan hati, seperti rasa kagum, sedih, heran, atau jijik.
d) Kata Sandang (Artikel): membatasi makna jumlah orang/benda. (a) tunggal: sang; (b) jamak: para; (c) netral: si.
e)  Partikel: -lah, -kah, -tah, pun.
  1. Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat (P) dan belum membentuk klausa atau kalimat (membentuk kesatuan makna). Contoh (bukan frasa): itu batik berbaju yang; traktor apotek sepeda pingsan.
Ciri: (1) konstruksinya tidak mempunyai P; (2) proses pemakaiannya berbeda dengan idiom; (3) susunan kata berpola tetap.
Jenis: (1) Verbal/kerja; (2) Ajektival/sifat; (3) Adverbial/keterangan; (4) Nominal/benda; (5) Preposisional/depan.
C.  Makna dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan objek atau sesuatu yang diacunya.
1. Makna leksikal/denotasi adalah makna yang sesuai dengan kamus.
2. Makna gramatikal/konotasi adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal.
Istilah yang berkaitan dengan makna:
a.   Sinonim/padan makna
Contoh:  nasib − takdir; memuaskan − menyenangkan; caci maki; sunyi senyap; sehat walafiat.
b.   Antonim/lawan makna
Contoh: mudah >< sukar; besar >< kecil; utang >< piutang.
c.   Homonim: bentuk dan ucapan sama, makna beda.
      Contoh: mengukur kukur dan  ukur
1)   Homofon: ucapan sama, makna dan bentuk beda.
Contoh: sangsi – sanksi; tang – tank.
2)   Homograf: bentuk sama, ucapan dan makna beda.
Contoh: beruang   • nama binatang
   • mempunyai ruang
   • mempunyai uang
d.  - Hiponim: makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan yang lain. Contoh: merah → berwarna
- Hipernim: kebalikan dari hiponim. Contoh: berwarna → merah
Dalam proses perkembangan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan. Perubahan itu dapat disebabkan oleh perbedaan tempat pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk memberi makna baru. Di antara perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut.
1) Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
2) Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang. Kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendekiawan, sekarang hanya untuk gelar akademis.
3)  Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik dari bini.
4) Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama. Kata oknum dan gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau, sekarang maknanya menjadi tidak baik.
5)  Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera yang berlainan. Contoh: Kata-katanya manis. Mukanya masam. Pidatonya hambar.
6) Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata amplop yang berarti kertas pembungkus surat, dan sering juga dipakai sebagai pembungkus uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Contoh: Beri dia amplop agar urusan cepat beres.









V
DIKSI (PILIHAN KATA)

A.    Pilihan Kata
Pilihan kata (diksi) adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Hal ini baru dapat dilakukan jika tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Pilih kata yang tepat dan cocok (sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat pemakainya). (1) Kemahiran memilih kata hanya dimungkinkan jika seseorang menguasai kosakata yang cukup luas. (2) Diksi mengandung pengertian upaya atau kemampuan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun. (3) Diksi menyangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi tertentu.
1.   Kamus
Untuk memahami kata beda, misalnya, kita dapat membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Balai Pustaka (1993: 104 – 105). Di dalam kamus itu tertulis sebagai berikut.

beda: /beda/ n.  1. sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak sama) antara benda yang satu dengan benda yang lain; ketidaksamaan: Kelakuan anak itu tidak ada bedanya dengan kelakuan ayahnya.
2. selisih; pautan: Barang impor dan barang buatan dalam negeri bedanya tidak seberapa.
berbeda,    v.        ada bedanya; berlainan: Mereka mempunyai potongan rambut yang  berbeda, seorang panjang dan seorang lagi pendek.
berbeda-beda           v.      berlain-lain; berlainan: Kepala sama hitam, pendapat berbeda-beda.
membedakan v.  1. menyatakan ada bedanya: Dia belum dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
2. memperlakukan secara tidak berbeda (tidak sama); memisahkan: Kita harus dapat membedakan antara urusan pribadi dan urusan dinas.
membeda-bedakan v. menganggap (memperlakukan) berbeda (tidak sama); pilih kasih: Kita jangan membeda-bedakan antara orang kaya dan yang miskin.
terbeda-bedakan a.  dapat dibeda-bedakan
perbedaan n.   1.  beda; selisih: Perpecahan terjadi karena perbedaan paham.
2. hal-hal yang berbeda; hal-hal yang membuat berbeda: Perbedaan perlakuan terhadap tamu menyalahi aturan rumah penginapan itu.
memperbedakan v. memperlainkan; menganggap (memperlakukan) berbeda (tidak sama) dari yang lain: Kamu jangan memperbedakan anak itu, dia pun sama dengan yang lain.
pembeda    n.   1.   orang yang membedakan
2.   alat (hal) yang membedakan
pembedaan  n.    proses; perbuatan, cara membedakan
Paling tidak ada lima hal yang kita peroleh. Pertama, kita mendapat informasi tentang jenis atau kelas dari kata dasar beda dan kata turunannya (nomina atau verba). Kedua, kita memperoleh informasi tentang makna kata beda itu sendiri. Ketiga, kita diberi contoh penggunaan kata beda dalam kalimat. Keempat, kita mengetahui bahwa dari kata beda dapat diturunkan kata berbeda, berbeda-beda, perbedaan, membedakan, membeda-bedakan, terbeda-bedakan, perbedaan, memperbedakan, pembeda, dan pembedaan. Kelima, kita memperoleh pula informasi tentang sinonim dari kata berbeda, yaitu berlainan, berselisih, berpautan, dan masing-masing berlainan.
2. Tesaurus
Tesaurus adalah khazanah kata yang disusun menurut sebuah sistem tertentu, terdiri atas gagasan-gagasan yang mempunyai pertalian timbal balik sehingga setiap pemakai dapat memilih istilah atau kata yang ada di dalamnya (Keraf, 1994).
Selain ke-5 informasi yang kita peroleh dari membaca kamus, juga akan mengetahui asal kata (etimologi), antonimnya, kata-kata yang berhubungan dengan entri tertentu.
B.     Syarat Ketepatan Pemilihan Kata
Syarat pemilihan kata menurut Keraf (1994: 88) ada enam, yaitu:
1.   dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
      Contoh: (1) Bunga edelwise hanya tumbuh di tempat yang tinggi (gunung).
(2) Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit bank.
2.   dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
Contoh:  (1) Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha? (orang/sesuatu  yang mengubah)
                     (2) Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha. (variabel)
3.   dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaannya
Contoh: intensif – insentif
interferensi – inferensi
karton – kartun
preposisi – proposisi
korporasi – koperasi
4.   dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak dan kata-kata konkret
      Contoh:  keadilan, kebahagiaan, keluhuran
                     kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan
5.   dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat
      Contoh:  antara … dan …; tidak … tetapi …; baik … maupun …; bukan … melainkan …
6.   dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus
      Contoh:  Kata umum: melihat; Kata khusus: melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap, memperhatikan, mengamati, mengawasi, menonton, meneropong.
C.    Gaya Bahasa dan Idiom
1.   Gaya bahasa/langgam bahasa/majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya.
Enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seseorang dalam berkomunikasi:
      1)   cara dan media komunikasi: lisan atau tulis, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik;
      2)   bidang ilmu: filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dan lain-lain;
      3)   situasi: resmi, tidak resmi, setengah resmi;
      4)   ruang atau konteks: seminar, kuliah, ceramah, pidato;
      5)   khalayak: dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, orang dewasa), jenis kelamin (laki-laki, perempuan), tingkat pendidikan (rendah, menengah, tinggi), status sosial;
      6)   tujuan: membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.
2.   Idiom dan Ungkapan Idiomatik
      1)   Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya (Moeliono, 89: 177). Menurut Badudu (89: 47), idiom adalah bahasa yang teradatkan.
            Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna. Contoh: gulung tikar, adu domba, muka tembok.
      2)   Ungkapan Idiomatik merupakan pasangan kata yang selalu muncul bersamaan sebagai frasa (berperilaku idiom), yaitu: berawal dari, berdasarkan pada, bergantung pada, berjumpa dengan, berkenaan dengan, bertalian dengan, dibacakan oleh, diperuntukkan bagi/oleh, disebabkan oleh, sampai ke, sehubungan dengan, sejalan dengan, sesuai dengan, terbuat dari, terdiri atas/dari, tergantung pada.
3.   Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata
      1)   Kesalahan pemakaian gabungan kata yang mana, di mana, daripada
Contoh:  - Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak  Lurah.
- Demikianlah tadi sambutam Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja.
                           - Marilah kita perhatikan kebersihan daripada lingkungan kita.          
·         Kata yang mana digunakan dalam kata tanya yang mengandung pilihan, termasuk dalam pertanyaan retoris.
·         Kata di mana digunakan untuk menanyakan tempat.
·         Kata daripada digunakan untuk membuat perbandingan atau pengontrasan sesuatu terhadap yang lainnya.
2)   Kesalahan pemakaian kata dengan, di,dan  ke
      Contoh:  - Sampaikan salam saya dengan Dona.
                     - Dokumen itu ada di kita.
                     - Setelah tugas selesai, harap segera melapor ke dosen.
·         Kata dengan mengungkapkan arti ‘bersama’, selain itu dapat difungsikan untuk menyatakan adanya alat yang digunakan (Saya mengetik dengan komputer.), beberapa pelaku yang mengambil bagian pada peristiwa yang sama (Peneliti itu sedang bercakap-cakap dengan respondennya.), sesuatu yang menyertai sesuatu yang lain (Ujian akhir semester berlangsung dengan tertib.), membentuk kata berpasangan (berbeda dengan, berkenaan dengan, bersamaan dengan, bertentangan dengan, bertepatan dengan, sehubungan dengan, sesuai dengan).
·         Kata depan di dan  ke harus diikuti oleh tempat, arah, dan waktu.
·         Kata kepada harus diikuti oleh nama/jabatan orang atau kata ganti orang.
Syarat Memilih Kata yang Benar:
1.   dapat membedakan kata-kata yang mirip ejaannya;
2.   kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatik;
3.   dapat menggunakan kata/ungkapan penghubung;
4.   dapat menggunakan kata tanya;
5.  dapat menggunakan bentuk ulang yang menyatakan banyak dan kata yang bermakna banyak;
6.   jangan selalu memilih kata yang panjang jika ada padanannya yang lebih ringkas
      Contoh: mengadakan penelitian >< meneliti
                   mengajukan saran >< menyarankan
                   melakukan kunjungan >< berkunjung
                   meninggalkan kesan yang mendalam >< mengesankan
                   mengeluarkan pemberitahuan >< memberitahukan
Jika kata benda atau kata kerja sudah dapat menjelaskan maksud, tidak perlu ditambah pewatas yang sebenarnya tidak memperjelas keterangan.
Contoh:   cukup memuaskan, relatif lebih murah
Sama sekali belum makan
Sedikit banyak mempengaruhi























VI
KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran, yang diawali dan diakhiri dengan kesenyapan (bahasa lisan)/diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda /./, /!/, atau /?/.
            Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur kata, frasa, atau klausa. Jika dikelompokkan unsur-unsur itu mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat atau konstituen. Kalimat ada 2 bagian:
1.   Kalimat inti → tidak dapat dihilangkan → dapat membentuk kalimat dasar.
2.   Kalimat bukan inti → relatif dapat dihilangkan → dapat membentuk kalimat luas.
Bagian kalimat (konstituen) sering disebut dengan istilah jabatan atau fungsi kalimat.
A. Pola Kalimat
1.   Pola Kalimat Dasar
Ciri-ciri: 1) berupa kalimat tunggal (S, P, O, Pelengkap, Keterangan masing-masing satu),
2)   minimal terdiri atas S dan P,
3)   selalu diawali dengan S,
4)   berbentuk kalimat aktif,
5)   setiap unsur dapat berupa kata/frasa.
Contoh: Mereka  membelikan  saya  sepatu.
S              P               O      Pel.
Mereka yang selalu memperhatikan saya sudah membelikan saya sepatu olah raga. (Kalimat Luas)
2.   Pola Kalimat Majemuk
      1)   Kalimat Majemuk Setara: bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan.
            a)   setara gabungan: dan, serta
            b)   setara pilihan: atau
            c)   setara urutan: lalu, lantas, kemudian
            d)   setara perlawanan: tetapi, melainkan, sedangkan.
      2)   Kalimat Majemuk Bertingkat: disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya.
            a)   AK Ket. Waktu: ketika, waktu, saat, sebelum
            b)   AK Ket. Sebab: sebab, lantaran, karena
            c)   AK Ket. Akibat: hingga, sehingga, akhirnya
            d)   AK Ket. Syarat: jika, apabila, kalau, andaikata
            e)   AK Ket. Tujuan: agar, supaya, demi, untuk, guna
            f)   AK Ket. Cara: dengan, dalam
            g)   AK Ket. Posesif: meskipun, walaupun, biarpun
            h)   AK Ket. Pengganti Nomina: bahwa.
B. Unsur-Unsur Kalimat
1.   Subjek atau pokok kalimat: unsur utama kalimat.
            Fungsi:  a. membentuk kalimat dasar,
b. memperjelas makna,
c. menjadi pokok pikiran,
d. menegaskan makna,
e. memperjelas pikiran yang diungkapkan,
f. membentuk kesatuan pikiran.
Syarat:  a. jawaban apa atau siapa,
b. berupa kata atau frasa benda (nomina),
c. disertai kata ini atau itu,
d. disertai pewatas yang,
e. tidak didahului kata depan di, dalam, pada, kepada, bagi,dll.,
f. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.
Contoh:   Saya sudah mulai mengantuk. (SK)
Seekor kelinci tiba-tiba keluar dari lubang persembunyiannya. (SF)
3.      Predikat
Fungsi:   a.    membentuk kalimat dasar,
b.   menjadi unsur penjelas (pikiran yang diungkapkan dan makna sebuah kalimat),
c.   menegaskan makna,
d.   membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri: a.    jawaban mengapa atau bagaimana,
b.   dapat diingkarkan dengan kata tidak atau bukan,
c.   dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu, hampir,
d. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogianya, meskipun, selayaknya, dll.,
e.   tidak didahului kata yang, jika menggunakan kata yang akan berubah fungsi menjadi perluasan subjek,
f.    didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni,
g.   dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
Contoh:      Usahanya berkembang.
    Saya mencoba memungut kerikil tajam tersebut.
3.   Objek
Tidak semua kalimat memerlukan objek. Objek baru diperlukan tergantung jenis predikatnya, yaitu transitif. Predikat dilengkapi afiks tertentu, seperti me-kan, (mengambilkan/mengumpulkan) dan me-i (melempari/mendekati, menghampiri).
Fungsi:   a.    membentuk kalimat dasar,
b.   memperjelas makna kalimat,
c.   membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri: a.   berupa kata benda,
b.   tidak didahului kata depan,
c.   mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif,
d.   jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat,
e.   dapat menduduki fungsi subjek jika dipasifkan.
Contoh:        Mahasiswa itu menerangkan kerangka berpikirnya.
    Kami menyelidiki peristiwa itu.
4.   Pelengkap
Ciri-ciri: a. bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas/lengkap  informasinya,
b.  terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif,
Contoh: Ia menjadi rektor.
c.  terletak di belakang objek berfungsi mengkhususkan makna objek.
  Contoh: Ibu membawakan saya oleh-oleh.
5.   Keterangan  
Fungsi:  menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat.
     ► Berkaitan dengan surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang   terkait dengan tempat, waktu, sebab, dll.
Ciri-ciri:    a.   bukan unsur utama kalimat,
b.  tempat tidak terikat posisi (awal, tengah, akhir),
c.  dapat berupa keterangan: waktu, tujuan, tempat, dll.,
d. dapat berupa keterangan tambahan:
1) keterangan tambahan subjek: tidak dapat menggantikan subjek
Contoh: Megawati, yang sedang menjabat presiden, adalah putri Bung Karno.
2)   aposisi: dapat menggantikan subjek
 Contoh: Megawati, Presiden RI 2001 – 2004, adalah putri Bung Karno.
6.   Konjungsi
Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan (merangkai):
1)      unsur-unsur dalam sebuah kalimat (S, P, O, Pel., Ket.)
2)      kalimat dengan kalimat
3)      paragraf dengan paragraf
(1)  intrakalimat: menghubungkan antarunsur atau bagian kalimat di dalam sebuah kalimat
(2)  antarkalimat (kalimat transisi): menghubungkan antarkalimat atau paragraf
Contoh bentuk perangkai:
Adalah, andaikata, apabila, atau, bahwa, daripada, bilamana, di samping itu, sehingga, ialah, jika, kalau, kemudian, melainkan, jadi.
7.   Modalitas disebut juga keterangan predikat.
Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat.
Fungsi:  a. mengubah nada = tegas≈ragu-ragu; keras≈lembut
a.l.: barangkali, tentu, mungkin, sering, sesungguhnya.
b.  menyatakan bermacam-macam sikap
Contoh: nada kepastian → pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali.
C.  Susunan Kalimat
Kalimat merupakan sarana untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain dengan harapan dapat dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan tidak boleh memberikan gambaran yang kurang jelas atau menimbulkan keraguan bagi pihak lain sehingga menimbulkan salah paham. Karena itu, kalimat harus disusun secara:
1.   singkat: bukan berarti pendek, melainkan harus dapat menghilangkan kata atau ungkapan yang tidak perlu;
2.   cermat: disusun dengan kata-kata yang terpilih. Bukan karena enak didengar atau merdu, melainkan daya ekspresinya sangat eksak;
3.   tepat:  menyangkut
a.   kaidah kebahasaan, terutama mengenai pemakaian imbuhan;
b.   tata susun di dalam kalimat yang berkaitan dengan hubungan antarbagian kalimat.
Contoh:
1)  kalimat mubazir/berlebihan
(x) Adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan.
(√) Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan.
2)  kalimat berbelit-belit atau berputar-putar
(x) Dalam pertimbangan keadaan seperti itu, kita juga harus melihat kenyataan bahwa anggota yang tidak hadir belum tentu menyetujui usul kita.
(√) Sekalipun demikian, anggota yang tidak hadir belum tentu menyetujui usul itu.
3)  kalimat berbunga-bunga
(x) Di dalam dunia modern sekarang ini, cara kerja yang efisien telah merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan bagi keberhasilan suatu usaha.
(√) Di dalam dunia modern, cara kerja yang efisien sangat diperlukan bagi keberhasilan suatu usaha.
4.   jelas dan komunikatif
D.  Kalimat Efektif
      Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
      Kalimat efektif ditandai oleh:
1.   Kesatuan: adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat.
Contoh:   -  (x) Saya saling memaafkan.
(√) Kami saling memaafkan.
-  (x) Rumput makan kuda di lapangan.
(√) Kuda makan rumput di lapangan.
2.   Kesejajaran: kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten, misalnya: kesatuan – kemakmuran – kedamaian – kesejahteraan; pertanian – perikanan – perkebunan – perdamaian; membeli – mengupas – mencuci – memakan.
Contoh: Ibu membeli pepaya, mengupas, mencuci lalu memakannya.
3.   Kefokusan: harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami maksudnya.
Contoh:    (x) Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ini.
(√) Produk holtikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
4.   Kehematan: setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan baik, unsur yang tidak mendukung makna kalimat (mubazir) harus dihindarkan.
a.       Subjek ganda: (x) Buku itu saya sudah baca. (√) Saya sudah baca buku itu.
b.      Dua kata yang sama artinya dalam satu frasa: demi untuk, agar supaya, adalah merupakan, dll.
c.       Kata depan di depan objek: (x) Ia membicarakan tentang ekonomi keluarga.
(√) -  Ia membicarakan ekonomi keluarga.
- Ia berbicara tentang ekonomi keluarga.
d.      Penjamakan kata yang sudah berbentuk jamak: Para hadirin sekalian; banyak kata-kata; dll.
e.       Kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: yang mana, di mana
5.   Kevariasian
a.   Kalimat berimbang (dalam kalimat majemuk setara), misalnya: “Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar di sekolah.”
b.   Kalimat melepas, yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa kedua dari klausa koordinatif dengan klausa utama (pertama) menjadi klausa sematan, dalam kalimat berikut ini menjadi anak kalimat keterangan waktu, misalnya: “Kedua orang tuanya bekerja diperusahaan ketika ketiga anak mereka belajar di sekolah.”
c.   Kalimat berklimaks, yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat) pada posisi awal, misalnya: “Ketika ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja diperusahaan.”
Kesalahan Kalimat
1.   Salah Struktur
a.  Kalimat aktif tanpa unsur subjek
Contoh:  (x) Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi masyarakat Indonesia akan segera bangkit jika hukum ditegakkan.
(√) -  Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi masyarakat Indonesia akan segera bangkit jika hukum ditegakkan.
-   Menurut ahli hukum ekonomi masyarakat Indonesia akan segera bangkit jika hukum ditegakkan.
b.  Menempatkan kata depan di depan subjek
Contoh: -  (x) Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean.
(√) Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean.
-  (x) Bola biru bergambar peta ini menggelinding di sepanjang Jl. Asia Afrika dan berhenti di pintu masuk Plaza Senayan.
(√) Bola biru bergambar peta ini menggelinding sepanjang Jl. Asia Afrika dan berhenti di pintu masuk Plaza Senayan.
c.  Tanpa unsur predikat karena menempatkan kata yang di depan predikat.
Contoh:  (x) Petani yang bekerja di sawah.
(√) Petani bekerja di sawah.
d. Menempatkan unsur kata depan di depan objek, kata kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan.
Contoh:  (x) Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja.
(√) Mereka mendiskusikan keselamatan kerja.
e.  Menempatkan kata penghubung intrakalimat pada awal kalimat tunggal.
Contoh:   (x) Ia pandai.  Sehingga selalu mendapat beasiswa.
(√) Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa.
f.  Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.
Contoh:  (x) Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras.
(√) - Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras.
- Ia sudah kaya raya, tetapi tetap bekerja keras.
2.   Salah Diksi
a.  Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar supaya, adalah merupakan, bagi untuk, dll.
b.  Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana.
c.  Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: … tidak …  tetapi; … tidak hanya … tetapi juga; … bukan … melainkan; … bukan hanya … melainkan juga …
d. Menggunakan kata berpasangan secara idiomatik yang tidak sesuai: (x) sesuai bagi >< (√) sesuai dengan;(x)  membicarakan tentang >< (√) berbicara tentang.   
3.   Salah Ejaan


VII
PARAGRAF

Paragraf adalah satuan bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.
A.  Fungsi Kalimat yang Membangun Paragraf
Fungsi kalimat yang membangun paragraf ada  dua macam, yaitu:
1.  Kalimat Topik/Kalimat Pokok: berisi ide pokok/utama paragraf
a.  mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut
b.  merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
c.  mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain
d.  dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung atau penghubung atau transisi
2. Kalimat Penjelas/Kalimat Pendukung: menjelaskan atau mendukung ide utama paragraf
a.  sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti)
b. arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf
c.  pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung/transisi
d. isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik
B.  Paragraf Efektif
Paragraf  yang efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1.  Kesatuan: hanya membicarakan satu pokok pikiran/masalah
Contoh paragraf tanpa kesatuan pikiran (ide pokok paragraf lebih dari satu):
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Melalui perjuangannya, Clinton berhasil menjadi Presiden Amerika. Clinton termasuk Presiden Amerika yang populer. Amerika adalah Negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa yang besar dipelajari untuk kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika.
Berikut adalah perbaikan paragraf di atas:
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi juga di mancanegara termasuk Amerika. Di Amerika semua bahasa yang besar termasuk bahasa Indonesia dipelajari untuk kepentingan politik Amerika. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika.
            Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Jabatan ini diperolehnya melalui perjuangan. Clinton termasuk Presiden Amerika yang populer.
            Amerika adalah Negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Di sana semua bahasa yang besar, termasuk bahasa Indonesia dipelajari untuk kepentingan politik Amerika.
2.   Kepaduan/koherensi: aliran kalimat ke kalimat yang lain berjalan mulus & lancar, dicapai melalui susunan yang logis & perkaitan antarkalimat
a.  Cara repitisi: pengulangan kata/frasa kunci untuk memulai kalimat baru
Contoh:
Faktur adalah tanda bukti penjualan barang. Faktur ada yang digabungkan dengan kuitansi dan faktur itu disebut faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok dipakai untuk penjualan tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa kuitansi. Faktur tanpa kuitansi ini dapat dipakai baik untuk penjualan tunai maupun kredit.
b. Kata Ganti
Contoh:
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau Presiden ke-4 Republik Indonesia iniKyai dari Jawa Timur ini … Akibatnya, Mantan Ketua PBNU ini … Namun, suami dari Sinta Nuriah ini tetap pada prinsipnya dan tidak bergeming menghadapi semua ini.
c.  Kata Sambung
d. Kata/Frasa Penghubung
1)  akibat/hasil    : akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan  demikian,   jadi
2)  pertambahan : berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya, tambahan lagi
3)  perbandingan: dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu
4)  tempat            : berdekatan dengan itu, di sini, di seberang sana, tak jauh dari sana, di bawah, persis di depan …, di sepanjang …
5)  tujuan             : agar, untuk/guna, untuk maksud itu
6)  waktu             : baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai, sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika
7)  singkatan           : singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai simpulan, pendek kata
C.    Jenis Paragraf
1.   Menurut Posisi Kalimat Topiknya
      a. Paragraf Deduktif: urutan umum-khusus (kalimat topik pada awal paragraf)
Contoh:
Kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan nonfisik. Kebudayaan fisik cukup jelas karena merujuk pada benda-benda. Kebudayaan nonfisik … Hasil kebudayaan yang berwujud tingkah laku di antaranya adalah sikap, kebiasaan, adat istiadat, belajar, tidur, bertani, bahkan berkelahi.
      b. Paragraf Induktif: urutan khusus-umum (kalimat topik pada akhir paragraf)
Contoh:
Yang dimaksud dengan kebudayaan fisik cukup jelas karena merujuk pada benda-benda. Kebudayaan nonfisik ada yang berupa … Hasil kebudayaan yang berwujud tingkah laku di antaranya adalah sikap, kebiasaan, adat istiadat, belajar, tidur, bertani, bahkan berkelahi. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kenudayaan nonfisik.
c. Paragraf Deduktif-Induktif: kalimat topik pada awal dan akhir paragraf (bersifat mengulang atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf)
Contoh:
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah murah, sehat, dan kuat. Departemen PU sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Agaknya … Lgi pula, bahan perlit dapat dicetak menurut keinginan seseorang. Usaha ini menunjukkan bahwa pemerintah berusaha … keperluan rakyat.
d. Paragraf Penuh Kalimat Topik: seluruh kalimat sama pentingnya = sering terdapat pada uraian deskriftif & naratif
Contoh:
Pagi hari itu aku duduk di bangku panjang dalam taman di belakang rumah. Matahari belum tinggi benar, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku.
2.   Menurut Fungsinya dalam Karangan
a.  Paragraf  Pembuka, bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan
Fungsi : (1) menghantar pokok pembicaraan; (2) menarik minat & perhatian pembaca: (3) menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan
Manfaatkan bentuk: (1) kutipan, peribahasa, anekdot; (2) uraian mengenai pentingnya pokok pembicaraan; (3) suatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang; (4) uraian tetang pengalaman pribadi; (5) uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan; (6) sebuah pertanyaan
b. Paragraf Pengembang, mengembangkan pokok pembicaraan yang telah dirumuskan dalam paragraf pembuka
Fungsi: (1) mengemukakan inti persoalan; (2) memberi ilustrasi/contoh; (3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf  berikutnya; (4) meringkas paragraf sebelumnya; (5) mempersiapkan dasar/landasan bagi simpulan
Berisi : (1) contoh-contoh dan ilustrasi; (2) inti permasalahan; (3) uraian pembahasan
c. Paragraf  Penutup, berisi simpulan bagian karangan (subbab, bab) atau seluruh karangan; sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar tambah jelas. Bagian ini harus memperhatikan hal-hal berikut:
1)      tidak boleh terlalu panjang
2)      berisi simpulan sementara atau akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3)      dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca
3.   Menurut Sifat Isinya (tergantung pada maksud penulis dan tuntutan konteks serta sifat informasi yang akan disampaikan
a. Paragraf Persuasif: mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi pembaca, contoh: iklan
b.  Paragraf Argumentatif: membahas satu masalah dengan bukti-bukti atau alasan yang mendukung, contoh: karangan ilmiah
c. Paragraf Naratif: menuturkan persitiwa atau keadaan dalam bentuk cerita, contoh: karangan fiksi atau nonilmiah
d. Paragraf Deskriftif: melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa, contoh: karangan ilmiah
e. Paragraf Ekspositoris: memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu, contoh: karangan ilmiah; berita dalam surat kabar
D.    Pengembangan Paragraf
1.      Metode Definisi: untuk menerangkan pengertian atau konsep istilah tertentu
  1. Metode Proses            : menguraikan suatu proses, yaitu suatu urutan tindakan atau perbuatan     untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu
3.      Metode Contoh: contoh-contoh terurai
  1. Metode Sebab-Akibat/Akibat-Sebab: untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya atau sebaliknya
5.      Metode Umum-Khusus/Khusus-Umum
  1. Metode Identifikasi: mengelompokkan sesuatu yang mempunyai persamaan sifat, substansi, ukuran, dll. atau perbedaan kemudian dianalisis 

(Contoh-contoh dapat Anda lihat dalam Finoza, 2003: 145–166)






























VIII
PERENCANAAN PENULISAN ILMIAH

Menurut David Nunan (1991) ada tiga tahap proses menulis, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap pascapenulisan (revisi atau penyempurnaan).
A.    Tahap Prapenulisan
1.      Menentukan Topik
Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh isi karangan.
a.       Karakteristik topik:
1)      Merupakan jawaban atas pertanyaan “Masalah apa yang akan ditulis?; Hendak menulis tentang apa?; atau Saya akan membicarakan tentang apa?
2)      Permasalahan yang dapat dijadikan topik karangan, antara lain putus sekolah, pengangguran, kenaikan harga, keluarga berencana, polusi, kenakalan remaja, manajemen, dan sosiologi.
3)      Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai.
4)      Disiplin ilmu, jurusan, bidang spesialisasi/kajian yang diambil mahasiswa penyusun skripsi merupakan topik.
5)      Dapat menjadi judul karangan.
6)      “Payung besar” yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang penulis.
7)      Pengarang harus mengetahui pokok persoalannya.
8)      Dipersempit atau dibatasi sesuai dengan rencana dan maksud pengarang.
      Caranya: (1)  pecah pokok pembicaraan menjadi sub-subtopik
(2) tuliskan pokok umum dan buat daftar aspek-aspek khusus secara berurutan ke bawah, kemudian pilih satu aspek untuk dijadikan topik
(3) ajukan lima pertanyaan mengenai pokok pembicaraan apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana.
Pokok pembicaraan ditulis di atas lalu di bawahnya disediakan kolom-kolom untuk menjawab kelima pertanyaan tersebut. Dalam setiap kolom dituliskan aspek-aspek khusus dari pokok pembicaraan.
Contoh cara untuk mempersempit atau membatasi topik agar lebih spesifik:
(1)      Menurut tempat
Dunia → Indonesia → Pulau Jawa → Jakarta
“Pulau Jawa Sebelum Indonesia Merdeka” → “Jakarta Sebelum Indonesia Merdeka”
(2)      Menurut waktu/periode/zaman
“Kebudayaan Indonesia” → “Seni Tari Jawa Modern”
(3)      Menurut hubungan sebab-akibat
“Dekadensi Moral di Kalangan Muda-Mudi” → “Pokok Pangkal Timbulnya Krisis Moral di Kalangan Musa-Mudi”
(4)      Menurut pembagian bidang kehidupan manusia: politik, sosial, ekonomi, dst.
“Usaha-Usaha Pemerintah dalam Bidang Ekonomi” → “Kebijakan Deregulasi di Bidang Ekonomi pada Era Reformasi”
(5)      Menurut aspek khusus-umum/individual/kolektif
“Pengaruh Siaran Televisi terhadap Masyarakat Jawa Timur” → “Pengaruh Siaran Televisi terhadap Kaum Tani di Jawa Timur”
(6)      Menurut objek material (objek material) dan objek formal (sudut dari mana bahan itu kita tinjau)
“Perekonomian Indonesia (objek material) Ditinjau dari Sudut Mekanisme Pasar (objek formal)”
“Kepemimpinan Ditinjau dari Sudut Pembentukan Kader-Kader Baru”
“Keluarga Berencana Ditinjau dari Segi Agama”
9)      Cara memilih topik: (1) bermanfaat dan layak dibahas; (2) menarik; (3) dikenal baik; (4) bahan mudah diperoleh dan cukup memadai; (5) tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Cara mudah untuk membatasi topik antara lain dengan menggunakan:
(1)      Diagram Pohon; (2) Diagram Jam; (3) Piramida Terbalik






Contoh Diagram Pohon

                                                                     ragam bahasa

          fungsiolek                                                           sosiolek                                dialek

          beku      resmi    konsultatif       santai   akrab

          dokumen agama            dokumen negara


                                                                      ragam bahasa

          fungsiolek                                               sosiolek                                            dialek

                                                            Bugis   Sunda            Jawa          Madura    Jakarta
                                                                                                                       
                                                                                                                                                                                                                                         campuran   asli

                                                                                                                                                                                         tengahan        pinggiran



b.      Masalah-masalah dalam memilih topik
1)      Sangat banyak topik yang dapat dipilih, semua topik menarik dan cukup dikenali → pilih topik yang paling sesuai dengan maksud dan tujuan kita menulis.
2)      Banyak topik pilihan dan semua menarik, tetapi pengetahuan tentang topik itu serbasedikit → pilih yang paling dikuasai, paling mudah dicari informasi pendukungnya, serta paling sesuai dengan tujuan menulis.
3)      Tidak memiliki ide sama sekali tentang topik yang menarik → berdiskusi atau meminta saran orang lain, membaca referensi (buku, artikel, laporan, penelitian, dsb.), melakukan refleksi atau pengamatan.
4)      Terlalu ambisius sehingga jangkauan topik yang dipilih terlalu luas → pandai-pandai mengendalikan diri.
c.       Sumber topik
 1) Pengalaman pribadi: perjalanan, tempat yang pernah dikunjungi, kelompok Anda, wawancara dengan tokoh, kejadian luar biasa, atau peristiwa lucu.
2)   Hobi dan keterampilan: cara melakukan sesuatu atau cara kerja sesuatu.
3)   Pengalaman pekerjaan atau profesi: pekerjaan tambahan atau profesi keluarga.
4)   Pelajaran sekolah/kuliah: hasil-hasil penelitian atau hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut.
5)   Pendapat pribadi: kritik terhadap buku, film, puisi, pidato, iklan, siaran radio/televisi atau hasil pengamatan pribadi.
6)   Peristiwa hangat dan pembicaraan publik: berita halaman muka surat kabar, topik tajuk rencana, artikel, materi kuliah, atau penemuan mutakhir.
7)   Masalah abadi: agama, pendidikan, sosial dan masyarakat, atau problem pribadi.
8)   Kilasan biografi: orang-orang terkenal atau orang-orang berjasa.
9)   Kejadian khusus: perayaan/peringatan atau peristiwa yang erat kaitannya dengan perayaan.
10) Minat khalayak: pekerjaan, hobi, rumah tangga, pengembangan diri, kesehatan dan penampilan, tambahan ilmu, atau minat khusus.
2.   Menentukan Judul
Karakteristik judul:
1)      Judul pada umumnya merupakan rincian atau penjabaran dari topik.
2)      Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas, serta telah menggambarkan sudut pandang penulisnya.
3)      Dalam penggarapan ilmiah ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu waktu pengajuan outline.
4)      Pada jenis karangan lain, seperti artikel sederhana, dapat dibuat sesudah karangan selesai dan dapat diganti-ganti sepanjang relevan dengan isi dan sesuai dengan topik.

3.      Mempertimbangkan Maksud dan Tujuan Penulisan
Karakteristik:
1)      Merupakan jawaban atas pertanyaan “Apakah tujuan saya menulis topik karangan ini?; Mengapa saya menulis karangan dengan topik ini?; Dalam rangka apa saya menulis karangan ini?
2)      Menghibur, memberi tahu atau menginformasikan, mengklarifikasi atau membuktikan, atau membujuk.
Contoh:
Topik  : Dampak negatif sajian televisi dan cara mengatasinya
Tujuan: (1) Menunjukkan atau menginformasikan kepada pembaca mengenai dampak negatif tayangan televisi terhadap perilaku anak-anak.(eksposisi dengan gaya pemaparan)
(2)      Meyakinkan kepada pembaca bahwa dampak negatif televisi itu benar-benar ada dan bisa mempengaruhi perilaku anak-anak.(argumentasi, yaitu dengan menyajikan bukti-bukti berupa hasil pengamatan/penelitian, pendapat para pakar, atau wawancara dengan para orang tua untuk mendukung pendapat kita)
(3)      Menghibur orang lain. (narasi dan deskripsi dan disajikan dalam bentuk cerita, anekdot, atau puisi)
(4)      dst.
Maksud: Agar anak-anak terhindar dari dampak negatif program-program yang ditayangkan televisi.
4.      Menentukan Tema
Karakteristik tema:
1)      Gagasan dasar tempat beradanya topik
2)      Gagasan sentral yang menjiwai seluruh isi karangan

Contoh:   Topik: Siti Nurbaya
                Tema: Kawin Paksa
3)      Pokok pemikiran
4)      Tema karangan adalah ide atau gagasan tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya
5)      Ditetapkan sebelum mulai mengarang sebagai pedoman menulis secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan
6)      Tema: ide yang kita tangkap setelah membaca tulisan seseorang
Tema akhir: tema yang kita peroleh setelah selesai membaca karangan seseorang
7)      Pengungkapan maksud dan tujuan
Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat disebut tesis
8)      Sebaiknya tetap dirumuskan secara eksplisit untuk memudahkan dalam menyusun kerangka (outline) karangan
9)      Rumusan boleh lebih dari satu kalimat, asalkan seluruh kalimat bersama-sama mengungkapkan satu ide (ide karangan)
Contoh
Topik         :  Belajar mengemukakan pendapat secara efektif
Tesis/tujuan: Membekali cara mengemukakan pendapat secara tertulis, logis, dan  sistematis  dengan menggunakan bahasa yang tepat dan pas
Untuk lebih jelas, perhatikan contoh berikut!
Topik         :  Kemacetan lalu lintas
Subtopik    :  Upaya mengatasi kemacetan lalu lintas
Judul         :  (1) Macet Lagi, Macet Lagi, … Pusing!
(2) Lalu Lintas Macet, Penyakit Modernisasi
(3) Kemacetan Lalu Lintas Dapat Memicu Stress
Tema   : Upaya mengatasi kemacetan lalu lintas bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran berlalu lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab; sebab keteraturan berlalu lintas merupakan cermin kepribadian bangsa.
10)  Perlu dibatasi dan diarahkan pada fokus atau titik perhatian tertentu

5.   Memperhatikan Sasaran Karangan (Pembaca)
Perhatikan dan sesuaikan tulisan dengan level sosial, tingkat pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan kebutuhan pembaca.
6.   Mengumpulkan Informasi Pendukung
Cari, kumpulkan, dan pilih informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam, dan memperkaya isi tulisan.       
7.   Mengorganisasikan Ide dan Informasi
a. Cara kerja:
1) Organisasikan atau tata ide-ide karangan agar menjadi saling bertaut, runtut, dan padu.
2)      Pilah dan tata gagasan-gagasan atau informasi yang saling berkaitan atas bagian-bagian yang tersusun secara sistematis → kerangka karangan atau ragangan.
3)      Secara umum terdiri atas 3 bagian:
(1)      Pendahuluan atau Pengantar (mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu, serta apa yang akan disajikan)
(2)      Isi (butir-butir penting inti karangan)
(3)      Penutup
4)      Panduan dalam menulis ketika mengembangkan suatu karangan.
5)      Rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.
6)      Mempermudah menuliskan karangan dan dapat mencegah mengolah suatu ide sampai dua kali, serta ke luar dari sasaran yang sudah ditetapkan
7)      Membantu mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda
8)      Jika sudah tersusun rapi, berarti separo karangan sudah “selesai” karena semua ide sudah dikumpul, dirinci, dan diruntun dengan teratur. Kita tinggal menyusun kalimat-kalimatnya untuk “membunyikan” ide dan gagasannya
9)      Merupakan miniatur dari seluruh karangan sehingga pembaca dapat melihat intisari, ide serta struktur karangan

a.    Bentuk Kerangka Karangan
1)      Kerangka topik
a)      terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang didahului tanda-tanda yang sudah lazim untuk  menyatakan hubungan antargagasan
b)      tanda baca akhir (titik) tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat lengkap
Contoh:
Judul                            Proses Mengarang
Kerangka Topik         Penentuan Topik Karangan
Penentuan Tujuan Karangan
Penyusunan Kerangka Karangan
Penulisan Draf Karangan
Pemeriksaan Kesalahan Draf Karangan
Revisi Draf Karangan
Penyuntingan Draf Karangan
Penerbitan Karangan
Contoh kerangka topik di atas belum menunjukkan jenjang sistematika tataan isi karangan. Tataan yang berjenjang dapat Anda lihat pada contoh berikut.
Judul                            Proses Mengarang
Kerangka Topik         Kegiatan Prapenulisan
1. Penentuan Topik Karangan
2. Penentuan Tujuan Karangan
3. Penyusunan Kerangka Karangan
Kegiatan Penulisan
1. Penulisan Draf Bagian Karangan
2. Penulisan Draf Karangan Utuh
Kegiatan Pascapenulisan     
1. Pemeriksaan Kesalahan Draf Karangan
2. Revisi Draf Karangan
3. Penyuntingan Draf Karangan
4. Penerbitan Karangan
2) Kerangka kalimat
a) lebih bersifat resmi, berupa kalimat lengkap
b) tanda baca titik harus dipakai pada akhir setiap kalimat yang dipakai untuk menuliskan judul  bab dan subbab
c) banyak dipakai pada proses awal penyusunan outline. Jika outline telah selesai, kerangka kalimat dapat dipadatkan menjadi kerangka topik
Contoh:
Judul Karangan           Pupuk Alam
Kerangka Kalimat       Pupuk alam dapat dikategorikan menjadi dua macam, yakni pupuk kandang dan pupuk daun.
Pupuk  alam memiliki keuntungan-keuntungan.
Pupuk alam lebih murah daripada pupuk buatan.
Pupuk alam tidak merusak daya kesuburan tanah.
Pupuk alam tidak mematikan organisme di lahan
Pupuk alam berguna untuk mengharmoniskan sistem ekologi.
3)   Dapat berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik
4)   Dapat dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu
I. ……………………………………    1. ……………………………
A. …………………………………  1.1 ……………………………        
1. ……………………………… 1.2 ……………………………
2. ……………………………… 1.2.1 …………………………
B. …………………………………  1.2.2 …………………………
1. ……………………………… 2. ……………………………
2. ……………………………...  2.1 ……………………………
a. …………………………..  2.1.1 …………………………
b. …………………………..  2.1.2 …………………………
1) ……………………….. 2.1.2.1 ………………………
2) ……………………….. 2.1.2.2 ………………………
a) …………………….  2.2 …………………………..
b) …………………….
(1) ………………..
          (a) ……………
          (b) ……………
(2) ………………..
II. ……………………………………
              A. ………………………………...
              B. ………………………………...
b.   Pola Penyusunan Kerangka Karangan
1)  Pola Alamiah: mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu
a) Urutan Ruang: dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang
Topik: Laporan Lokasi Banjir di Indonesia
I. Banjir di Pulau Jawa
A. Banjir di Jawa Barat
                                    1. Daerah Ciamis
                                    2. Daerah Garut
   B. Banjir di Jawa Tengah
                                    1. Daerah Semarang
                                    2. Daerah Pekalongan
II. Banjir di …
b)   Urutan Waktu: dipakai untuk menarasikan (menceritakan) suatu peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa
Topik:  Riwayat Hidup Bung Karno
1. Jatidiri Bung Karno
2. Pendidikan Bung Karno
3. Karier Bung Karno
4. Akhir Hidup Bung Karno
2)  Pola Logis: memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia
a)  klimaks-antiklimaks
Topik: Kejatuhan Soeharto
I.     Praktik KKN Merajalela
II.    Keresahan di Dalam Masyarakat
III.  Kerusuhan Sosial di Mana-Mana
IV.  Tuntutan Reformasi Menggema
V.    Kejatuhan yang Tragis
b)  sebab-akibat
Topik: Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar
1.     Kebakaran di Tanah Tinggi
2.     Penyebab Kebakaran
3.     Kerugian yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah
4.     Rencana Rehabilitasi Fisik
c)   pemecahan masalah
Topik: Bahaya Ectasy dan Upaya Mengatasinya
1.     Apakah Ectasy
2.     Bahaya Ectasy
2.1  Pengaruh Ectasy terhadap Syaraf Pemakainya
2.2  Pengaruh Ectasy terhadap Masyarakat
2.2.1  Gangguan Kesehatan Masyarakat
2.2.2  Gangguan Kriminalitas
3.     Upaya Mengatasi Bahaya Ectasy
4.     Simpulan dan Saran
d)  umum-khusus
Topik: Komunikasi Lisan
I.     Komunikasi dan Bahasa
A. Bahasa Lisan
B. Bahasa Tulis
II.    Komunikasi Lisan dan Perangkatnya
A.  Kemampuan Kebahasaan
1.  Olah Vokal
2.  Volume dan Nada Suara
B.  Kemampuan Akting
1.  Mimik Muka
2.  Gerakan Anggota Tubuh
III.  Praktik Komunikasi Lisan …
IV. 
B.     Tahap Penulisan
Setiap tulisan terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) awal karangan: memperkenalkan dan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita → buat semenarik mungkin. (2) isi karangan: menyajikan bahasan topik/ide utama karangan → penjelas/pendukung ide dengan contoh, ilustrasi, informasi, bukti, atau alasan. (3) akhir karangan: mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman/penekanan ide-ide penting. Berisi simpulan dan rekomendasi atau saran.
Setiap lembaga mempunyai konvensi masing-masing di dalam menulis suatu karangan. Konvensi adalah penulisan karangan berdasarkan aturan yang sudah dilazimkan atau disepakati. Ada dua hal yang harus diperhatikan di dalam konvensi naskah, yaitu (1) pengetikan dan (2) unsur karangan ilmiah.
Dalam pengetikan yang harus diperhatikan adalah hal-hal berikut. Biasanya yang digunakan adalah kertas kuarto; margin dari tepi kertas atas dan kiri 4 cm, bawah dan kanan 3 cm atau mengikuti sistem komputer; jenis huruf arial atau times new roman; besar huruf untuk judul 16 s.d. 20 point (tergantung panjang-pendeknya judul), besar huruf untuk teks isi 12 point; margin kiri-kanan diusahakan lurus, tanpa merusak kaidah bahasa, pemenggalan kata, serta memperhatikan tanda baca hubung, dan jarak antarkata; jarak tajuk atau judul bab 6,5 cm dari tepi kertas atas atau 3 cm dari margin atas; jarak antarbaris 2 spasi, antarparagraf 3 spasi, antara teks dan contoh 3 spasi, antara tajuk dan uraian 4 spasi, antara uraian dan subjudul di bawahnya 3 spasi.

1.      Menulis Makalah
Dalam konteks perkuliahan, seminar, simposium, dan kehidupan ilmiah lainnya, seseorang sering diminta pandangannya atau dituntut untuk menunjukkan kinerja akademiknya melalui sebuah paparan yang berkaitan dengan keahliannya. Agar paparan itu memberikan dampak yang luas, penyaji diminta menulis makalah atau kertas kerja.
a.       Pengertian Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan atau yang berkaitan dengan suatu tema seminar, simposium, diskusi, atau kegiatan ilmiah lainnya. Makalah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan.
Menurut Parera (1982: 25) makalah sering juga disebut paper (kertas kerja), ialah jenis karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung, misalnya, melalui observasi lapangan maupun secara tidak langsung (studi kepustakaan). Makalah ilmiah dapat dibaca dan dibahas dalam pertemuan ilmiah (lokakarya, seminar, simposium, konferensi, konvensi, diskusi akademik, dan kegiatan ilmiah lainnya). Makalah ditulis untuk berbagai fungsi, di antaranya untuk memenuhi tugas yang dipersyaratkan dalam mata kuliah tertentu, berfungsi menjelaskan suatu kebijakan, dan berfungsi menjelaskan suatu kebijakan, dan berfungsi menginformasikan suatu temuan.
b.      Jenis Makalah
Dikenal dua jenis makalah, yaitu makalah biasa (common paper) dan makalah posisi (position paper).
1)      Makalah biasa
Makalah biasa dibuat mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam makalah ini secara deskriptif, mahasiswa mengemukakan berbagai aliran atau pandangan tentang masalah yang dikaji. Dia juga memberikan pendapat, baik berupa kritik maupun saran mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan orang lain. Mahasiswa tidak perlu memihak salah satu aliran atau pendapat tersebut dan berargumentasi mempertahankan pendapat yang diikutinya.
Makalah biasa juga dapat ditulis seseorang untuk mendeskripsikan suatu kebijakan, gagasan, atau temuannya kepada khalayak. Sebagai contoh, seorang mahasiswa aktivis dapat mengemukakan gagasannya tentang metode pengolahan sampah, atau seorang pejabat memaparkan tentang kebijakannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar di daerahnya.
2)      Makalah posisi
Dalam makalah posisi, mahasiswa dituntut untuk menunjukkan posisi teoretisnya dalam suatu kajian. Untuk makalah jenis ini, dia tidak hanya diminta menunjukkan penguasaan mengenai suatu teori atau pandangan tertentu tetapi juga dipersyaratkan untuk menunjukkan di pihak mana dia berdiri beserta alasannya yang didukung oleh teori-teori atau data yang relevan.
Untuk dapat membuat makalah posisi, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mempelajari sumber tentang aliran tertentu, tetapi berbagai sumber atau aliran yang pandangannya berbeda-beda dan bahkan mungkin sangat bertentangan. Dari bahasan tersebut mungkin saja mahasiswamemihak salah satu aliran, tetapi mungkin pula dia membuat suatu sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Jadi, kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi sangat diperlukan untuk membuat makalah posisi.
Pada umumnya, makalah biasa diwajibkan kepada mahasiswa S-1, sedangkan makalah posisi diwajibkan kepada mahasiswa pascasarjana. Di samping itu, makalah posisi juga ditulis untuk didiskusikan dalam sebuah forum seminar yang menyoroti gagasan, kebijakan, atau temuan seseorang.

c.       Sistematika Makalah
Makalah biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) judul, (2) abstrak: biasanya berisi intisari keseluruhan tulisan, ditulis secara naratif, dan diketik satu spasi serta paling banyak tiga paragraf atau sekitar 150—200 kata. Abstrak memuat latar belakang masalah, tujuan,kesimpulan, dan saran yang ditulis secara padat, (3) pendahuluan, (4) isi dan pembahasan, (5) kesimpulan, dan (6) daftar pustaka. Makalah ilmiah yang sering disusun oleh mahasiswa disebut dengan istilaah term paper, biasanya disingkat paper. Paper ini merupakan jenis tugas tertulis dalam suatu mata kuliah, berupa hasil pembahasan buku atau tulisan tentang isu-isu atau suatu permasalahan yang sedang aktual di masyarakat.

2.      Menulis Laporan
Kegiatan penulisan laporan, baik secara lisan maupun tertulis, erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat, dalam perkuliahan, dunia organisasi, dan lingkungan lainnya. Kegiatan ini bukan hanya merupakan kepentingan kaum dewasa, melainkan merupakan kepentingan kaum remaja, pelajar, dan mahasiswa.
a.       Pengertian dan jenis laporan
Laporan berarti segala sesuatu yang dilaporkan oleh pihak tertentu kepada pihak lain mengenai suatu masalah, baik secara lisan maupun tertulis, dan baik dalam kurun waktu tertentu secara rutin maupun dalam waktu tertentu saja.
Jenis laporan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang seperti diuraikan berikut ini.
1)      Dilihat dari segi isi atau materi yang dilaporkan: a) laporan penelitian, b) laporan keuangan, c) dan laporan penghasilan.
2)      Dilihat dari waktu pelaporannya yang periodik: a) laporan tahunan, b) laporan triwulan, c) laporan semester, d) laporan bulanan, dan e) laporan mingguan.
3)      Dilihat dari cara penyampaian laporan: a) laporan lisan dan b) laporan tertulis.
4)      Dilihat dari bentuk pelaksanaan suatu kegiatan: a) laporan kegiatan peringatan reuni, b) laporan kegiatan peringatan hari kemerdekaan RI, dan c) laporan kegiatan wisuda.
5)      Dalam kehidupan akademik di perguruan tinggi terdapat jenis-jenis laporan yang erat kaitannya dengan tugas perkuliahan, seperti: a) laporan buku, b) laporan bab, c) laporan kuliah lapangan, dan  d) laporan artikel jurnal.
6)      Dan lain-lain, dengan mempertimbangkan isi, waktu, cara, dan bentuk laporan serta lingkungannya.
b.      Sistematika laporan
Variasi laporan yang dilaporkan di atas berimplikasi terhadap sistematika penulisannya.
1)      Sistematika laporan pengabdian kepada masyarakat: (1) judul laporan, (2) penyusun laporan, (3) kata pengantar, (4) ringkasan, (5) daftar isi, (6) daftar tabel, (7) daftar gambar dan ilustrasi,  (8) pendahuluan, (9) pelaksanaan kegiatan, (10) hasil kegiatan, (11) kesimpulan dan saran, (12) daftar pustaka, dan (13) lampiran-lampiran. (Abdurahman, 1986: 176).
2)      Sistematika laporan buku, bab, dan artikel: (1) pendahuluan, (2) isi buku, bab, artikel, (3) komentar, dan (4) kesimpulan. (UPI, 2005: 11).
3)      Sistematika laporan berbentuk skripsi, tesis, dan disertasi: (1) judul, (2) nama dan kedudukan tim pembimbing, (3) pernyataan, (4) kata pengantar, (5) abstrak, (6) daftar isi, (7) daftar tabel, (8) daftar gambar, (9) daftar lampiran, (10) bab I pendahuluan, (11) bab II kajian pustaka, (12) bab III metode penelitian, (13) bab IV pembahasan hasil-hasil penelitian, (14) bab V kesimpulan dan rekomendasi, (15) daftar pustaka, (16) lampiran-lampiran, dan (17) riwayat hidup penulis. (UPI, 2005: 140).
a)      Pengertian Skripsi
Di dalam KBBI (1999: 953) skripsi adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademiknya. Walaupun sebenarnya tidak semua mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan akademiknya diwajibkan membuat skripsi.
Biasanya, topik di dalam skripsi terdiri atas dua variabel. Variabel merupakan unsur-unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
b)      Sistematika Skripsi
Penomoron pada halaman-halaman awal, sebelum masuk bab I, biasanya menggunakan angka romawi kecil. Penomoran dihitung mulai dari bagian judul sampul, tetapi tidak dituliskan.
(1)   Judul
(a)    Judul sampul, berisi (1) judul, (2) penjelasan adanya tugas, (3) nama penulis, (4) identitas penulis, (5) nama lembaga, kota, dan tahun.
Judul dapat dipandang sebagai tanda pengenal karangan dan sekaligus juga kunci utama untuk mengetahui isi karangan. Oleh karena itu, judul harus dapat mencerminkan seluruh isi karangan dan dapat menunjukkan fokus serta permasalahan pokok karangan. Judul juga harus disusun secara singkat, artinya judul tidak boleh disajikan dalam bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi cukup dalam bentuk ungkapan yang singkat dan padat. Jika tidak dapat dihindari judul yang panjang, Keraf (1984: 129) menyarankan untuk membuat judul utama yang singkat kemudian diberi judul tambahan yang panjang. Judul yang terlalu panjang juga dapat dipecah menjadi judulutama dan anak judul.
(b)   Halaman judul
Halaman judul biasanya juga disebut title prancis (halaman perancis). Sesuai dengan namanya, halaman judul biasanya hanya berisi judul atau berisi sama persis dengan judul sampul.
(2)   Nama dan kedudukan tim pembimbing
(3)   Halaman pernyataan
(4)   Kata pengantar
Kata pengantar, berisi (1) penjelasan mengapa menulis, (2) ucapan syukur, (3) penjelasan adanya tugas, (4) penjelasan pelaksanaan penulisan, (5) adanya bantuan, bimbingan, dan arahan, (6) ucapan terima kasih, (7) harapan penulis, (8) manfaat bagi pembaca dan mohon kritik serta saran, (9) penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap.
(5)   Abstrak
Abstrak adalah suatu bentuk penyajian singkat sebuah laporan atau dokumen yang ditulis secara teknis, teliti, tanpa kritik atau penafsiran penulis abstrak.
                                                                      (a)      Karakteristik abstrak: singkat, berketelitian tinggi, bentuk tulisan sesuai dengan naskah asli.
                                                                     (b)      Struktur abstrak: judul laporan/dokumen asli; nama asli penulis; tujuan dan masalah; cara kerja, proses, atau metode kerja; hasil kerja dan validitas hasil; simpulan; inisial penulis.
                                                                      (c)      Jenis abstrak:
Abstrak Indikatif, yaitu abstrak yang menguraikan secara singkat masalah yang terkandung dalam dokumen lengkapnya.
Contoh:
STUDI PENDALAMAN MENGENAI METODE INABAH, DALAM UPAYA PENYEMBUHAN PENDERITA KETAGIHAN ZAT ADIKTIF MELALUI PROSES DIDIK, MENURUT PONDOK PESANTREN SURYALAYA: LAPORAN PENELITIAN, EMO KASTAMA
Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP Jakarta, 1992, 60 hlm.
        Telah diteliti penggunaan metode inabah dalam upaya menyembuhkan korban narkotika dan zat adiktif lainnya melalui proses didik berdasarkan pendekatan agama Islam menurut Pondok Pesantren Suryalaya. Penyembuhan dilakukan secara ilmiah, mengutamakan mandi, sholat, dan dzikir. Hasil penyembuhan mencapai 83,91%. Penelitian menyimpulkan bahwa metode inabah dapat dijadikan alternative penyembuhan korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya (EK).
Kata kunci: metode inabah, zat adiktif.

Abstrak Informatif, yaitu miniatur laporan atau dokumen asli dengan menampilkan selengkap mungkin data laporan sehingga pembaca abstrak tidak perlu lagi membaca naskah asli, kecuali untuk mendalaminya.
Contoh:    
STUDI TENTANG HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN ETNIS DENGAN KESEJAHTERAAN DI DKI JAKARTA
(JASMIS, DKK.)
Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP Jakarta, 1992, 60 hlm.
              Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keanekaragaamn etnis dengan kejahatan di DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DKI Jakarta didiami oleh bermacam-macam etnis dan hampir semua etnis yang ada di seluruh Indonesia ada di Jakarta. Mereka membentuk suatu organisasi yang kita kenal dengan paguyuban. DKI Jakarta sampai saat ini mempunyai 153 organisasi kemasyarakatan yang tersebar di 5 wilayah DKI Jakarta, yaitu 30 buah organisasi di Jakarta Timur, 41 buah organisasi di Jakarta Selatan, 12 buah organisasi di Jakarta Utara, 9 buah organisasi di Jakarta Barat, dan yang terbanyak di Jakarta Pusat yaitu 62 buah organisasi kemasyarakatan.
       Berdasarkan status kependudukan hampir sebagian responden yaitu 68% sudah menjadi penduduk tetap DKI Jakarta dan 31,4% responden belum sebagai penduduk DKI Jakarta. Sedangkan 3,3% mempunyai KTP musiman dan 27% masih mempertahankan KTP daerah asal.
       DKI Jakarta mempunyai banyak organisasi kemasyarakatan yang memungkinkan timbul persaingan antaretnis yang tidak sehat, tetapi tidak ada kaitannya dengan kejahatan. Dengan adanya pengelompokan atau konsentrasi etnis maka memungkinkan tersulutnya fanatisme kesukuan yang berlebihan (Yas).
Kata kunci: etnis, organisasi.

(6)   Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran
Contoh:
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………              i
Lembar Pengesahan ….………………………………                ii
Abstrak ……………………………………………………           iii
Kata Pengantar ……………………………………………           iv
Daftar Isi ………………………………………………….             v
Daftar Tabel .………………………………………………           vi
Daftar Gambar ……………………………………………           vii
BAB I       PENDAHULUAN ……………………………             1
                  A.  Latar Belakang .………………………………        1
                  B.  Masalah .……………………………………..         3
                  C.  Tujuan .……………………………………….         3
                  D.  Pembatasan Masalah .…………………………       3
                  E.  Metode Pembahasan .………………………….       5
BAB II      DESKRIPSI TEORI .…………………………….         7
            A.  Budaya Tradisi Betawi .……………………….       7
            B.  Cerita Rakyat .…………………………………       9
            C.  Kreativitas Baru .………………………………     12
            D.  Kreativitas Baru Neoklasik .…………………..     18
BAB III    DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA .………….       20
            A.  Deskripsi Data ….…………………………….      20
            B.  Analisis Data .…………………………………      35
            C.  Hasil Analisis .…………………………..…….      40
BAB IV    KESIMPULAN DAN SARAN .……………….…      45
            A.  Kesimpulan ….………………………………...     45
            B.  Saran-Saran ..………………………………….      47
DAFTAR PUSTAKA .…………………………………………    49
Lampiran .………………………………………………………   51
Indeks .………………………………………………………….   55
Daftar Riwayat Hidup .…………………………………………    57

(7)   Bab I Pendahuluan
(a) latar belakang masalah: yang disusun dalam alur pikir yang logis, yang menunjukkan kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan (das sollen dan das sein), (b) tujuan: sasaran yang hendak dicapai; upaya pokok yang harus dilakukan; tujuan utama, (c) ruang lingkup: pembatasan masalah; rumusan detail masalah; definisi.
(8)  Bab II Kajian Pustaka/Landasan Teori: deskripsi kajian teoretik; penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir, (a) sumber data: sumber data primer dan sumber data sekunder; (b) kriteria penentuan jumlah data; kriteria penentuan sampel; kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
(9) Bab III Metode dan Teknik/Sistematika Penulisan: gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan kesimpulan; penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, dan kode.
(10) Pembahasan hasil-hasil penelitian
Bagian ini berisi sajian pembahasan masalah dan merupakan bagian inti. Pada bagian ini hendaknya dikemukakan deskripsi tentang subjek studi, analisis permasalahan, dan solusi pemecahannya. Pada bagian ini aspek-aspek yang dipersoalkan pada bagian pendahuluan dikaji dan dianalisis satu demi satu, sehingga masalah yang dipersoalkan itu menjadi jelas kedudukannya dan pemecahannya. Untuk memperkuat daya analisnya, penulis hendaknya menggunakan teori, data, atau pandangan ahli.
(11) Kesimpulan dan rekomendasi/saran
Secara umum, kesimpulan berisi hasil dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya berisi jawaban atas semua permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.
(12) Daftar pustaka
Bagian ini memuat pustaka atau rujukan yang diacu dalam skripsi. Rujukan ini disusun ke bawah menurut abjad nama akhir penulis pertama. Buku dan majalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya dari kiri ke kanan. Penulisan daftar pustaka dapat disusun menurut aturan yang lazim, yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Apa pun cara penulisan yang dipilih hendaknya digunakan secara konsisten. (Teknik penulisan dapat Anda lihat pada bagian).
(13) Lampiran-lampiran
Bagian ini memuat hal-hal yang dapat dijadikan sebagai bukti penelitian.
(14) Riwayat hidup penulis
Bagian ini disusun mulai dari nama lengkap penulis diikuti dengan riwayat pendidikan, dan riwayat organisasi atau karya yang pernah dihasilkan, atau hal-hal lain yang mendukung riwayat hidup penulis yang ditulis secara lengkap dan singkat.

3.      Menulis Proposal
Kata proposal dalam KBBI (1999) diartikan sebagai rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Dalam bahasan ini, usulan itu difokuskan pada proposal penelitian yang merupakan salah satu langkah konkret pada tahap awal penelitian.
Sebagai suatu proses, penelitian memerlukan tahapan-tahapan tertentu yang disebut sebagai suatu siklus, yaitu:
(1)   pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada),
(2)   pembuatan desain penelitian,
(3)   pengumpulan data,
(4)   pembuatan kode dan analisis data, dan
(5)   interpretasi hasilnya (Maria S.W. Soemardjono, 1997: 1—2).
Usulan penelitian pada umumnya memuat:
1)      judul
Judul penelitian hendaknya dibuat (1) singkat, (2) jelas, (3) menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti, (4) tidak memberikan peluang bagi penafsiran/interpretasi yang bermacam-macam, (5) menggunakan bahasa ilmiah yang memenuhi standar tertentu dan mudah dipahami orang lain, dan (6) berupa kelompok kata (frasa).
2)      latar belakang
Latar belakang berisi:
(1)   permasalahan: uraikan masalah yang menarik minat dan mendesak untuk diteliti,
(2)   manfaat penelitian: berikan kontribusi/manfaat bagi kepentingan masyarakat (segi praktis) dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) atau segi teoretis,
(3) keaslian/orisinalitas penelitian: masalah yang dipilih belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya atau harus dinyatakan dengan tegas bahwa pada aspek tertentu penelitian itu belum pernah dikaji secara mendalam.
3)      tujuan penelitian
Tujuan penelitian hendaknya (1) dikemukakan dengan jelas dan tegas, (2) antara masalah, tujuan, dan simpulan yang ditarik dari hasil penelitian harus sinkron, (3) jika masalah yang dikemukakan ada empat hal, maka tujuan juga harus dirumuskan dalam keempat hal tersebut, dan (4) melalui pengujian hipotesis (jika ada) terhadap keempat masalah/tujuan tersebut akan diperoleh simpulan yang meliputi keempat hal itu pula.
4)      tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka berisi uraian sistematis tentang berbagai informasi yang dikumpulkan dari sumber bacaan, referensi, dan data empirik yang ada hubungannya dan menunjang penelitian.
5)      landasan teori
Landasan teori sekurang-kurangnya mengandung tiga hal pokok (1) seperangkat proposisi yang berisi konstruk atau konsep yang sudah didefinisikan dan saling berhubungan, (2) penjelasan hubungan antarvariabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis mengenai fenomena yang digambarkan oleh variabel-variabelnya, (3) penjelasan mengenai fenomena dengan cara menghubungkan variabel dengan variabel lain dan bagaimana hubungan antarvariabel itu. Landasan teori dijabarkan dan disusun berdasarkan tinjauan pustaka, dan akan merupakan suatu kerangka yang mendasari pemecahan masalah serta untuk merumuskan hipotesis (jika ada).
6)      hipotesis (jika ada)
Hipotesis dirumuskan berdasarkan landasan teori atau berdasarkan tinjauan pustaka. Jika peneliti bertujuan memahami fenomena-fenomena social, budaya, dan pendidikan, hipotesis dapat diganti dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian.
7)      metode penelitian
Metode penelitian berisi:
(1)   bahan atau materi penelitian
(a)    data primer: sumber data yang diperoleh langsung dari responden/informan. Penentuan wilayah dan subjek penelitian (populasi dan sampel) dapat disebutkan secara rinci.
(b)   data sekunder: data yang diperoleh secara tidak langsung, misalnya, arsip, dokumen, dan sejenisnya.
(2)   alat/instrumen
Alat/instrumen yang dapat dipergunakan seperti (a) observasi (jika pelaksana cukup banyak sedangkan responden relatif terbatas), (b) wawancara (jika jumlah responden terbatas; jika ingin memperoleh pendapat yang lebih mendalam; jika pelaksana cukup banyak sedangkan responden relatif terbatas), (3) kuesioner (penelitian meliputi daerah yang relatif luas; jika responden cukup banyak sedangkan pelaksana relatif terbatas), (4) studi dokumen.
(3)   jalannya penelitian: cara melakukan penelitian dan cara mengumpulkan data,
(4)   variabel penelitian: dijabarkan melalui definisi operasional yang sedapat-dapatnya menggambarkan dasar pengukuran serta kisarannya,
(5)   serta data yang dikumpulkan, dan
(6)   analisis hasil: berisi tentang cara-cara analisis, yaitu bagimana memanfaatkan data yang terkumpul untuk digunakan dalam memecahkan masalah penelitian.
8)      jadwal kegiatan
Pada bagian ini ditunjukkan tahap-tahap dengan rincian/uraian setiap kegiatan dan jangka waktunya.
9)      daftar pustaka
Bagian ini dapat disusun menurut aturan yang lazim, yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Apa pun cara penulisan yang dipilih hendaknya digunakan secara konsisten.

Contoh kerangka usulan penelitian:
a.       Judul
b.      Latar Belakang, berisi:
1)      Perumusan masalah/permasalahan
2)      Keaslian/orisinalitas penelitian
3)      Manfaat penelitian
c.       Tujuan Penelitian
d.      Tinjauan Pustaka
e.       Landasan Teori
f.       Hipotesis (jika ada)
g.      Metode/Cara Penelitian, yang berisi:
1)      Bahan/materi penelitian
2)      Alat/instrumen pengumpulan data
3)      Jalannya penelitian
4)      Variabel dan data yang dikumpulkan
5)      Analisis hasil
h.      Jadwal Penelitian, yang berisi:
1)      Tahap-tahap penelitian
2)      Rincian kegiatan pada setiap tahap
3)      Jangka waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan
i.        Daftar Pustaka
C.  Tahap Pascapenulisan
Pada tahap ini dilakukan penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan, terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi/pemeriksaan dan perbaikan isi karangan).
1.      Perevisian
Perevisian naskah merupakan pemeriksaan dan perbaikan materi karangan.  
2.      Penyuntingan
Penyuntingan naskah merupakan pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan, seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya.
Langka-langkah penyuntingan:
a.       Baca keseluruhan naskah
b.      Tandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan jika ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, atau disempurnakan
c.       Lakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.

Tanda-Tanda Koreksi

:  penunjuk bagian yang harus dikoreksi
Penulis mengucapkan Alhamdulillah ke hadirat …
:  menambahkan kata yang hilang
Pada kesempatan ini mengucapkan …
:  menukar letak huruf, kata, atau kalimat
… penuliasn … menjadi … penulisan …
:  penunjuk bagian yang dihilangkan
… berkata … menjadi   … berkat …
:  renggangkan/beri jarak
… penulispun … menjadi … penulis pun …
:  rangkaikan
… mata hari … menjadi … matahari …
:  rangkaikan dengan tanda hubung
… main main … menjadi … main-main …
:  tarik ke luar/ke kiri
Penulis mengucapkan terima kasih …
menjadi
Penulis mengucapkan terima kasih …
:  tarik ke dalam/ke kanan
Pada era komunikasi yang …
menjadi
Pada era komunikasi yang …
:  alinea baru
Pada era komunikasi yang berkembang pesat…dunia  secara keseluruhan. Media komunikasi dapat …
:  jadikan satu baris
Komunikasi massa yang merupakan bentuk
   komunikasi tak langsung adalah suatu … 
                                      :  ratakan
                                      : tambahkan beberapa kalimat/paragraf
Pada hari ini …             :  tidak jadi dihilangkan
Ia men-tackle                :  italic/cursif/cetak miring
… adalah topik             :  bold/cetak tebal
Anggota dpr                  :  huruf kapital
pt.                                  :  point/besar huruf
cap. all.                          :  huruf besar semua/kapital.
cap. one.                        :  kapital di awal
cap. onc.                        :  kapital pada setiap awal kata
nor.                                :  normal




IX
TEKNIK NOTASI ILMIAH
Pernyataan, teori, ataupun konsep yang kita gunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan karya ilmiah harus mencakup beberapa hal. Pertama, kita harus dapat mengidentifikasi orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita harus pula dapat mengidentifikasikan media komunikasi yang memuat hal tersebut. Ketiga, Kita harus dapat mengidentifikasikan lembaga yang menerbitkannya. Jika rujukan tersebut tidak diterbitkan, tetapi disampaikan dalam bentuk makalah dalam seminar atau lokakarya, kita harus menyebutkan tempat, waktu, dan lembaga yang menyelenggarakannya. Begitu pula jika rujukan berasal dari hasil wawancara, kita harus menyebutkan tempat, waktu, atau media yang menyiarkannya.
Cara kita mencatumkan ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah disebut teknik notasi ilmiah, yang menyangkut masalah tata cara mengutip, membuat catatan kaki, dan menyusun daftar pustaka (bibliografi).
A. Kutipan
Mengutip adalah kegiatan meminjam pendapat seseorang yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Sumber kutipan tersebut dapat berupa cetakan atau rekaman/wawancara.
Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa kita mengutip, yaitu (1) menghemat waktu karena tidak perlu mengadakan penelitian lagi; (2) memperkuat argumen atau pendapat yang kita kemukakan dalam tulisan ilmiah.
Di dalam mengutip (1) kita tidak boleh mengubah (menambah atau mengurangi) hal yang kita kutip; (2) jangan memasukkan pendapat pribadi; (3) penulis bertanggung jawab penuh akan akurasi kutipan, terutama kutipan tidak langsung. Jika kita menemukan kesalahan pada kutipan langsung tambahkan tanda kurung siku […] di belakang kata atau bagian yang salah. Misalnya, pada kutipan tertulis kata naosional yang seharusnya nasional, tulislah na[o]sional. Begitu pula jika kita tidak setuju dengan pendapat yang kita kutip, tempatkan tanda [sic!] di belakang bagian yang tidak kita setujui. Selain itu, tanda [sic!] juga menandakan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut, ia sekadar mengutip sesuai dengan aslinya. Misalnya, “Demikian juga dengan kata yang bermakan [sic!] ambigu …” Lakukan hal yang sama, jika kita meragukan kebenaran suatu pernyataan. Misalnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 616) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan skripsi adalah “Karya ilmiah yang wajib ditulis [sic!] oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya”. Tanda [sic!] tersebut selain menunjukkan bahwa Anda mengutip apa adanya (sesuai dengan aslinya) juga mengandung arti bahwa Anda tidak setuju karena tidak semua perguruan tinggi mewajibkan mahasiswa untuk menulis skripsi, tetapi ada pilihan jalur skripsi dan nonskripsi.


Jenis Kutipan
Ada dua macam kutipan, yaitu:
1.  Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap atau sama persis dengan sumbernya.
Contoh:
Skripsi adalah naskah teknis. Pada umumnya skripsi merupakan pula sebagian syarat untuk memperoleh gelar (derajat akademis) doktorandus dan/atau yang sederajat, dengan titik berat sebagai latihan menulis karya ilmiah bagi calon sarjana (Brotowidjoyo, 1993: 143).
a.  Kutipan pendek: kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris; isi kutipan ditempatkan menyatu dengan teks; spasi sama dengan teks; bagian yang dikutip diapit dengan tanda petik (“…”); setelah kutipan selesai, diberi nomor urut (angka Arab) sebagai catatan kaki (footnote) guna menyebutkan sumber kutipan dan ditulis setengah spasi ke atas (huruf superscript); nomor kutipan berurutan dalam satu bab. Pergantian bab diikuti pula dengan penggantian nomor kutipan; jika bahan yang dikutip disajikan sebagai bahan perbandingan, harus dibuat kesimpulan perbandingannya.
Contoh:
Pronomina adalah “kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain”.2
b.  Kutipan panjang: kutipan langsung yang lebih dari empat baris; isi kutipan ditempatkan pada paragraf baru dan tersendiri (indensi 5–7 karakter); spasi rapat (satu spasi); kutipan tidak diapit tanda petik.
Contoh:
Ilmu pengetahuan menuntut persyaratan khusus dalam pengaturannya. Dua hal penting dalam pengaturan tersebut adalah sistem dan metode pengetahuan itu sendiri. Koentjaraningrat (1977: 13–16) memberikan penjelasan mengenai hal tersebut sebagai berikut:
Sistem adalah susunan yang berfungsi dan bergerak, suatu cabang ilmu niscaya     mempunyai objeknya, dan objek yangmenjadi sasaran umumnya dibatasi. Sehubungan dengan hal itu,maka setiap ilmu lazimnya mulai dengan merumuskan suatubatasan (definisi) perihal apa yang dibedakan dari sistem. Suatu hallain yang dalam dunia keilmuan segera dilekatkan pada masalahsistem adalah metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maknametode (Yunani) adalah ‘cara atau jalan’.3
      
c.  Jika kita ingin menghilangkan beberapa kata pada awal atau tengah tulisan, beri tanda elipsis atau (…) pada bagian yang dihilangkan, sedangkan menghilangkan unsur pada bagian akhir tulisan beri tanda titik sebanyak empat buah. Berbeda jika kita hendak menghilangkan satu paragraf atau lebih, kita harus memberi tanda titik-titik sepanjang satu baris.
Contoh:
… Akan tetapi, komunikasi dalam iklan bersifat khusus. Iklan pada prinsipnya adalah “komunikasi nonpersonal yang dibayar oleh sponsor yang menggunakan media massa untuk membujuk dan mempengaruhi khalayaknya” (Wells, 1992: 10). … Segi nonpersonal itu membedakan iklan dari promosi dan publisitas.
……………………………………………………………………………………………….. Dari definisi tersebut dapat ditarik empat kata kunci, yaitu sponsor, pesan, media, dan sasaran.
2.  Kutipan tidak langsung/menyadur adalah pinjaman atau penggunaan ide/pokok pemikiran orang lain yang ditulis kembali dengan bahasa pengutip sendiri.
Contoh:
Seperti yang dikemukakan Brotowidjoyo (1993: 143) skripsi pada dasarnya adalah latihan menulis ilmiah  bagi calon sarjana. Naskah teknis ini sekaligus berfungsi sebagai pelengkap persyaratan akhir untuk memperoleh gelar seseorang.
Cara menyadur ada dua macam, masing-masing berbeda cara, tujuan, dan manfaatnya.
a.   Meringkas, yaitu penyajian suatu karangan atau bagian karangan panjang dalam bentuk yang singkat. Tujuannya adalah: (1) mengembangkan ekspresi penulisan, (2) menghemat kata, (3) memudahkan pemahaman naskah asli, dan (4) memperkuat pembuktian.
Proses meringkas karangan berdasarkan urutan sebagai berikut: (1) bertolak dari karangan asli dengan membaca secara cermat naskah asli dari tema sampai dengan kesimpulan, dan mencatat pikiran-pikiran utama; (2) mereproduksi karya asli dalam bentuk ringkas dengan menyajikan pikiran-pikiran utama seluruh karangan dalam hubungan logis; memotong, memangkas, atau menghilangakn unsur-unsur (a) keindahan gaya bahasa, (b) ilustrasi, (c) penjelasan, rincian, dan detail, (d) kutipan, dan (e) contoh-contoh; (3) menyusun ringkasan dengan mempertahankan (a) pikiran pengarang dan pendekatan asli, (b) urutan pikiran, (c) sudut pandang pengarang asli, (d) pengetikan: spasi, huruf, dan margin sama dengan uraian teks.
b.   Ikhtisar, yaitu menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk ringkas. Proses mengikhtisar karangan berdasarkan urutan sebagai berikut: (1) bertolak dari naskah asli; (2) tidak mempertahankan urutan; (3) tidak menyajikan keseluruhan isi; (4) langsung ke inti bahasan yang terkait dengan masalah yang hendak dipecahkan; (5) memerlukan ilustrasi untuk menjelaskan inti pesoalan; (6) pengetikan: spasi, huruf, dan margin sama dengan teks.
B. Catatan Kaki
        Catatan kaki atau footnote adalah keterangan mengenai referensi atau isi yang ditempatkan di kaki tulisan. Catatan ini diperlukan selain untuk menunjukkan tempat yang kita kutip, menguatkan pendapat yang kita kemukakan, memberi referensi silang (cross-references), juga sebagai tempat memberi komentar atau tanggapan terhadap suatu pendapat.
        Sehubungan dengan fungsinya tersebut, catatan kaki dibedakan atas (1) catatan kaki referensi: berisi tentang catatan sumber yang dikutip; ditempatkan pada kaki tulisan atau di akhir keseluruhan tulisan setelah simpulan (disebut catatan akhir atau end note) dan (2) catatan kaki isi: berisi penjelasan, komentar terhadap konsep yang kita kutip atau catatan tambahan yang sifatnya melengkapi tulisan.
1.     Kutipan Disertai Catatan kaki
Skripsi, tesis, disertasi, dan makalah ilmiah yang lebih dari sepuluh halaman sebaiknya menggunakan catatan kaki. Pemikiran yang mendasari penggunaan catatan kaki adalah: (1) menunjukkan bobot ilmiah yang lebih tinggi; (2) menunjukkan kecermatan yang lebih akurat; (3) memudahkan penilaian penggunaan sumber data; (4) mencegah pengulangan penulisan data pustaka; (5) memudahkan pembedaan data pustaka dan keterangan tambahan; (6) memungkinkan ketelitian sumber data lebih akurat; (7) meningkatkan estetika penulisan.
Pengetikan catatan kaki isi merupakan salah satu konvensi penulisan. Adapun tekniknya adalah sebagai berikut.
(1)   Catatan kaki harus ditulis pada tempat yang sama dengan pencantuman nomor catatan kaki.
(2)   Nomor harus ditempatkan dengan menggunakan angka Arab dan berurutan tiap bab.
(3)   Pergantian bab diikuti pula dengan pergantian nomor catatan kaki.
(4)   Nomor
(5)   diletakkan setengah spasi di atas teks (superscript).
(6)   Jarak ketik antarbaris satu spasi.
(7)   Jarak ketik antarnomor (sumber) dua spasi.
(8)   Jenis ataupun ukuran huruf catatan kaki dapat dibuat berbeda dari jenis dan huruf pada naskah.


Contoh:
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), halaman 273.
2Gorys Keraf, Komposisi, (Ende: Nusa Indah, 1980), halaman 229.
Penulisan catatan kaki untuk data publikasi yang sama atau sumber yang pernah dikutip menggunakan istilah-istilah berikut.
1.      Ibid., singkatan dari ibidem yang berarti ‘sama dengan di atas’. Istilah ini digunakan untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya dan belum diselingi oleh sumber lain.
2.       Op.Cit., singkatan dari opere citato yang berarti ‘dalam karya yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan untuk catatan kaki lain dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipkan catatan kaki lain dari sumber lain.
3.      Loc.Cit., singkatan dari loco citato yang berarti ‘tempat yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan jika kita mengutip kembali karya yang terdahulu dengan halaman yang sama.
Contoh:


 1Kasali, Manajemen Periklanan, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995), hlm. 19.
2Ibid., hlm. 4.
3Ismiani, “Kreatif: Citra Utuh Sebuah Merek” (http: www.cakram.com.juni00/kreatifhtm), hlm. 2 (22 November 2000).
4Kasali, Op.Cit., hlm. 67.
5Kasali, Loc.Cit.
2.   Kutipan Tanpa Catatan Kaki
Artikel dan makalah pendek (kurang dari sepuluh halaman) yang tidak menggunakan catatan kaki dapat menggunakan data pustaka dalam teks. Pemikiran yang mendasari, antara lain: (1) artikel lazim dimuat dalam surat kabar dan majalah populer; (2) ruang untuk menuliskan catatan kaki dan bibliografi terbatas; (3) penulisan cenderung menggunakan ragam populer; (4) pembaca artikel bermacam-macam latar belakang ilmu pengetahuan; (5) pertimbangan akademis bukan unsur utama karena yang dipentingkan fungsi informasi; (6) surat kabar dan majalah mengutamakan efektivitas dan efisiensi, setiap baris/kolom diperhitungkan secara komersial; (7) pemuatan catatan kaki dan bibliografi dinilai memboroskan ruang, yang dapat memperkecil nilai komersialnya; (8) penulisan artikel yang pendek tidak menuntut catatan kaki dan bibliografi yang banyak.
Data pustaka dalam teks dapat ditempatkan pada awal kutipan atau pada akhir kutipan. Data pustaka yang dituliskan adalah: (1) pencipta ide, (2) penulis buku, (3) nama buku, (4) tahun, dan (5) halaman.
Contoh:
a.       Data pustaka pada awal kutipan
      Howard Gardner dalam Daniel Goleman, Inteligence Emotional, (2001: 166) mengidentifikasi kecerdasan antarpribadi berdasarkan keterampilan esensial dalam (1) mengorganisasi kelompok, (2) mencegah konflik dalam merundingkan pemahaman, (3) empati dalam menjalin, mengenali, dan merespons hubungan pribadi, (4) mengungkapkan perasaan dan keprihatinan secara tepat, (5) melakukan analisis sosial dalam mendeteksi perasaan orang lain menuju bentuk terbaik sehingga diperoleh suatu ketajaman antarpribadi, dan (6) memanfaatkan unsur pembentuk daya tarik, keberhasilan sosial, dan karisma.
b.      Data pustaka pada akhir kutipan
      Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain apa yang memotifasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu-membahu dengan mereka. Sedangkan kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri sendiri serta kemampuan menggunakan model untuk menempuh kehidupan yang efektif. (Howard Gardner, Multiple Inteligence, dalam Daniel Goleman, Inteligence Emotional, 2001: 52).
3.   Singkatan-Singkatan
Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan catatan kaki:
a.b.                                          :  alih bahasa
[Sic!]                           : seperti pada aslinya, digunakan untuk menunjukkan bahwa kesalahan terdapat pada naskah aslinya
Cf. atau conf.               :  confer, bandingkan
Chap.                          :  chapter, bab
dkk.                              :  dan kawan-kawan
Ed., ed.                        :  Editor (penyunting), edisi
et seq atau et seqq       :  et sequens atau et sequentes, dan halaman berikutnya
et.al.                            :  et alii, dan lain-lain, untuk menggantikan pengarang yang tidak disebut
Hlm., hlm., atau h.      :  halaman
Ibid. atau ibid.             :  ibidem, sama dengan di atasnya
Infra                            :  di bawah, lihat pada artikel atau karangan yang sama di bawah
Loc.Cit. atau loc.cit.    :  Loco Citato, pada tempat yang telah dikutip
Op.Cit. atau op.cit.      :  Opere Citato, dalam karya yang telah dikutip
Passim                         :  tersebar di sana-sini, bahan yang digunakan berada dalam berbagai sumber
ser.                              :  seri
supra                           :  di atas, sudah disebutkan lebih dulu pada teks yang sama
terj.                              :  terjemahan
Vol.                              :  volume atau jilid

C. Bibliografi/Daftar Pustaka
      Istilah bibliografi atau daftar pustaka berasal dari bahasa Yunani bibliographie yang berarti ‘menulis buku-buku’. Makna dari istilah tersebut kemudian berkembang seiring dengan perkembangan media informasi. Bibliografi tidak hanya tempat untuk menuliskan sumber rujukan yang berasal dari media cetak (jurnal, majalah, surat kabar, buletin, skripsi/tesis/disertasi, makalah, diktat, manuskrip), tetapi juga yang berasal dari media elektronik (mikrofilm, iklan tv, rekaman naskah siaran radio/tv/wawancara, dan sumber-sumber yang diambil dari internet).
      Data yang perlu dicatat dari sumber bacaan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
1.   Data bibliografis (nama pengarang/penulis)
a.   nama pengarang disusun secara alfabetis
b.   gelar akademis tidak perlu dicantumkan
c.  gelar kebangsawanan, kasta, atau gelar adat yang sudah menyatu dengan nama seperti Raden Ajeng Kartini, I Gusti Panji Tisna, Sultan Takdir Alisjahbana tidak perlu dihilangkan
d.  penulisan nama pengarang pertama dimulai dari nama keluarga (first name) atau dibalik, kecuali untuk nama-nama yang berasal dari rumpun Cina
e.   nama pengarang yang terdiri atas satu kata ditulis tetap, misalnya: Soekarno
f.    nama pengarang yang terdiri atas dua kata ditulis dengan urutan terbalik, misalnya: Lamuddin Finoza menjadi Finoza, Lamuddin
g.   nama pengarang yang terdiri atas tiga kata, urutannya menjadi sebagai berikut: kata ketiga menjadi urutan pertama, kata pertama menjadi urutan kedua, dan kata kedua menjadi urutan ketiga. Misalnya: Sultan Takdir Alisjahbana menjadi Alisjahbana, Sultan Takdir
h.   nama pengarang yang dimulai dengan Mc.M. atau Mac. Disusun secara alfabetis sebagai Mac., misalnya: John London McAdam menjadi McAdam, John London
i.    nama yang dimulai dengan St. atau Ste. Disusun secara alfabetis sebagai Saint atau Sainte, misalnya: St. Agustinus menjadi Agustinus, St.
j.    nama-nama gabungan tidak ditulis terpisah, misalnya: Henry Saint-Simon menjadi Saints-Simon, Henry     
k.   jika sumber ditulis lebih dari satu orang, hanya nama pengarang pertama saja yang ditulis dengan urutan terbalik
l.    jika sumber ditulis oleh lebih dari tiga nama pengarang, cukup nama pengarang pertama saja yang dicantumkan dan tambahkan dkk. atau et. al.
m.  jika pada sumber tidak tercantum nama pengarang, cantumkan nama editor atau penyuntingnya. Jika nama itu pun tidak ada, cantumkan nama badan, lembaga, atau instansi yang bertanggung jawab atas publikasi
2.   Judul atau nara sumber
a.   judul sumber yang berupa buku, kamus, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan surat kabar harus dicetak miring (italic) atau diberi garis bawah
b.   jika sumber berasal dari artikel/makalah/diktat/skripsi/disertasi, judul harus diapit oleh tanda petik (“…”)
c.   setiap awal kata dalam judul sumber ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan, kata penghubung, atau kata-kata yang tergolong rumpun kata tugas
3.   Nomor atau seri penerbitan (jika ada) ditulis setelah judul    
4.   Edisi atau cetakan (jika ada) harus dicantumkan
5.   Impresum (tempat, nama, dan tahun penerbitan).
6.   Teknik pengetikannya adalah:
a.   nama pengarang
b.   tanpa nomor urut
c.   jarak ketik antarbaris dalam satu sumber satu spasi
d.   jarak ketik antarsumber dua spasi
e.  huruf pertama dari baris pertama masing-masing sumber diketik tepat pada margin kiri tanpa indensi, sedangkan untuk baris berikutnya indensi 5–7 karakter.


Contoh:
Cara I:
Buku
Karya satu pengarang
Simanjuntak, Tiur L.H. Dasar-Dasar Telekomunikasi. Bandung: Alumni, 1993.
Karya dua pengarang
Manning, Aubrey and Marian Stamo Dawkins. An Introduction to Animal Behaviour. Ed. 4. New York: Cambridge University Press, 1993.
Karya tiga pengarang
Brett, P.D., S.W. Johnson, and C.R.T. Bac. Mastering String Quartets. San Fransisco: Amati Press, 1989.
Karya lebih dari tiga pengarang
Marcus, Charlotte, Jerome Waterman, Thomas Gomez, and Elizabeth DeLor. Investigation into the phenomenon of Limited-Field Criticsm. Boston: Broadview Press, 1990.
Atau
Ketchum, Wanda and others. Batering Husbund: Cornered Wives. Cincinnati: Justice and Daugters, 1990.
Karya tanpa pengarang
The lottery. London: J. Watts, 1732.
Karya badan korporasi (institusi)
Special Libraries Association. Directory of Business Financial Services. New York: Special Libraries Association, 1963.
Karya editor (sama seperti karya berpengarang)
Anderson, J.N.D., (ed.). The World’s Religions. London: Inter-Varsity Fellowship, 1950.
Jenis Dokumen Laporan
Nama pengarang
Postley, John H. Report on Study of Behavioral Factors in Information Systems. Los Angeles: Hughes Dynamics, 1960.
Nama ketua panitia
Report of The Committee on Financial Institutions to the President of the United States. By Walter W. Heller, Chairman. Washington, D.C.: Government Printing Office, 1963.
Jenis Dokumen Prosiding
Industrial Relation Research Association. Proceedings of Third Annual Meeting. Madison, Wis.: n.p., 1951.
Jenis Dokumen Buku Tahunan
Diterbitkan oleh departemen (terbitan pemerintah)
U.S. Department of Agriculture. Yearbook of Agriculture, 1941. Washington, D.C.: Government Printing Office, 1941.
Artikel dalam buku tahunan
Wilson, G.M. “A Survey of the Social and Business Use of Arithmetic”. Second Report of the Committee on Minimal Essentials in Elementary-School Subjects, in Sixteenth Yearbook of the National Study of Education, pt. 1. Bloomington, III: Public School Publishing Co., 1917.
Jenis Dokumen Jurnal atau Majalah
Artikel dalam jurnal
Swanson, Don. “Dialogue with a Catalogue”. Library Quarterly 34 (December 1963): 113-25.
Artikel dalam majalah
Tuchman, Barbara W. “If Asia Were Clay in the Hands of the West”. Atlantic. September 1970. Pp.68–84.
Jenis Dokumen Ensiklopedia
Signed artikel
Encyclopaedia Britanica. 11thed. S.v. “Blake, William”’ by W. Comyns-Carrs.
Unsigned artikel
Encyclopaedia Americana. 1963 ed. S.v. “Sitting Bull”.
Jenis Dokumen Surat Kabar
“Amazing Amazon Region”. New York Times. 12 January 1969, sec. 4, p. E11.
Jenis Dokumen Mikroform (repreduksi)
Chu, Godwin C., and Schramm, Wilbur. Learning from Television: What the Research Says. Bethesda, Md.: ERIC Document Reproduction Services, Ed. 014900, 1967.
Jenis Dokumen yang tidak dipublikasikan
Koleksi Manuskrip
Washington, D.C. National Archives. Modern Military Records Division. Record Group 94. Gen. Joseph C. Castner, “Report to the War Department”, 17 January 1927.
Thesis dan Paper lain
Philips, O.C., Jr. “The Enfluence of Ovid on Lucan’s Bellum civile”. Ph.D. dissertation, University of Chicago, 1962.
Luhn, H.P. “Keyword-in-Context Index for Technical Literature”. Paper presented at the 136th meeting of the American Chemical Society. Atlantic City, N.J., 14 September 1959.
Jenis Dokumen Hasil Wawancara
Nought, John. Primus Realty Company, San Jose, California. Interview, 12 May 1962.
Cara II:
Bagus, Lorens. 1991. “Fenomenologi Pengetahuan Bahasa”. Diktat Mata Kuliah Filsafat Bahasa, Fakultas Filsafat Pascasarjana Universitas Indonesia. 
Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Cet. Ke-7. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fokker, A.A. 1970. Pengantar Sintaksis Bahasa Indonesia. Diindonesiakan oleh Djonhar. Jakarta: Pradnya Paramita.
Nasution, Andi Hakim. “Dua Jenis Ilmu Dasar”. Kompas, 28 September 2001.
Sari, Mayang. “Mitos Kontemporer Iklan: Suatu Kajian Semiologis dalam Perspektif Filosofis”. Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996.
-----------. 1998. “Parfum Pria Menggoda Wanita: Realita atau Utopia” dalam Wanita dan Media: Konstruksi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru. Idy Subandi Ibrahim dan Hanit Suranto (Ed.). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aturan penulisan sumber yang berasal dari media elektronik adalah (1) nama nara sumber, (2) jenis media, (3) tanggal pengumpulan data (wawancara, rekaman radio/tv, atau tanggal mengakses internet).
Contoh:
Auer, Nicole J. Bibliography on Evaluating Internet Resources. <http://reserver.lib.vt.edu:80/libinst/critthink.htm>.(23 Januari 1997).
#Kasali, Renald. Radio Trijaya FM. Jakarta, 4 Oktober 2001.
SUMBER PUSTAKA

1.      Amran Tasai. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
2.      Dendy Sugondo. 1989. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT Priastu.
3.      Dendy Sugondo. 2004. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Edisi Revisi. Jakarta: Puspa Swara.
4.      Depdiknas, Dirjen Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan. 2006. Diktat. “Acuan Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia”. Jakarta.
5.      Lamuddin Finoza. 2003. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
6.      Maidar, dkk. 1999. Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
7.      Pusbinbangsa. 2003. Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
8.      Pusbinbangsa. 2003. Pedoman Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.
9.      Pusbinbangsa. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
10.  Pusbinbangsa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Pustaka.
11.  Sri Suharmini W. “Tips untuk Mahasiswa: Penulisan Bibliografi”. Komunika: Media Komunikasi Civitas Akademika Universitas Terbuka. Nomor 29/Tahun IX/2002. Hlm. 58–59.
12.  Suparno dan Mohammad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
13.  Tim Penulis Bahasa Indonesia UT-ASMI. 2002. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
14.  Widjono Hs. dan Sintowati Rini Utami. 2003. Bahasa Indonesia: Materi Ajar MPK di PT. Jakarta: FIS UNJ.
15.  Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.






















LAMPIRAN-LAMPIRAN

CONTOH-CONTOH
A.    Ragam Bahasa
1.      Ragam Bahasa Lisan
a.       Bentuk Kata
1)      Nia sedang baca surat kabar.
2)      Ari mau nulis surat
3)      Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
b.      Struktur Kalimat
1)      Mereka tinggal di Menteng.
2)      Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
3)      Saya akan tanyakan soal itu.
c.       Kosa Kata
1)      Ariani bilang kita harus belajar.
2)      Kita harus bikin karya tulis.
3)      Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak.
2.      Ragam Bahasa Tulis
a.       Bentuk Kata
1)      Nia sedang membaca surat kabar.
2)      Ari mau menulis surat
3)      Namun, engkau tidak boleh menolak  lamaran itu.
b.      Struktur Kalimat
1)      Mereka bertempat tinggal di Menteng.
2)      Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
3)      Akan saya tanyakan soal itu.
c.       Kosa Kata
1)      Ariani mengatakan bahwa  kita harus belajar.
2)      Kita harus membuat karya tulis.
3)      Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.


B.     Kalimat Efektif
1.      Salah: Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah pria.
      Benar: Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah pria.
      Alasan: tidak mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat, dan/atau objek.
2.      Salah: Gadis itu jalan-jalan di sungai.
Alasan: tidak sesuai dengan tata nilai masyarakat Indonesia karena tidak cocok dengan logika penutur bahasa Indonesia.
3.      Kata adalah, ialah, dan merupakan
Kata adalah, ialah, dan merupakan juga dapat digunakan sebagai penanda suatu kalimat. Dengan kata lain, suatu pernyataan yang di dalamnya terdapat satu dari ketiga kata itu menunjukkan bahwa pernyataan itu merupakan kalimat.
a.       1) Hipotek adalah jaminan kekayaan.
      2) Hipotek ialah jaminan kekayaan.
3)  Hipotek merupakan jaminan kekayaan.
b.   1) Kekayaan itu ialah harta benda milik.
2) Kekayaan itu adalah harta benda milik.
3) Kekayaan itu merupakan harta benda milik.
c.   1) Rumah merupakan harta benda milik.
2) Rumah adalah harta benda milik.
3) Rumah ialah  harta benda milik.
Dalam ketiga contoh tersebut kata adalah, ialah, dan merupakan dapat dipertukarkan. Namun, tidak dalam semua kalimat ketiga kata penanda predikat itu dapat dipertukarkan. Kebanyakan pernyataan yang menggunakan kata adalah merupakan definisi (batasan).
d.      Neutron adalah partikel tanpa muatan listrik.
Kalimat d merupakan kalimat definisi. Dalam hal itu kata adalah masih dapat diganti dengan kata ialah, tetapi tidak dapat diganti dengan merupakan. Penggantian adalah dengan merupakan menimbulkan perbedaan informasi, yaitu menimbulkan makna kalimat d itu sebagai deskripsi/uraian tentang neutron. Kira-kira dapat dioposisikan dengan makna pasif ‘neutron dirupakan oleh partikel tanpa muatan listrik’, sedangkan pemakaian adalah atau ialah mempunyai makna ‘neutron sam dengan partikel tanpa muatan listrik’. Dalam contoh berikut kata adalah tidak dapat diganti dengan kata merupakan.
e.       1)  Laki-laki tua itu adalah dosen psikologi.
2)      Laki-laki tua itu merupakan dosen psikologi.
      Kalimat e.2) tidak tepat, tetapi kalimat f berikut dapat dibenarkan.
f.       Laki-laki tua itu merupakan contoh orang tua yang berhasil mendidik anaknya.
Penggunaan kata ialah untuk mengganti kata adalah dalam kalimat e.1) juga tampak janggal karena kata ialah berfungsi menjelaskan, bukan definisi, sehingga nomina di sebelah kiri kata ialah dapat dipertukarkan dengan nomina di sebelah kanan kata ialah.
e.   3) Laki-laki tua itu ialah dosen psikologi.
4) Dosen psikologi ialah laki-laki tua itu.
Kebanyakan pernyataan yang menggunakan adalah merupakan batasan (definisi), sedangkan penanda predikat ialah lebih banyak membuat nomina (‘sesuatu’) di sebelah kiri (subjek) identik (sama) dengan nomina (‘sesuatu’) di sebelah kanan penanda predikat ialah. Namun, kadang-kadang penanda predikat adalah dan ialah dapat dipertukarkan, sedangkan penanda predikat merupakan kebanyakan dipakai untuk mendiskripsikan/menguraikan nomina (‘sesuatu’) yang ada di sebelah kiri penanda predikat merupakan.
4. Kesalahan Diksi
a. Pemakaian kata tidak tepat
(1)     Salah : Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas bidang usaha. 
Benar : Tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya.
Alasan: daripada digunakan untuk membandingkan dua hal.
(2)     Salah :   Anak daripada keluarga yang berdisiplin akan melahirkan generasi yang tangguh.
         Benar :  Anak keluarga yang berdisiplin akan melahirkan generasi yang tangguh.
b. Penggunaan kata berpasangan
     (1)     Salah :   Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
              Benar :  Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
(2)     Salah :   Bukan harga sembilan bahan pokok yang mengalami kenaikan harga tetapi harga produk yang menggunakan bahan baku impor.
              Benar :  Bukan harga sembilan bahan pokok yang mengalami kenaikan, melainkan hasil produksi yang menggunakan bahan baku impor.
(3)     Salah :   Sebagian pedagang tidak menaikkan harga melainkan menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan berapa persen kenaikan harga dapat dilakukan.
Benar :  Sebagian pedagang tidak menaikkan harga, tetapi menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan berapa persen kenaikan harga dapat dilakukan.
(4)     Salah :   Antara kemauan konsumen dengan kemauan pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan kenaikan harga.
Benar :  Antara kemauan konsumen dan kemauan pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan harga.


c.  Penggunaan dua kata
(1)     Salah :   Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
Benar :  Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah kewajiban kita semua.
              Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia merupakan kewajiban kita semua.
(2)     Salah :   Agar supaya kita dapat mencapai hasil yang baik marilah kita bermusyawarah dulu.
         Benar :  Agar kita dapat mencapai hasil yang baik, marilah kita bermusyawarah dulu.
                       Supaya kita dapat mencapai hasil yang baik, marilah kita bermusyawarah dulu.
(3)     Salah :   Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia demi untuk masa depan bangsa Indonesia.
         Benar:   Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita untuk masa depan bangsa Indonesia.
(4)     Salah :   Peningkatan mutu tersebut memerlukan keterlibatan para ahli dalam berbagai bidang ilmu, seperti misalnya ahli kedokteran, ahli pendidikan, ahli komunikasi, dan lain-lain.
         Benar :  Peningkatan mutu tersebut memerlukan keterlibatan para ahli dalam berbagai bidang ilmu, seperti ahli kedokteran, ahli pendidikan, dan ahli komunikasi.
                       Peningkatan mutu tersebut memerlukan keterlibatan para ahli dalam berbagai bidang ilmu, misalnya ahli kedokteran, ahli pendidikan, dan ahli komunikasi.
(5)     Salah :   Bersama surat ini saya lampirkan daftar nama-nama calon peserta penataran guru.
         Benar :  Bersama surat ini saya lampirkan daftar calon peserta penataran guru.
                       Bersama surat ini saya lampirkan nama-nama calon peserta penataran guru.
d. Penghubung antarkalimat dan kata maka
     Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung antarkalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, oleh karena itu maka, dengan demikian maka, setelah itu maka, jika demikian maka, sebagaimana telihat pada contoh-contoh berikut.
(1)     Salah :   Sehubungan dengan itu maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
         Benar :  Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.  
                       Maka, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
(2)     Salah :   Oleh karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
         Benar :  Oleh karena itu, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
                       Maka, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
(3)     Salah :   Dengan demikian, maka rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
         Benar :  Dengan demikian, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
                       Maka, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
(4)     Salah :   Setelah itu, maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
         Benar :  Setelah itu, peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
                       Maka, peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
(5)     Salah :   Jika demikian, maka penelitian tidak akan menemukan hambatan.
         Benar :  Jika demikian, penelitian tidak akan menemukan hambatan.
                       Maka, penelitian tidak akan menemukan hambatan.
e.  Peniadaan preposisi
     (1)     Salah :   Mereka pergi luar kota beberapa hari yang lalu.
              Benar :  Mereka pergi ke luar kota beberapa hari yang lalu.
     (2)     Salah :   Mahasiswa di kelas ini terdiri 20 pria dan 25 wanita.
              Benar :  Mahasiswa di kelas ini terdiri atas 20 pria dan 25 wanita.
     (3)     Salah :   Jumlah itu sesuai keadaan dan fasilitas yang tersedia.
              Benar :  Jumlah itu sesuai dengan keadaan dan fasilitas yang tersedia.
     (4)     Salah :   Penambahan daya tampung tergantung fasilitas yang tersedia.
              Benar :  Penambahan daya tampung tergantung pada fasilitas yang tersedia.
(5)     Salah :   Kami tertarik kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon mahasiswa baru.
         Benar :  Kami tertarik pada kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon mahasiswa baru.
5. Kesalahan Ejaan






SOAL-SOAL LATIHAN
A. EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Perhatikan Ejaan Berikut Kemudian Perbaikilah!

1.      mi-nu-man                                                                        
2.      ins-truk-tur
3.      bangk-rut
4.      rahmatmu, ya Allah
5.      ber-gu-ra-u
6.      seAsia Tenggara
7.      Perang Dunia ke II
8.      dikamarnya
9.      peng-Indonesiaan
10.  Maha tahu
11.  di PN kan
12.  mencharter
13.  28 Pebruari 1989
14.  aktip
15.  Jakarta, 5 Nopember 1987
16.  Rp 300,- perbuah
17.  masalah ghaib
18.  lahir dan bathin
19.  jamu tradisionil
20.  non blok
21.  2 s/d 5 Maret
22.  export
23.  bertepuktangan
24.  Pemberi tahu
25.  Ke-Tuhan-an
26.  200 butir telur
27.  kesana sini
28.  semi professional
29.  taxi
30.  kordinator
31.  harian Tempo
32.  diorganisir
33.  efficient
34.  segi moril dan spiritual
35.  segi kwalitas dan segi kwantitas
36.  aktifitas
37.  keluaran tahun 80 an
38.  prosentase
39.  metoda
40.  echelon
41.  kondite
42.  Badrun SH MH
43.  Suripto SA
44.  be-la-jar
45.  tuna karya
46.  d.s.b.
47.  pertanggungan jawab
48.  ke tidak adilan
49.  ber-K.T.P.D.K.I.
50.  sudah di sk kan
51.  C.V. Berkah
52.  tidak dilegalisir
53.  purna bakti
54.  Pasien itu dirumah sakitkan
55.  Kami belajar melintasi Teluk
56.  Al-Qur’an
57.  ke Belanda-Belandaan
58.  letnan Jono
59.  nabi Muhammad
60.  sultan Hamid II
61.  exekutip
62.  Lihatlah kedepan
63.  5 orang mahasiswa
64.  Pendidikan bagi anak-anak tuna rungu
65.  Jangan engkau sebarluaskan berita kosong itu.
66.  berdasakan Undang-Undang
67.  Ia dilantik menjadi Menteri
68.  atas rahmatNya
69.  Prof. Dr. Ir. Slamet S.H.
70.  koran Tempo
71.  Ins-truk-tur tehnik
72.  Dimana engkau tinggal?
73.  Dari pada diam lebih baik bekerja.
74.  Saya membeli 35 l. bensin.
75.  Uang tigaratus rupiah
76.  bis antar kota
77.  mempertanggung-jawabkan
78.  maha kuasa
79.  model utara modern
80.  Sekalipun ia belum pernah kuliah.
81.  Kami masuk satu persatu
82.  Hari jadinya yang ke sepuluh
83.  Panca Krida Kabinet
      Pembangunan VI.
84.  Berdoa itu adalah Ibadah
85.  Buku karya A.A. Navis berjudul JODOH
86.  Sekali pun begitu, saya tetap menyetujuinya.
87.  Kepada Yth. Tuan Amir Syarifudin Jakarta
88.  Yth. Bapak Rektor UNJ
89.  Bapak DR. Ing. Wardiman Djajanegara
90.  Apa kabar paman? Tanyaku
91.  Dia berkata: “Aku cinta kepadamu”
92.  Satu kalipun ia belum pernah datang.
93.  Tujuhpuluh orang undangan akan hadir.
94.  Walau pun ia kaya ia tidak sombong
95.  Biaya penelitian itu Rp 2500.000
96.  Pada hal saya sudah menutup pintu itu.
97.  Dimana rumah pak camat?
98.  Pak Ali guru kami belum menikah
99.  “Di mana rumahmu, dik?”
100. Dia  berpendapat, bahwa
        argumentasinyalah yang benar.
101. Jadi persoalannya tidak semudah itu.
102. Ruangan ini tidak
mempunyai kursi, meja dan lemari
103. Kampus itu terletak di jalan Ponegoro 1/15.
104. Pada tahun 70 an perusahaan itu sangat jaya
105. kesana
106. dalam Bahasa Inggris
107. Ia menjadi Gubernur di daerahnya
108. Paku alam ke-VI
109. kwitansi
110. Fakultas Psychologi
111. Apotik Waras
112. menurut hukum formil
113. Buku itu disusun oleh Usman d.k.k.
114. Saya disinar dengan sinar X
115. selat Sunda
116. semua Departemen
117. kecelakaan lalulintas
118. sebagai jurubicara
119. kejuaraan antar club
120. sebelah Timur Jakarta Timur
121. tidak terorganisir
122. antar provinsi
123. anggota FKP di D.P.R.
124. sub sistem
125. Kongres bahasa Indonesia ke-V



Evaluasi:
Perhatikan ejaan kata-kata berikut ini kemudian berilah tanda cek (√) pada ejaan yang Anda anggap benar dan tanda silang ( X ) pada ejaan yang Anda anggap salah!
1.      (     )    Di mana rumah saudara?
2.      (     )    prog-ram
3.      (     )    Kami tinggal di sebelah Utara Jakarta Utara.
4.      (     )    Apa maksudmu?.
5.      (     )    Tahun ini ia pergi naik Haji.
6.      (     )    Yth. Bapak Badu Amin
7.      (     )    Yth. Bapak Gubernur DKI Jakarta
8.      (     )    ultraviolet
9.      (     )    autopsi
10.  (     )    Saya tinggal di R.T. 07.
11.  (     )    Kemarin ia dilantik menjadi bupati.
12.  (     )    Ia dilantik sebagai Bupati Jawa Barat.
13.  (     )    Ibu membeli 2 ikat bayam, 2 kilo telur dan 2 bungkus nasi uduk.
14.  (     )    Kemarin kami mengunjungi museum zoologi.
15.  (     )    miliar
16.  (     )    Rp700000,00 per buah
17.  (     )    Kata Tono, “Saya juga minta satu”.
18.  (     )    Saya kuliah di Fakultas Ilmu Pendidikan.
19.  (     )    Di UNJ terdapat lima Fakultas.
20.  (     )    Ia bukan kekasihku, tetapi hanya teman.
21.  (     )    1.231 orang tewas dalam peristiwa bom bunuh diri kemarin.
22.  (     )    pan-Afrikanisme
23.  (     )    Apa yang kau ambil ?
24.  (     )    Tuhan yang Maha Pengasih
25.  (     )    Jakarta, Indonesia




B. Kalimat Efektif
1. Perbaikilah kalimat-kalimat berikut supaya menjadi kalimat yang bersubjek!
(1)         Dari hasil pengumpulan data di Jakarta memperlihatkan bahwa jumlah kendaraan di Jakarta melebihi fasilitas jalan.
(2)         Dalam rapat pengurus senat mahasiswa kemarin telah memutuskan program baru.
(3)         Dengan meningkatnya laju perkembangan penduduk memerlukan pula peningkatan lapangan kerja.
(4)         Bagi karyawan baru harap segera melapor kepada pemimpin.
(5)         Setelah di Singapura, di Indonesia mengadakan pameran industri pesawat terbang.
(6)         Kepada para pengusaha yang ingin mengajukan permohonan kredit harap segera menghubungi kantor bank terdekat.
(7)         Untuk menyelesaikan proyek pembuatan jalan laying memerlukan lima ratus tenaga kerja baru.
(8)         Pada hasil sensus penduduk tahun lalu menunjukkan bahwa tidak kurang dari 27 juta penduduk usia 5 tahun ke atas belum dapat berbahasa Indonesia.
(9)         Dengan penyajian bagan di atas memudahkan pembaca memahami pembahasan ini.
(10)     Pada Konferensi APEC 1994 di Istana Bogor menjadi pusat perhatian dunia.

2. Perbaikilah kalimat-kalimat berikut menjadi kalimat efektif dan berikan alasan mengapa kalimat-kalimat tersebut tidak efektif.
(1)         Untuk pengembangan informasi yang baik, maka harus mempergunakan teknologi modern.
(2)         Di Indonesia melakukan berbagai pembenahan kebijakan bagi pembinaan    masyarakat ekonomi lemah.
(3)         Karena sudah diketahui sebelumnya polisi segera menangkap penjahat itu.
(4)         Sesuai pada peraturan si peminjam harus menaati persyaratan bank.
(5)         Berdasarkan informasi dari penduduk menunjukkan bahwa kekacauan berpusat pada rumah ketua LSM itu.
(6)         Adalah merupakan tanggung jawab kita semua untuk menciptakan rasa aman dan tenteram di masyarakat kita.
(7)         Kita akan membicarakan tentang pembinaan masyarakat miskin agar bangkit mengembangkan potensinya.
(8)         Partai yang mana berhasil memenangkan suara legislatif akan berpengaruh terhadap kebijakan presiden.
(9)         Kampus di mana ia kuliah dulu selalu berada dalam kenangannya.
(10)     Ia pandai. Sehingga selalu mendapat beasiswa.
(11)     Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi masyarakat Indonesia akan segera bangkit jika hukum ditegakkan.
(12)     Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ini.
(13)     Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean.
(14)     Petani yang bekerja di sawah.
(15)     Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja.

3.   Cobalah perbaiki kalimat-kalimat berikut supaya menjadi kalimat-kalimat yang benar. Buatlah beberapa pilihan perbaikan.
      Kesalahan Struktur
(1)     Masalah gagasan pemasyarakatan hukum di desa yang saya ingin bicarakan dalam kesempatan ini.
(2)     Untuk memperoleh data/fakta yang lebih lengkap tentang kasus pengedaran narkotika memerlukan ketelitian dan kesabaran serta waktu cukup.
(3)     Dari hasil penyelidikan laboratorium kriminal menunjukkan bahwa pelaku tindak kejahatan itu seorang kidal.
(4)     Dengan meningkatnya pengaruh budaya Barat melalui berbagai media seperti televisi dan internet, memerlukan pengawasan dan pembinaan generasi muda.
(5)     Dalam pengajuan seorang terdakwa di depan sidang pengadilan meemrlukan data yang berupa berkas fakta kejadian yang dituduhkan kepada terdakwa.
(6)     Menurut ahli hukum adat menyatakan bahwa setiap warga suatu masyarakat telah mengenal hukum yang berlaku di daerahnya.
(7)     Karena bukti-bukti pelanggaran tidak dapat ditemukan lagi, maka dia hanya dikenai sanksi yang berupa denda lima puluh ribu rupiah atas pelanggaran lalu lintas yang dilakukannya.
(8)     Walaupun tidak memperoleh data/fakta yang lebih lengkap, namun sumbangan yang kau berikan ini amat berarti bagi pengusutan kasus penyalahgunaan narkotika yang sedang kami tangani.
(9)     ”Kepada para hadirin dimohon berdiri,” kata hakim ketua itu.
(10)   Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa peranan komunikasi pada zaman sekarang ini sudah menjadi kebutuhan yang amat penting bagi seluruh kehidupan umat manusia.
(11)   Masalah-masalah hukum adat di masyarakat terpencil yang menarik perhatian para ahli hukum adat dalam upaya mempelajari hukum adat Indonesia.
(12)   Ketika hakim itu menjawab pertanyaan wartawan mengatakan bahwa sidang akan dilanjutkan bulan depan.
(13)   Dengan operasi zebra membuktikan bahwa kemacetan lalu lintas dapat kita atasi.
(14)   Peraturan Daerah untuk menata kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, sedang disusun Pemerintah Daerah setempat, menyangkut detail tata ruang kawasan itu sebagai tindak lanjut Kepres 48/1984 tentang penanganan khusus pariwisata di wilayah jalur Jakarta-Bogor-Puncak-Cianjur.
(15)   Disebabkan pengetahuan yang dimiliki warga masyarakat tidak sama, jika dibandingkan dengan kemajuan ilmu dan teknologi, sehingga hanya sebagian kecil warga masyarakat yang menguasai teknologi modern.
(16)   Dengan meningkatnya laju perkembangan penduduk di wilayah DKI Jakarta memerlukan pula peningkatan lapangan kerja, baik oleh pihak swasta maupun pemerintah.
(17)   Setelah penjahat itu ditahan beberapa kali, kembali ke jalan yang benar.
(18)   Anak itu memang pandai dan mendapat bea siswa untuk belajar ke luar negeri.
(19)   Positif diartikan baik, sedangkan negatif bermakna buruk.
(20)   Dari hasil pendataan selama tahun ini menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Jakarta melebihi fasilitas jalan.
(21) Berhubung jumlah dokter amat terbatas, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka sebagian besar penduduk kita tidak mengenal pengobatan medis.
(22)   Untuk meningkatkan mutu permainan sepak bola kita memerlukan penggarapan yang serius.
(23)   Kita akan bicarakan penurunan bunga pinjaman jangka pendek.
(24)   Ketika dia diangkat sebagai pemimpin cabang, tidak memperlihatkan kelebihan dari yang lain.
(25)   Betapapun tidak memperoleh imbalan yang cukup, namun demikian petugas itu mau bekerja melebihi jam kerja yang seharusnya.
(26)   Pada Bab III akan membahas metode penelitian lapangan.
(27)   Jika dapat ditemukan beberapa data lagi, maka gejala pembentukan kata ini dapat dijadikan kaidah.
(28)   Kepada semua cabang yang menghadapi masalah kemacetan kredit harap secepatnya melapor ke Pusat.
(29)   Meskipun ekonomi dunia lesu, tetapi pembangunan harus jalan terus.
(30)   Berhubung jumlah wartawan amat terbatas sehingga tidak semua peristiwa penting dapat diliput.
(31)   Tokoh yang biasa akrab dengan wartawan itu mulai pikun dan pandangannya masih didengar orang.
(32)   Atas perhatian Anda terhadap penyelesaian masalah kebahasaan ini saya ingin ucapkan banyak terima kasih.
(33)   Pembuatan peraturan itu harus melibatkan, antara lain (a) ahli kesehatan, (b) ahli kependudukan, (c) pemilik industri, (d) dan sebagainya.
(34)   Agar pelaksanaan pendidikan bahasa di TK dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip ini.
(35)   Setelah memenuhi semua persyaratan, kami akan segera mengirimkan karya ilmiah itu.
(36)   Untuk pengembangan informasi yang baik, maka harus mempergunakan teknologi modern, yaitu komputer.
(37)   Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penduduk menunjukkan bahwa angin topan datang dari arah selatan lalu berputar ke arah barat.
(38)   Setelah dibahas secara mendalam, peserta seminar itu menyetujui keputusan rapat.
(39)   Menurut ahli botani itu menyatakan bahwa protease adalah enzim yang dapat diabsorpsi oleh daun.
(40)   Setelah mendengar penjelasan Saudara, dapat disimpulkan bahwa keterlambatan surat kita bukan disebabkan oleh petugas kita.
Kesalahan Diksi
(1)     Setiap orang pasti akan mengalami masa remaja, di mana pada masa itu kita mengalami masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa.
(2)     Mengingat betapa besar peranan jantung dimainkan dalam kehidupan Anda, maka sudah selayaknya apabila Anda memahami cara memeliharanya.
(3)     Meteorologi maksudnya, yaitu ilmu yang mempelajari tentang aliran panas, materi, dan momentum dalam keadaan ideal pada suatu saat tertentu di atmosfer (atau sekurang-kurangnya sampai batas tropopause).
(4)     Barang siapa menjual, atau menawarkan, atau menyerahkan barang makanan, atau minuman, atau obat-obatan yang diketahui bahwa itu palsu, dan menyembunyikan hal itu diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.
(5)     Aksioma yakni kenyataan yang sudah diterima kebenarannya dengan tidak perlu dibuktikan atau diterangkan lagi.
(6)     Seorang pemimpin perlu berdialog langsung dengan bawahannya demi untuk pemeliharaan semangat kerja.
(7)     Salah satu cara pencegahan penyakit demam berdarah yaitu abatisasi masal.
(8)     Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, kita memerlukan sarana, ialah tenaga penyuluh kesehatan, balai pengobatan, obat-obatan yang memadai, dan dana.
(9)     Di dalam pengembangan sepakbola kita harus memperhatikan sarana, adalah mencari bibit yang unggul, pelatih yang berbobot, dan dana yang cukup.
(10)   Adalah merupakan tugas kita bersama untuk menjaga kebersihan dan ketertiban.
(11)   Sesuai pada peraturan yang berlaku si peminjam harus menaati persyaratan peminjaman di Bank Indonesia.
(12)   Mengenai orang yang mengajukan permintaan kredit harus ada di Jakarta.
(13)   Baik pemilik industri ataupun masyarakat luas harus membantu mengatasi pencemaran lingkungan.
(14)   Di dalam masyarakat timbul kesenjangan antara masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan masyarakat yang berpenghasilan tinggi.
(15)   Dalam kesempatan ini kita akan membicarakan tentang peningkatan produksi dalam negeri.
(16)   Pengusaha putra Indonesia maupun pengusaha asing harus membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan ekspor nonmigas.
(17)   Pengembangan industri yang baik memerlukan sarana, seperti perencanaan yang matang, tenaga yang terlatih, dana yang memadai, dan sebagainya.
(18)   Bank Indonesia tidak menolak permintaan kredit melainkan menunda permintaan itu sampai keadaan ekonomi membaik.
(19) Rapat pimpinan menyimpulkan kesimpulan bahwa kita harus memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.
(20)   Oleh karenanya maka industri pakaian, misalnya, harus memproduksi pakaian-pakaian yang terjangkau masyarakat kecil.
Kesalahan Ejaan
(1)     Kata akhlak, pelajar, pengantar, dan kilogram pada ujung baris dipenggal menjadi ak-hlak, be-la-jar, pe-ngan-tar, dan ki-lo-gram.
(2)     Saya membeli dua ekor ayam, tiga kilogram gula, dan empat liter beras.
(3)     Kata dosen saya, ”masalah bahasa Indonesia itu tidak semudah yang kita bayangkan.”
(4)     Tuhan, lindungilah hamba-Mu ini dan tunjukkanlah ke jalan yang benar.
(5)     ”Hari ini,” kata ayah, ”bibi akan datang bersama Tuti dan Yuni.”
(6)     Setelah pergi Haji tahun lalu, ia dipanggil Pak Haji oleh warga desanya.
(7)     Pada hari ini Gubernur seluruh Indonesia mengikuti rapat kerja nasional di Jakarta.
(8)     Bali, yang dijuluki pulau Dewata di hubungkan dengan selat Bali dari pulau Jawa.
(9)     Orang yang tidak mau ditransmigrasikan, perlu diberi perangsang supaya mau bertransmigrasi.
(10) Begitu diumumkan lulus ujian, dia berhak menyandang gelar Sarjana Hukum.
(11)   Sekali pun belum pernah datang di rumah saya, dia tahu tempat tinggal saya.
(12)   Dia mengatakan bahwa, ”perdana Menteri Inggris itu mendapat julukan ”wanita besi”.
(13)   Pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan perlu diarahkan, agar tidak ada kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.
(14)   Untuk mendapatkan fakta yang lebih lengkap tentang kasus penyelundupan itu diperlukan ketelitian, dan kesabaran serta waktu yang cukup.
(15)   Menurut hemat saya latihan ini tidak sulit tetapi tidak mudah mencari jawabannya.
(16)   Untuk mengatasi pencemaran limbah diperlukan kerja sama yang baik antara Pemerintah, Pemilik Industri dan Masyarakat.
(17)   Di samping itu pencemaran dapat diatasi dengan:
         a. Meneliti semua industri di Jakarta.
         b. Menyusun peraturan yang dapat mengikat pemilik industri.
         c. Menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan.
(18)   Seperti kita ketahui hasil penelitian hidup bersama sebelum menikah telah merisaukan para orang tua mahasiswa.
(19)   Menurut pakar ekonomi itu ekonomi Indonesia akan pulih kembali setelah lima tahun.
(20)   Jika dapat ditemukan beberapa bukti lagi penyelesaian kasus ini akan lebih cepat.
(21)   Berdasarkan keterangan ahli psikologi kenakalan remaja merupakan dampak negatif teknologi modern.
(22)   Dokter muda lulusan kedokteran itu mau tinggal di daerah terpencil di pedalaman, meskipun tidak mendapatkan imbalan yang cukup.
(23)   Indonesia sebagai negara bahari mengajukan konsep hukum laut berdasarkan kenyataan negara kepulauan.
(24)   Pada akhir abad ke-XX ini dunia bersatu dalam menghadapi perekonomian global.
(25)   Meteorologi maksudnya, ialah ilmu yang mempelajari tentang aliran panas materi, dan momentum dalam keadaan ideal pada suatru saat tertentu di atmosfer (atau sekurang-kurangnya sampai batas tropopause).    
(26)   Karena keuangan pemerintah anggota DPR itu belum mau mengusulkan kenaikan gaji pegawai negeri.
(27)   Kata resort sebetulnya sudah dipadankan dengan sanggraloka tetapi orang lebih suka menggunakan kata Inggris itu diserap menjadi resor.
(28)   Istilah real estate pun telah dicarikan padanannya, yaitu lahan yasan. Namun, orang lebih memilih real estat.
(29)   Penggunaan istilah waralaba untuk francise lebih baik daripada francis.
(30)   Pengindonesiaan istilah clone dan cloning menjadi klona dan pengklonaan, bukan klon dan kloning.
C.    Penyuntingan
Berilah tanda-tanda koreksi pada contoh kata pengantar berikut.
Kata Pengantar
Penulis mengucapkan alhamdulillah serta puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala kekuatan dall rahmatNya jualah penulisan skripsi ini dapat selesai tepat pada wakbunya. Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi FISIP UNIVERSITAS INDONESIA.
Pada kesempatan ini pemllis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu terselenggaranya penelitian dan penulisan skripsi ini.
Ucapan tersebut penulis sampaikm kepada:
1) Ibu Dra Astrid, dosen pembimbing yang begitu banyak memberikan bantuan, masukan dan saran;
2) Bapak David Yudha S, Public relation officer P.T. TELKOM Divre II di Jakarta
3) Bapak Mudjiono dan Bapak Darmanto, Public Relation P.T. TELKOM Pusat di Bandung;
4) Mama dan Papa tercinta atas segala dukungan, bantuan, dan doanya
5) Sarah adik tersayang yang penuh perhatian;
6) teman-temanku ADEM PLUS (Atha, Duma, Menik dan Bowo) terima kasih atas diskusi-diskusinya;
7) terakhir untuk Mas Aan tersayang atas segala dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhir kata, penulis mohon maaf jika ada dalam proses penulisan skripsi ini ada kesalahan pada pihak yang terkait baik langsung maupun tidak langsung. Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan baru bagi pembaca sekalian.

                                                                                  
                                                                                                   Jakarta Agustus 2000
                                                                                                                Penulis


D.    Teknik Notasi Ilmiah
1.   Perbaiki penulisan kalimat dan data pustaka berikut ini.
a.   Gatot Subrata; 2003; Negara Kesatuan RI; Jakarta; Gramedia.
b.   Keraf, Gorys; 2003; Komposisi; Ende: Nusa Indah; h. 223.
c.   Ia membaca belum buku berjudul Dari A sampai Z.
d.   Artikel Berburu Harta Karun Bung Karno dimuat dalam Kompas 9 Juni 2003.
e.   Ia belum membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang sekali pun tetapi ia telah mengetahui isinya.
2.   Buatlah contoh kutipan.
a.   terdiri atas tiga baris
b.   terdiri atas lima baris
c.   saduran
3.   Jelaskan perbedaan Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit.
4.   Susunlah catatan kaki berdasarkan informasi berikut ini!
a.   Buku Conducting Educational Research karangan Bruce W. Tuckman. Buku ini diterbitkan pada tahun 1978 oleh Harcourt Brace Javanovich di New York, hlm. 15.
b.   Sebuah artikel karangan M. Junus Akbar dengan judul Sanggar Kegiatan Belajar: Keadaan Sekarang dan Prospeknya. Dibuat dalam majalah Analisis Pendidikan, Tahun 1, Nomor 1, 1980, halaman 20..
c.   Dr. Singgih Dirgagunasa pada tahun 1978 menulis buku Pengantar Psikologi. Diterbitkan oleh penerbit Mutiara di Jakarta, hlm. 73.
d.   Dalam majalah Intisari 4 Juni 1981 halaman 119 terdapat sebuah artikel berjudul Apakah Putra Anda Menderita Kleptomania? Artikel ini ditulis oleh Dr. Melly Budhian.
e.   Strategi Kebudayaan adalah buku terjemahan Dick Hartoko dengan pengarang asli Prof. Dr. C.A. Van Peursen. Diterbitkan di Yogyakarta, hlm. 43.
5.   Buatlah contoh penggunaan Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit. berdasarkan data pustaka nomor 4.
6.   Buatlah bibliografi berdasarkan data pustaka nomor 4!
7.   Salinlah ke dalam penulisan yang baku data catatan kaki dan bibliografi berikut ini.
a.   Prof. Dr. Gorys Keraf. 1995. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
b.   Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai, 1995, Cermat Berbahasa Indonesia, Akademika Presindo Jakarta.
c.   Dornbusch, Rudiger and Stanley Fischer, Macro Economics, (Sixth Edition, McGraw-Hill, New York, 1984), p. 78.
d.   Allen, Edward David, dan Rebecca M. Valette, Classroom Technique: Foreign Language and English as a Second Language, New York: Harcourt Javanich, Inc., 1977.
e.   Daniel Goleman. 2001. Emotional Inteligence. Jakarta (Gramedia) h. 17.
f.    Dr. Widya Utami. Kewirausahaan. (Jakarta: Grasindo). 2003, h. 10.
g.   Karibin Maryono Akhadiah Sabarti. “Pengaruh Materi Pengajaran Bahasa Indonesia, Lokasi Sekolah dan Jenis Kelamin terhadap Kemampuan Penalaran Siswa SMP”. Disertasi IKIP. Jakarta, 1983.
h.   Maslow, Abraham H. 1999. Motivasi dan Kepribadian, Jilid 2. Terjemahan oleh Nurul Iman. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.
i.    Meredith, Geofrey G. 2000. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta.
j.    Werther, William B. Jr.; Keith Davis. 1996. Human Resources and Personal Manajement. Fifth Edition. New York:  McGraw-Hill, Inc.

8.   Perbaikilah catatan kaki berikut ini.


1Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H. 2002. Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah. (Surakarta: 2002) Muhammadyah University Press. Halaman 116–122.
2Rahardjo, Op.Cit.
3Vilhelm Albert, “The Social Function of Legislation”, dalam Sosiology of Law, (Albert, ed.), 1969: 116.
4Rahardjo, Ibid.
5Albert, Loc.Cit.

9.   Buatkan contoh bibliografi berdasarkan data pustaka berikut ini.
No.
Judul Buku/Artikel
Pengarang
Penerbitan
1.
Samudra Pemikiran Al-Gazali
Kamran As’ad Irsyady (Penerjemah)
Pustaka Sufi; Yogyakarta
2.
Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan, “Manajemen Pembangunan Perkotaan”
Suara Karya
Suara Karya 22 Juni 1994
3.
Emotional Inteligence
Daniel Goleman
Jakarta, Gramedia, 2001
4.
Sosiologi Hukum
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H.
Surakarta, University Press 2002





No comments:

Post a Comment