I
PENDAHULUAN
Karangan adalah hasil
penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau
pokok bahasan.
A.
Penggolongan Karangan
Menurut Bobot Isinya
Menurut bobot isinya karangan ada tiga,
yaitu:
1.
Karangan ilmiah adalah
tulisan/karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan
sintesis-analitis, antara lain laporan, makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
Ciri tulisan/karangan
ilmiah:
a.
faktual objektif
faktanya
sesuai dengan objek yang diteliti; harus dilakukan dengan pengamatan atau empirik;
sikap jujur dan tidak memihak; memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan
ukuran yang subjektif (selera perseorangan).
Objektivitas
inilah yang membuat kebenaran ilmiah harus berlaku umum dan universal. Dengan
kata lain, siapa saja yang memakai alat dan kondisi yang sama akan memperoleh
hasil yang sama dengan yang diperoleh.
b.
metodis dan sistematis
dalam pembahasan
masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur
dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi.
c.
menggunakan ragam bahasa ilmiah
d.
dituntut adanya
1)
persyaratan material (isi),
mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan/sasaran
penulisan, alinea/paragraf yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta kalimat-kalimat
yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan.
2)
persyaratan formal, mencakup tata bentuk karangan, yaitu:
(1) preliminaries (halaman-halaman
awal) yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar
tabel/bagan/lampiran); (2) main body
(isi utama) yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup; (3) reference matter (halaman-halaman akhir)
yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis.
Pada karangan ilmiah populer, bagian preliminaries tidak ada, langsung
merupakan bagian isi, boleh memakai kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
e.
analisis
muara dari kegiatan menganalisis adalah
membuat simpulan, yaitu penilaian
yang objektif tentang permasalahan. Analisis merupakan bagian terbesar dari
seluruh karangan. Analisis tidak hanya mengolah kata dan kalimat, tetapi
membedah makna berdasarkan sudut pandang tertentu.
2.
Karangan semiilmiah adalah tulisan yang
berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi
tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering
“dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif, antara lain
artikel, editorial, opini, feature,
tips, dan reportase. Dapat berupa
sesuatu yang abstrak dan subjektif, seperti ilusi, imajinasi, atau emosi.
3.
Karangan nonilmiah adalah karangan yang
tidak terikat pada aturan yang baku, antara lain anekdot, dongeng, hikayat,
cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
B.
Penggolongan Karangan
Menurut Cara Penyajian dan Tujuan Penyampaiannya
1.
Deskripsi (pelukisan) adalah bentuk tulisan yang bertujuan
memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat
objek yang sebenarnya.
a.
Pendekatan realistis
b.
Pendekatan impresionistis adalah pendekatan yang berusaha
menggambarkan sesuatu secara subjektif.
2.
Narasi (pengisahan) adalah suatu bentuk tulisan yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia
dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu
kesatuan waktu.
a.
Narasi ekspositoris/narasi faktual, bertujuan untuk memberi
informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Contoh: kisah
perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita tentang peristiwa
pembunuhan.
b.
Narasi sugestif/narasi berplot, narasi yang mampu
menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan makna kepada pembaca
melalui daya khayal. Contoh: novel dan cerpen.
3.
Eksposisi (paparan) merupakan wacana yang bertujuan untuk
memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.
4.
Argumentasi (pembahasan) bertujuan untuk meyakinkan pembaca
agar menerima/mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.
Ciri:
a.
Mengemukakan alasan/bantahan sedemikian rupa dengan tujuan
mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
b.
Mengusahakan pemecahan suatu masalah.
c.
Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu
penyelesaian.
5.
Persuasi (pengajakan) adalah karangan yang bertujuan membuat
pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang
mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan atau pun
perasaan seseorang.
Ditinjau dari segi
media pemakaiannya ada empat macam, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi
pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi propaganda.
6.
Campuran (kombinasi).
II
BAHASA
INDONESIA RAGAM ILMIAH
Bahasa adalah (1)
sistem lambang bunyi yang arbitrer (manasuka), yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri;
(2) percakapan atau perkataan yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun
(KBBI, 2003).
A.
Ragam Bahasa
Corak atau ragam bahasa yang akan
dipakai seseorang untuk mengomunikasikan sesuatu tergantung pada tiga hal
berikut ini.
1. Cara berkomunikasi: lisan atau tertulis
Cara
berkomunikasi ini melahirkan dua ragam utama dalam berbahasa, yaitu ragam lisan
dan ragam tulis.
Keunggulan dan Kelemahan Berkomunikasi
Secara Lisan dan Tertulis
Cara Berkomunikasi
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
Secara lisan
|
1) berlangsung cepat
2) sering dapat berlangsung
tanpa alat bantu
3) kesalahan dapat langsung
dikoreksi
4) dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka
|
1) tidak selalu mempunyai bukti autentik
2) dasar hukumnya lemah
3) sulit disajikan secara matang/bersih
4) mudah dimanipulasi
|
Secara tertulis
|
1) mempunyai bukti autentik
2) dasar hukumnya kuat
3) dapat disajikan lebih matang/bersih
4) lebih sulit dimanipulasi
|
1) berlangsung lambat
2) selalu memakai alat bantu
3) kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
4) tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka
|
2. Cara pandang penutur terhadap mitra komunikasinya
Sebelum
menentukan pilihan ragam yang akan dipakai, seorang penutur akan melihat dahulu
apakah mitranya itu sedaerah/satu suku dengannya atau tidak; apakah mitranya
itu orang yang perlu dihormati atau tidak; dan bagaimana pendidikannya, rendah
atau tinggi? Cara pandang ini mengakibatkan timbulnya ragam kedaerahan/dialek
(dipakai jika penutur dan mitranya berkomunikasi berasal dari suku/etnik yang
sama), ragam terpelajar, ragam resmi/baku (dipakai jika para penutur dan
mitranya multietnik atau suasana berubah), dan ragam takresmi/nonbaku (dipakai
jika penutur melihat mitranya sebagai orang biasa yang tidak perlu “dihormati”
dan pendidikan atau status sosial mitranya juga tidak tinggi). Jadi, penetapan
pilihan ragam yang dipakai tergantung pada situasi, kondisi, serta bentuk
hubungan antarpelaku dalam berkomunikasi.
Contoh:
Ragam
|
Contoh
|
Lisan
takresmi
Tulis formal
Dialek
(Betawi)
Terpelajar
Resmi
Takresmi
|
Sudah saya baca buku itu.
Saya sudah membaca buku itu.
Gue udah baca itu buku.
Saya sudah membaca buku itu.
Saya sudah membaca buku itu.
Saya sudah baca buku itu.
|
3.
Topik yang
dibicarakan/dituliskan
Pembicaraan tentang topik tertentu mengakibatkan terbentuknya
ragam bahasa yang mempunyai ciri khas sesuai dengan bidang topik yang
dibicarakan, misalnya ragam hukum, ragam bisnis, ragam sastra, dan ragam
kedokteran.
Contoh:
Ragam
Bidang
|
Sifat
|
|
Nonilmu (Nonilmiah)
|
Ilmu (Ilmiah)
|
|
Hukum
Bisnis
Sastra
Kedokteran
|
Dia dihukum karena melakukan penipuan
dan penggelapan.
Setiap agen akan mendapat potongan
khusus.
Jalan cerita sinetron itu membosankan.
Ayan bukan penyakit menular.
|
Dia dihukum karena melakukan tindak
pidana.
Setiap agen akan mendapat rabat
khusus.
Alur sinetron itu membosankan.
Epilepsi bukan penyakit menular.
|
B.
Bahasa Indonesia
Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia
ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam
menulis karya ilmiah.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1.
Cendekia
Bahasa
Indonesia itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir
logis, yakni mampu membentuk pernyataan yang tepat dan saksama.
2.
Lugas dan jelas
Bahasa
Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu,
setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan
adalah makna lugas.
3.
Menghindari kalimat pragmentaris
Kalimat
pragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat ini terjadi antara lain
karena adanya keinginan penulis mengungkapkan gagasan dalam beberapa kalimat
tanpa menyadari kesatuan gagasan yang akan diungkapkan.
4.
Bertolak dari gagasan
Penonjolan
diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis.
Implikasinya, kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif.
5.
Formal dan objektif
Sifat
formal dan objektif ditandai antara lain oleh pilihan kosa kata, bentuk kata,
dan struktur kalimat. Kosa kata yang digunakan bernada formal dan
kalimat-kalimatnya mengandung unsur yang lengkap.
6.
Ringkas dan padat
Sifat
ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang
mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hermat.
7.
Konsisten
Ditampakkan
pada penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah yang
sesuai dengan kaidah yang semuanya digunakan secara konsisten.
III
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Ejaan adalah
kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI, 1999: 250).
Ejaan mencakup:
A.
Pemakaian
Huruf
1.
Huruf Abjad
Abjad
yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A a
B b
C c
D d
E e
F f
G g
H h
I i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J j
K k
L l
M m
N n
O o
P p
Q q
R r
|
Je
Ka
El
Em
En
O
Pe
Ki
er
|
S s
T t
U u
V v
W w
X x
Y y
Z z
|
Es
Te
U
Ve
We
Eks
Ye
zet
|
2.
Huruf Vokal
Huruf
yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e,
i, o, dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
a
e*
i
o
u
|
api
enak
emas
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu
|
*Dalam
pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan.
Misalnya:
Anak-anak
bermain di teras (téras).
Upacara
itu dihadiri pejabat teras
pemerintah.
Kami
menonton film seri (séri).
Pertandingan
itu berakhir seri.
3.
Huruf Konsonan
Huruf
yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, j,
k, l, m, n, p,
q, r, s, t, v,
w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan
|
Contoh Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
b
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
--
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
--
payung
lazim
|
adab
--
abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
bapak*
kesal
diam
daun
siap
--
putar
lemas
rapat
--
--
--
--
juz
|
*
Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
** Khusus untuk nama
dan keperluan ilmu.
4.
Huruf Diftong
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
ai
au
oi
|
ain
aula
--
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
5.
Gabungan Huruf Konsonan
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny,
dan sy. Masing-masing melambangkan
satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
|
Contoh Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
--
--
|
6.
Pemenggalan Kata
a. Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1) Jika
di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah.
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga
pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
2) Jika
di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan,
de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
3) Jika
di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan-huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok,
Ap-ril, bang-sa, makh-luk
4) Jika
di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut,
ben-trok, ikh-las
b. Imbuhan
akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya diitulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu,
pergi-lah
Catatan:
1) Bentuk
dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
2) Akhiran
-i tidak dipenggal.
3) Pada
kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung,
ge-li-gi
c. Jika
suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah a1), 2),
3), dan 4) di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
kilo-meter, ki-lo-me-ter
pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri
yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan kecuali
jika ada pertimbangan khusus.
B.
Pemakaian
Huruf Kapital dan Huruf Miring
1.
Huruf Kapital atau Huruf Besar
a. Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia
mengantuk.
Apa
maksudnya?
b. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
“Kemarin
engkau terlambat,” katanya.
c. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah,
Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih,
Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
d. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra
Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak
diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
e. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil
Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
f. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir
Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf
Supratman, Ampere, Halim Perdanakusumah
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
g. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Sunda,
bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata keturunan.
Misalnya:
mengindonesiakan
kata asing, keinggris-inggrisan
h. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi,
bulan Agustus, hari Senin, Perang Candu
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Perlombaan senjata membawa risiko
pecahnya perang dunia.
i.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama geografi.
Misalnya:
Asia
Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali,
menyeberangi selat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa,
kacang bogor, pisang ambon
j.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta
nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik
Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Nomor 57
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik, menurut undang-undang yang berlaku
k. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
l.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke,
dari, dan , yang, untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
m. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:
Dr.
doktor
M.A.
master
of arts
Tn. tuan
Sdr. saudara
n. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
o. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Surat Anda telah kami terima.
2.
Huruf Miring
a. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan, surat kabar Suara Karya
b. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
c. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan,
huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
C.
Penulisan
Kata
1.
Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Buku itu sangat tebal.
2.
Kata Turunan
a. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar,
dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
b. Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk
tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
c. Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
d. Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati,
antarkota, semiprofesional, inkonvensional,
ultramodern, telepon
Catatan:
(1) Jika
bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia,
pan-Afrikanisme
(2) Jika
kata maha sebagai unsur gabungan
diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Pengasih.
3.
Kata Ulang
Bentuk
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, tukar-menukar,
besar-besaran, gerak-gerik, berjalan-jalan
4.
Gabungan Kata
a. Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, mata pelajaran, model
linear, simpang empat, orang tua
b. Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar, watt-jam,
orang-tua muda, ibu-bapak kami
c. Gabungan
kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali, bagaimana, darmabakti,
hulubalang, kilometer, manakala, segitiga
5.
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata
ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6.
Kata Depan di, ke,dan dari
Kata
Depan di, ke,dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai suku kata seperti kepada
dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
7.
Kata si dan sang
Kata
si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
8.
Partikel
a. Partikel
-lah, -kah, dan -tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah
buku itu baik-baik.
Apakah
yang tersirat dalam suratitu?
Apatah
gunanya bersedih hati?
b. Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun
yang dimakannya, ia tetap kurus.
Satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu,
misalnya adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
c. Partikel
per yang berarti ‘mulai’,’demi’, dan
‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
9.
Singkatan dan Akronim
a. Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1) Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
M.B.A. master of business administration
Bpk. bapak
Kol. kolonel
2) Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan
Perwakilan Rakyat
PT Perseroan
terbatas
KTP kartu
tanda penduduk
3) Singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan
lain-lain
dsb. dan
sebagainya
dst. dan
seterusnya
hlm. halaman
sda. sama
dengan atas
Yth. Yang
terhormat
Tetapi:
a.n. atas
nama
d.a. dengan
alamat
u.b. untuk
beliau
u.p. untuk
perhatian
4) Lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
kg kilogram
Rp rupiah
b. Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kta, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga
Administrasi Negara
SIM surat
izin mengemudi
2) Akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Akabri Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Sespa Sekolah
Staf Pimpinan Administrasi
3) Akronim
yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan
umum
10.
Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
b. Angka
digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
c. Angka
lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
d. Angka
digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
e. Penulisan
lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1) Bilangan
utuh
Misalnya:
dua belas 12
dua puluh dua 22
2) Bilangan
pecahan
Misalnya:
setengah 1/2
tiga perempat 3/4
f. Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; dalam bab ke-2 buku
itu; di tingkat kedua gedung itu;
lihat Bab II; Pasal 5
g. Penulisan
lambang bilangan yang mendapat akhiran -an
mengikuti cara yang berikut.
Misalnya:
tahun ’50-an atau
tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang
lima ribuan
lima uang 1000-an atau lima uang seribuan
h. Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52
orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang memberikan suara blangko.
i.
Lambang bilangan pada awal kalimat
ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang
tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal
kalimat.
Misalnya:
Lima
belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
j.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh
yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat
pinjaman 250 juta rupiah.
k. Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam dokumen resmi seperti akta atau kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
l.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka
dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima yang
sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus rupiah).
D.
Penulisan
Unsur Serapan
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur
serapan itu dapat dilihat dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (2001: 40—52).
E.
Pemakaian
Tanda Baca
1.
Tanda Titik (.)
2.
Tanda Koma (,)
3.
Tanda Titik Koma (;)
4.
Tanda Titik Dua (:)
5.
Tanda Hubung (-)
6.
Tanda Pisah (--)
7.
Tanda Elipsis (…)
8.
Tanda Tanya (?)
9.
Tanda Seru (!)
10.
Tanda Kurung ((…))
11.
Tanda Kurung Siku ([…])
12.
Tanda Petik (“…”)
13.
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
14.
Tanda Garis Miring (/)
15.
Tanda Penyingkat/Apostrof (‘)
(Lihat: Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, 2001: 53—68).
IV
BENTUK DAN MAKNA KATA
A. Bentuk dan Makna
Satuan bentuk bahasa: fonem (bentuk
terkecil) → morfem → kata → frasa → kalimat → paragraf (alinea) → karangan
(bentuk terbesar).
Ke-7
satuan bentuk bahasa ini baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi
makna: kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru.
B. Fonem, Morfem,
Kata, dan Frasa
- Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti (bunyi
dari huruf).
Huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem.
Ukuran: dapat atau tidak bunyi itu membedakan
makna.
Contoh:
(1)
Seret : [s∂r∂t] =
‘tersendat-sendat; tidak lancar’
[sєrєt]
= ‘menarik suatu benda menyusur tanah’
(2)
Apel : [ap∂l] = ‘nama buah’
[apєl]
= ‘wajib mengikuti upacara; melapor’
(3)
/c/ari − /j/ari − /l/ari − /m/ari − /t/ari
(4)
/b/ayu − /k/ayu/ − /l/ayu − /r/ayu − /s/ayu
(5)
/k/erang − /p/erang − /s/erang − /t/erang
2.
Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna
dan/atau mempunyai makna.
a. Morfem bebas adalah morfem yang dapat
berdiri sendiri. Contoh: semua kata dasar.
b. Morfem terikat adalah morfem yang tidak
dapat berdiri sendiri. Contoh: semua imbuhan dan partikel, serta bentuk lain
yang tidak dapat berdiri sendiri.
- Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat
berdiri sendiri dan mempunyai makna. Contoh: sepeda >< adepes; ambil >< libma; dingin >< ningid; kuliah >< hailuk
a. kata yang bermorfem tunggal → kata dasar.
b. kata yang bermorfem banyak.
1)
Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau
kata berimbuhan.
2)
Perubahan kata dasar menjadi kata turunan mengakibatkan perubahan bentuk dan makna.
3)
Perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas
kata.
c.
Bentuk Kata:
1)
Kata Kerja (Verba)
2)
Kata Sifat (Ajektiva)
3)
Kata Keterangan (Adverbia)
4)
Rumpun Kata Benda (Nomina)
a)
Kata Ganti (Pronomina)
b)
Kata Bilangan (Numeralia)
5)
Rumpun Kata Tugas (Partikel)
a)
Kata Depan (Preposisi)
b)
Kata Sambung (Konjungsi)
c)
Kata Seru (Interjeksi)
d)
Kata Sandang (Artikel)
e)
Partikel
1) Kata Kerja (Verba)
: menyatakan perbuatan/tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan
sifat. Berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Uji: … + dengan
+ KB/KS di belakangnya. Kata kerja asal + kata kerja turunan
a) verba reduplikasi
atau verba berulang
b) verba majemuk: terbentuk melalui proses penggabungan
kata, tetapi bukan idiom. Contoh: terjun
payung; temu wicara.
c) verba berpreposisi: verba transitif
yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu. Contoh: tahu akan; berdiskusi tentang; cinta pada; sejalan dengan; terdiri
dari; menyesal atas; tergolong sebagai.
2)
Kata Sifat (Ajektiva): kata yang menerangkan kata sifat, keadaan, watak,
tabiat orang/binatang/suatu benda. Umumnya berfungsi sebagai P, O, dan
Penjelas.
a) Kata sifat berbentuk tunggal
(1) dapat diberi
keterangan pembanding: lebih, kurang, dan
paling
(2) dapat diberi
keterangan penguat: sangat, amat, benar,
sekali, dan terlalu
(3) dapat diingkarkan
dengan kata tidak
Kata sifat berbentuk tunggal dapat dipilih 5 kelompok:
(1) keadaan/situasi: aman, kacau, tenang, gawat
(2) warna: ungu, hijau, biru, merah
(3) ukuran: berat, ringan, tinggi, besar
(4) perasaan/sikap: malu,
sedih, bahagia, heran
(5) cerapan/indera: harum,
manis, terang, jelas
b)
Kata sifat berimbuhan
3) Kata Keterangan
(Adverbia): kata yang menerangkan predikat suatu kalimat.
a) ket. waktu: sekarang, besok, beberapa hari lagi, pada masa
lalu, sejak tahun 1945
b) ket. tujuan: demi keluarga, untuk mencerdaskan bangsa, bagi tanah air dan negara
c) ket. tempat dan
arah: di sana, ke kampus, dari Bogor, di atas meja, di selatan khatulistiwa
d) ket. cara: sekuat-kuatnya,
lama-lama, baik-baik, kecil-kecilan, dengan terang-terangan, dengan perhatian
penuh
e) ket. penyertaan: dengan karyawan, bersama rakyat, tanpa guru
f) ket. alat: dengan kereta api, dengan sepeda
g) ket. kemiripan: laksana, bagaikan, seperti
h) ket. penyebaban: karena cinta
i) ket. kesalingan: satu sama lain
4) Rumpun Kata Benda (Nomina): kata yang mengacu pada suatu
benda (konkret/abstrak).
Fungsi: S, O, Pelengkap, Keterangan
Uji: yang + KS/yang sangat + KS
a) Kata Ganti (Pronomina): kata yang dipakai untuk mengacu
pada nomina lain.
b) Kata Bilangan (Numeralia): kata yang dipakai untuk
menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang.
5) Rumpun Kata Tugas
(Partikel)
a) Kata Depan (Preposisi)
Selalu
berada di depan kata benda/sifat/kerja: di,
dengan, oleh, tentang, pada, buat, bagi, sejak
b) Kata Sambung (Konjungsi)
Menghubungkan
dua kata (dan, kalau, atau, karena,
tetapi, ketika, sehingga, agar)/dua kalimat (Selain itu, …; Akan tetapi, …; Setelah itu, …; Kemudian, …; Walaupun
begitu, …; Meskipun demikian, …; Namun, …; Selanjutnya, …; Tambahan pula, …;
Kecuali itu, …; Dengan demikian, …; Oleh karena itu, …; Bertalian dengan itu, …).
c) Kata Seru (Interjeksi): dipakai untuk mengungkapkan
seruan hati, seperti rasa kagum, sedih, heran, atau jijik.
d) Kata Sandang (Artikel): membatasi makna jumlah
orang/benda. (a) tunggal: sang; (b)
jamak: para; (c) netral: si.
e) Partikel: -lah, -kah, -tah, pun.
- Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat (P) dan
belum membentuk klausa atau kalimat (membentuk kesatuan makna). Contoh (bukan
frasa): itu batik berbaju yang; traktor apotek sepeda pingsan.
Ciri: (1) konstruksinya tidak mempunyai P; (2) proses
pemakaiannya berbeda dengan idiom; (3) susunan kata berpola tetap.
Jenis: (1) Verbal/kerja; (2) Ajektival/sifat; (3)
Adverbial/keterangan; (4) Nominal/benda; (5) Preposisional/depan.
C. Makna dan
Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa
dan objek atau sesuatu yang diacunya.
1.
Makna leksikal/denotasi adalah makna yang sesuai dengan kamus.
2.
Makna gramatikal/konotasi adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal.
Istilah
yang berkaitan dengan makna:
a. Sinonim/padan makna
Contoh: nasib − takdir; memuaskan − menyenangkan;
caci maki; sunyi senyap; sehat walafiat.
b. Antonim/lawan makna
Contoh: mudah ><
sukar; besar >< kecil; utang >< piutang.
c. Homonim: bentuk dan ucapan sama, makna beda.
Contoh: mengukur → kukur dan ukur
1) Homofon: ucapan sama, makna dan bentuk beda.
Contoh:
sangsi – sanksi; tang – tank.
2) Homograf: bentuk sama, ucapan dan makna
beda.
Contoh:
beruang • nama binatang
•
mempunyai ruang
•
mempunyai uang
d. - Hiponim: makna
sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan yang lain. Contoh: merah → berwarna
- Hipernim: kebalikan
dari hiponim. Contoh: berwarna →
merah
Dalam proses perkembangan bahasa, makna suatu kata dapat
mengalami perubahan. Perubahan itu dapat disebabkan oleh perbedaan tempat
pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk memberi makna baru. Di
antara perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut.
1)
Meluas, yaitu jika cakupan makna
sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja,
sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
2)
Menyempit, yaitu jika cakupan makna
dahulu lebih luas dari makna yang sekarang. Kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendekiawan, sekarang hanya
untuk gelar akademis.
3) Amelioratif,
yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau
lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri
dan nyonya dirasakan lebih baik dari bini.
4)
Peyoratif, yaitu perubahan makna
yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama.
Kata oknum dan gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau, sekarang maknanya
menjadi tidak baik.
5) Sinestesia,
yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera yang
berlainan. Contoh: Kata-katanya manis.
Mukanya masam. Pidatonya hambar.
6)
Asosiasi, yaitu perubahan makna yang
terjadi karena persamaan sifat. Kata amplop
yang berarti kertas pembungkus surat, dan sering juga dipakai sebagai
pembungkus uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian
memberi sogokan. Contoh: Beri dia amplop
agar urusan cepat beres.
V
DIKSI (PILIHAN KATA)
A.
Pilihan Kata
Pilihan
kata (diksi) adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu
tuturan bahasa. Hal ini baru dapat dilakukan jika tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. Pilih satu kata yang paling tepat untuk
mengungkapkan suatu pengertian. Pilih kata yang tepat dan cocok (sesuai dengan
konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat pemakainya). (1) Kemahiran memilih kata
hanya dimungkinkan jika seseorang menguasai kosakata yang cukup luas. (2) Diksi
mengandung pengertian upaya atau kemampuan secara tepat kata-kata yang memiliki
nuansa makna serumpun. (3) Diksi menyangkut kemampuan untuk memilih kata-kata
yang tepat dan cocok untuk situasi tertentu.
1. Kamus
Untuk memahami kata beda, misalnya, kita dapat membuka Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Balai Pustaka (1993: 104 – 105). Di
dalam kamus itu tertulis sebagai berikut.
beda: /beda/ n. 1. sesuatu yang
menjadikan berlainan (tidak sama) antara benda yang satu dengan benda yang
lain; ketidaksamaan: Kelakuan anak itu
tidak ada bedanya dengan kelakuan ayahnya.
2. selisih; pautan: Barang impor dan barang buatan dalam negeri
bedanya tidak seberapa.
berbeda, v. ada bedanya; berlainan: Mereka mempunyai potongan rambut yang
berbeda, seorang panjang dan seorang lagi pendek.
berbeda-beda v. berlain-lain; berlainan: Kepala sama hitam, pendapat berbeda-beda.
membedakan v. 1. menyatakan ada bedanya: Dia belum dapat membedakan mana yang benar
dan mana yang salah.
2. memperlakukan secara tidak berbeda (tidak sama);
memisahkan: Kita harus dapat membedakan
antara urusan pribadi dan urusan dinas.
membeda-bedakan v. menganggap
(memperlakukan) berbeda (tidak sama); pilih kasih: Kita jangan membeda-bedakan antara orang kaya dan yang miskin.
terbeda-bedakan a. dapat dibeda-bedakan
perbedaan n. 1.
beda; selisih: Perpecahan terjadi
karena perbedaan paham.
2. hal-hal yang berbeda; hal-hal yang membuat berbeda: Perbedaan perlakuan terhadap tamu menyalahi
aturan rumah penginapan itu.
memperbedakan v. memperlainkan;
menganggap (memperlakukan) berbeda (tidak sama) dari yang lain: Kamu jangan memperbedakan anak itu, dia pun
sama dengan yang lain.
pembeda n.
1. orang yang membedakan
2. alat (hal) yang membedakan
pembedaan n.
proses; perbuatan, cara membedakan
Paling
tidak ada lima hal yang kita peroleh. Pertama,
kita mendapat informasi tentang jenis atau kelas dari kata dasar beda dan kata turunannya (nomina atau
verba). Kedua, kita memperoleh
informasi tentang makna kata beda itu
sendiri. Ketiga, kita diberi contoh
penggunaan kata beda dalam kalimat. Keempat, kita mengetahui bahwa dari kata
beda dapat diturunkan kata berbeda, berbeda-beda, perbedaan,
membedakan, membeda-bedakan, terbeda-bedakan, perbedaan, memperbedakan,
pembeda, dan pembedaan. Kelima, kita memperoleh pula informasi
tentang sinonim dari kata berbeda,
yaitu berlainan, berselisih, berpautan, dan
masing-masing berlainan.
2. Tesaurus
Tesaurus adalah khazanah kata yang disusun menurut sebuah
sistem tertentu, terdiri atas gagasan-gagasan yang mempunyai pertalian timbal
balik sehingga setiap pemakai dapat memilih istilah atau kata yang ada di
dalamnya (Keraf, 1994).
Selain ke-5 informasi yang kita peroleh dari membaca kamus,
juga akan mengetahui asal kata (etimologi), antonimnya, kata-kata yang
berhubungan dengan entri tertentu.
B.
Syarat Ketepatan
Pemilihan Kata
Syarat
pemilihan kata menurut Keraf (1994: 88) ada enam, yaitu:
1. dapat membedakan
antara denotasi dan konotasi
Contoh: (1) Bunga edelwise hanya tumbuh di tempat yang tinggi (gunung).
(2) Jika bunga bank
tinggi, orang enggan mengambil kredit bank.
2. dapat membedakan
kata-kata yang hampir bersinonim
Contoh: (1)
Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
(orang/sesuatu yang mengubah)
(2)
Pembebasan bea masuk untuk jenis barang
tertentu adalah peubah peraturan
yang selama ini memberatkan pengusaha. (variabel)
3. dapat membedakan
kata-kata yang hampir mirip ejaannya
Contoh: intensif – insentif
interferensi –
inferensi
karton – kartun
preposisi – proposisi
korporasi – koperasi
4. dapat
memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak dan kata-kata konkret
Contoh: keadilan,
kebahagiaan, keluhuran
kebajikan, kebijakan,
kebijaksanaan
5. dapat
memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat
Contoh: antara …
dan …; tidak … tetapi …; baik … maupun …; bukan … melainkan …
6. dapat
membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus
Contoh: Kata umum: melihat; Kata khusus: melotot, membelalak, melirik, mengerling,
mengintai, mengintip, memandang, menatap, memperhatikan, mengamati, mengawasi,
menonton, meneropong.
C.
Gaya Bahasa dan Idiom
1. Gaya
bahasa/langgam bahasa/majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya.
Enam faktor yang
mempengaruhi tampilan bahasa seseorang dalam berkomunikasi:
1) cara dan media komunikasi: lisan atau tulis,
langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik;
2) bidang ilmu: filsafat, sastra, hukum, teknik,
kedokteran, dan lain-lain;
3) situasi: resmi, tidak resmi, setengah resmi;
4) ruang atau konteks: seminar, kuliah, ceramah,
pidato;
5) khalayak: dibedakan berdasarkan umur (anak-anak,
remaja, orang dewasa), jenis kelamin (laki-laki, perempuan), tingkat pendidikan
(rendah, menengah, tinggi), status sosial;
6) tujuan: membangkitkan emosi, diplomasi,
humor, informasi.
2. Idiom dan Ungkapan Idiomatik
1) Idiom
adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari
unsur-unsurnya (Moeliono, 89: 177). Menurut Badudu (89: 47), idiom adalah
bahasa yang teradatkan.
Oleh
karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada
kesatuan bentuk dan makna. Contoh: gulung
tikar, adu domba, muka tembok.
2) Ungkapan
Idiomatik merupakan pasangan kata yang selalu muncul bersamaan sebagai
frasa (berperilaku idiom), yaitu: berawal
dari, berdasarkan pada, bergantung pada, berjumpa dengan, berkenaan dengan,
bertalian dengan, dibacakan oleh, diperuntukkan bagi/oleh, disebabkan oleh,
sampai ke, sehubungan dengan, sejalan dengan, sesuai dengan, terbuat dari,
terdiri atas/dari, tergantung pada.
3. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata
1) Kesalahan pemakaian gabungan kata yang mana, di mana, daripada
Contoh:
- Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh
Pak Lurah.
-
Demikianlah tadi sambutam Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita
untuk lebih tekun bekerja.
- Marilah kita
perhatikan kebersihan daripada lingkungan
kita.
·
Kata yang mana digunakan
dalam kata tanya yang mengandung pilihan, termasuk dalam pertanyaan retoris.
·
Kata di mana digunakan
untuk menanyakan tempat.
·
Kata daripada digunakan
untuk membuat perbandingan atau
pengontrasan sesuatu terhadap yang lainnya.
2) Kesalahan
pemakaian kata dengan, di,dan ke
Contoh: - Sampaikan
salam saya dengan Dona.
- Dokumen itu ada di kita.
- Setelah tugas selesai,
harap segera melapor ke dosen.
·
Kata dengan mengungkapkan
arti ‘bersama’, selain itu dapat difungsikan untuk menyatakan adanya alat yang
digunakan (Saya mengetik dengan komputer.), beberapa pelaku
yang mengambil bagian pada peristiwa yang sama (Peneliti itu sedang bercakap-cakap dengan
respondennya.), sesuatu yang menyertai sesuatu yang lain (Ujian akhir semester berlangsung dengan tertib.), membentuk kata
berpasangan (berbeda dengan, berkenaan
dengan, bersamaan dengan, bertentangan dengan, bertepatan dengan, sehubungan
dengan, sesuai dengan).
·
Kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat, arah, dan waktu.
·
Kata kepada harus
diikuti oleh nama/jabatan orang atau kata ganti orang.
Syarat Memilih Kata
yang Benar:
1. dapat membedakan
kata-kata yang mirip ejaannya;
2. kata kerja yang
menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatik;
3.
dapat menggunakan kata/ungkapan penghubung;
4.
dapat menggunakan kata tanya;
5.
dapat menggunakan bentuk ulang yang menyatakan banyak dan kata yang
bermakna banyak;
6.
jangan selalu memilih kata yang panjang jika ada padanannya yang lebih
ringkas
Contoh: mengadakan penelitian
>< meneliti
mengajukan saran >< menyarankan
melakukan kunjungan
>< berkunjung
meninggalkan kesan yang
mendalam >< mengesankan
mengeluarkan pemberitahuan >< memberitahukan
Jika kata benda atau kata kerja sudah dapat menjelaskan
maksud, tidak perlu ditambah pewatas yang sebenarnya tidak memperjelas
keterangan.
Contoh: cukup
memuaskan, relatif lebih murah
Sama
sekali belum makan
Sedikit
banyak mempengaruhi
|
VI
KALIMAT
Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran, yang diawali dan diakhiri
dengan kesenyapan (bahasa lisan)/diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda /./, /!/, atau /?/.
Kalimat disusun berdasarkan
unsur-unsur kata, frasa, atau klausa. Jika dikelompokkan unsur-unsur itu mempunyai fungsi dan
pengertian tertentu yang disebut bagian
kalimat atau konstituen. Kalimat
ada 2 bagian:
1. Kalimat inti → tidak dapat dihilangkan →
dapat membentuk kalimat dasar.
2. Kalimat bukan inti → relatif dapat
dihilangkan → dapat membentuk kalimat luas.
Bagian kalimat
(konstituen) sering disebut dengan istilah jabatan
atau fungsi kalimat.
A. Pola Kalimat
1. Pola Kalimat Dasar
Ciri-ciri: 1) berupa kalimat tunggal
(S, P, O, Pelengkap, Keterangan masing-masing satu),
2) minimal terdiri
atas S dan P,
3) selalu diawali
dengan S,
4) berbentuk kalimat
aktif,
5) setiap unsur dapat
berupa kata/frasa.
Contoh: Mereka membelikan saya sepatu.
S P O
Pel.
Mereka yang selalu
memperhatikan saya sudah membelikan saya sepatu olah raga. (Kalimat Luas)
2. Pola Kalimat
Majemuk
1) Kalimat Majemuk Setara: bersifat koordinatif,
tidak saling menerangkan.
a) setara gabungan: dan, serta
b) setara pilihan: atau
c) setara urutan: lalu, lantas, kemudian
d) setara perlawanan: tetapi, melainkan, sedangkan.
2) Kalimat Majemuk Bertingkat: disusun
berdasarkan jenis anak kalimatnya.
a) AK Ket. Waktu: ketika, waktu, saat, sebelum
b) AK Ket. Sebab: sebab, lantaran, karena
c) AK Ket. Akibat: hingga, sehingga, akhirnya
d) AK Ket.
Syarat: jika, apabila, kalau,
andaikata
e) AK Ket.
Tujuan: agar, supaya, demi, untuk,
guna
f) AK Ket.
Cara: dengan, dalam
g) AK Ket.
Posesif: meskipun, walaupun, biarpun
h) AK Ket.
Pengganti Nomina: bahwa.
B. Unsur-Unsur Kalimat
1. Subjek atau pokok kalimat: unsur utama
kalimat.
Fungsi: a. membentuk kalimat dasar,
b. memperjelas makna,
c. menjadi pokok pikiran,
d. menegaskan makna,
e. memperjelas pikiran yang diungkapkan,
f. membentuk kesatuan pikiran.
Syarat: a. jawaban apa atau siapa,
b. berupa kata atau frasa benda (nomina),
c. disertai kata ini atau
itu,
d. disertai pewatas yang,
e. tidak didahului kata depan di, dalam, pada, kepada, bagi,dll.,
f. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.
Contoh: ● Saya sudah mulai mengantuk. (SK)
● Seekor kelinci tiba-tiba keluar dari lubang persembunyiannya. (SF)
3.
Predikat
Fungsi: a. membentuk
kalimat dasar,
b. menjadi
unsur penjelas (pikiran yang
diungkapkan dan makna sebuah kalimat),
c. menegaskan
makna,
d. membentuk
kesatuan pikiran.
Ciri-ciri:
a. jawaban mengapa atau bagaimana,
b. dapat
diingkarkan dengan kata tidak atau bukan,
c. dapat
didahului keterangan aspek: akan,
sudah, sedang, selalu, hampir,
d. dapat didahului keterangan
modalitas: sebaiknya, seharusnya,
seyogianya, meskipun, selayaknya, dll.,
e. tidak
didahului kata yang, jika menggunakan
kata yang akan berubah fungsi menjadi
perluasan subjek,
f. didahului
kata adalah, ialah, yaitu, yakni,
g. dapat
berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
Contoh:
● Usahanya berkembang.
● Saya mencoba
memungut kerikil tajam tersebut.
3. Objek
Tidak
semua kalimat memerlukan objek. Objek baru diperlukan tergantung jenis
predikatnya, yaitu transitif. Predikat dilengkapi afiks tertentu, seperti me-kan, (mengambilkan/mengumpulkan) dan me-i
(melempari/mendekati, menghampiri).
Fungsi: a. membentuk
kalimat dasar,
b. memperjelas
makna kalimat,
c. membentuk
kesatuan pikiran.
Ciri-ciri: a. berupa kata benda,
b. tidak
didahului kata depan,
c. mengikuti
secara langsung di belakang predikat transitif,
d. jawaban
apa atau siapa yang terletak di belakang predikat,
e. dapat
menduduki fungsi subjek jika dipasifkan.
Contoh: ● Mahasiswa
itu menerangkan kerangka berpikirnya.
●
Kami menyelidiki
peristiwa itu.
4. Pelengkap
Ciri-ciri: a. bukan unsur utama, tetapi
tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas/lengkap
informasinya,
b. terletak
di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif,
Contoh: Ia menjadi rektor.
c. terletak
di belakang objek berfungsi mengkhususkan makna objek.
Contoh: Ibu membawakan saya oleh-oleh.
5. Keterangan
Fungsi:
menjelaskan atau melengkapi informasi
pesan-pesan kalimat.
► Berkaitan dengan surat undangan, laporan penelitian, dan informasi
yang terkait dengan tempat, waktu,
sebab, dll.
Ciri-ciri: a. bukan unsur utama kalimat,
b. tempat
tidak terikat posisi (awal, tengah, akhir),
c. dapat
berupa keterangan: waktu, tujuan, tempat, dll.,
d. dapat
berupa keterangan tambahan:
1)
keterangan tambahan subjek: tidak dapat menggantikan subjek
Contoh: Megawati, yang sedang menjabat
presiden, adalah putri Bung Karno.
2)
aposisi: dapat menggantikan subjek
Contoh:
Megawati, Presiden RI 2001 – 2004, adalah putri Bung Karno.
6. Konjungsi
Konjungsi
adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan (merangkai):
1)
unsur-unsur dalam sebuah kalimat (S, P, O, Pel., Ket.)
2)
kalimat dengan kalimat
3)
paragraf dengan paragraf
(1) intrakalimat:
menghubungkan antarunsur atau bagian kalimat di dalam sebuah kalimat
(2) antarkalimat
(kalimat transisi): menghubungkan antarkalimat atau paragraf
Contoh
bentuk perangkai:
Adalah, andaikata, apabila, atau,
bahwa, daripada, bilamana, di samping itu, sehingga, ialah, jika, kalau,
kemudian, melainkan, jadi.
7. Modalitas disebut juga keterangan
predikat.
Modalitas
dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat.
Fungsi: a. mengubah nada = tegas≈ragu-ragu; keras≈lembut
a.l.: barangkali,
tentu, mungkin, sering, sesungguhnya.
b. menyatakan
bermacam-macam sikap
Contoh: nada kepastian → pasti, pernah, tentu, sering, jarang,
kerapkali.
C. Susunan Kalimat
Kalimat merupakan sarana untuk menyampaikan pikiran atau
gagasan kepada orang lain dengan harapan dapat dipahami dengan mudah. Oleh
karena itu, bahasa yang digunakan tidak boleh memberikan gambaran yang kurang
jelas atau menimbulkan keraguan bagi pihak lain sehingga menimbulkan salah
paham. Karena itu, kalimat harus disusun secara:
1. singkat: bukan berarti pendek,
melainkan harus dapat menghilangkan kata atau ungkapan yang tidak perlu;
2. cermat: disusun dengan kata-kata yang
terpilih. Bukan karena enak didengar atau merdu, melainkan daya ekspresinya
sangat eksak;
3. tepat:
menyangkut
a. kaidah kebahasaan, terutama mengenai
pemakaian imbuhan;
b. tata
susun di dalam kalimat yang berkaitan dengan hubungan antarbagian kalimat.
Contoh:
1) kalimat mubazir/berlebihan
(x) Adalah sudah merupakan suatu
kenyataan bahwa bahasa Indonesia
adalah bahasa persatuan.
(√) Bahasa Indonesia
adalah bahasa persatuan.
2) kalimat berbelit-belit atau berputar-putar
(x) Dalam
pertimbangan keadaan seperti itu, kita juga harus melihat kenyataan bahwa
anggota yang tidak hadir belum tentu menyetujui usul kita.
(√) Sekalipun demikian, anggota yang tidak hadir
belum tentu menyetujui usul itu.
3) kalimat berbunga-bunga
(x) Di
dalam dunia modern sekarang ini, cara kerja yang efisien telah merupakan syarat
yang tidak dapat diabaikan bagi keberhasilan suatu usaha.
(√) Di dalam dunia modern, cara kerja yang
efisien sangat diperlukan bagi keberhasilan suatu usaha.
4. jelas dan komunikatif
D. Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap,
dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
Kalimat efektif ditandai oleh:
1. Kesatuan: adanya kesepadanan struktur
dan makna kalimat.
Contoh: - (x)
Saya saling memaafkan.
(√) Kami saling
memaafkan.
- (x) Rumput
makan kuda di lapangan.
(√) Kuda makan rumput
di lapangan.
2. Kesejajaran: kesamaan bentuk kata yang
digunakan secara konsisten, misalnya: kesatuan
– kemakmuran – kedamaian – kesejahteraan; pertanian – perikanan – perkebunan – perdamaian; membeli – mengupas – mencuci – memakan.
Contoh: Ibu membeli pepaya, mengupas, mencuci lalu memakannya.
3. Kefokusan: harus memfokuskan pesan
terpenting agar mudah dipahami maksudnya.
Contoh: (x) Sulit
ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ini.
(√) Produk
holtikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
4. Kehematan: setiap unsur kalimat harus
berfungsi dengan baik, unsur yang tidak mendukung makna kalimat (mubazir) harus
dihindarkan.
a.
Subjek ganda: (x) Buku
itu saya sudah baca. (√) Saya sudah
baca buku itu.
b.
Dua kata yang sama artinya dalam satu frasa: demi untuk, agar supaya, adalah merupakan, dll.
c.
Kata depan di depan objek: (x) Ia membicarakan tentang
ekonomi keluarga.
(√) -
Ia membicarakan ekonomi keluarga.
- Ia
berbicara tentang ekonomi keluarga.
d.
Penjamakan kata yang sudah berbentuk jamak: Para hadirin sekalian; banyak kata-kata; dll.
e.
Kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: yang mana, di mana
5. Kevariasian
a. Kalimat
berimbang (dalam kalimat majemuk setara), misalnya: “Kedua orang tuanya bekerja
di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar di sekolah.”
b. Kalimat
melepas, yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa kedua dari klausa koordinatif
dengan klausa utama (pertama) menjadi klausa sematan, dalam kalimat berikut ini
menjadi anak kalimat keterangan waktu, misalnya: “Kedua orang tuanya bekerja
diperusahaan ketika ketiga anak mereka belajar di sekolah.”
c. Kalimat
berklimaks, yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat) pada posisi awal, misalnya:
“Ketika ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja
diperusahaan.”
Kesalahan Kalimat
1. Salah Struktur
a. Kalimat
aktif tanpa unsur subjek
Contoh:
(x) Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi
masyarakat Indonesia akan segera bangkit jika hukum ditegakkan.
(√) -
Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi
masyarakat Indonesia akan segera bangkit jika hukum ditegakkan.
- Menurut ahli hukum ekonomi masyarakat
Indonesia akan segera bangkit jika hukum ditegakkan.
b. Menempatkan
kata depan di depan subjek
Contoh: - (x) Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar
di Asean.
(√) Jakarta memiliki
pusat perdagangan terbesar di Asean.
- (x) Bola
biru bergambar peta ini menggelinding di
sepanjang Jl. Asia Afrika dan berhenti di pintu masuk Plaza Senayan.
(√) Bola
biru bergambar peta ini menggelinding sepanjang Jl. Asia Afrika dan berhenti di
pintu masuk Plaza Senayan.
c. Tanpa
unsur predikat karena menempatkan kata yang
di depan predikat.
Contoh: (x) Petani yang
bekerja di sawah.
(√) Petani
bekerja di sawah.
d. Menempatkan
unsur kata depan di depan objek, kata kerja transitif langsung diikuti objek
dan tidak disisipi kata depan.
Contoh: (x) Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja.
(√) Mereka
mendiskusikan keselamatan kerja.
e. Menempatkan
kata penghubung intrakalimat pada awal kalimat tunggal.
Contoh: (x) Ia pandai.
Sehingga selalu mendapat
beasiswa.
(√) Ia pandai sehingga
selalu mendapat beasiswa.
f. Berupa
anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.
Contoh: (x)
Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras.
(√) - Meskipun sudah
kaya raya, ia tetap bekerja keras.
- Ia sudah kaya raya,
tetapi tetap bekerja keras.
2. Salah Diksi
a. Menggunakan
dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar
supaya, adalah merupakan, bagi untuk, dll.
b. Menggunakan
kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di
mana, yang mana.
c. Menggunakan
kata berpasangan yang tidak sepadan: …
tidak … tetapi; … tidak hanya … tetapi
juga; … bukan … melainkan; … bukan hanya … melainkan juga …
d. Menggunakan
kata berpasangan secara idiomatik yang tidak sesuai: (x) sesuai bagi >< (√) sesuai dengan;(x) membicarakan tentang >< (√) berbicara
tentang.
3. Salah Ejaan
VII
PARAGRAF
Paragraf adalah satuan bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat.
A. Fungsi
Kalimat yang Membangun Paragraf
Fungsi kalimat yang
membangun paragraf ada dua macam, yaitu:
1. Kalimat Topik/Kalimat Pokok: berisi ide
pokok/utama paragraf
a. mengandung
permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut
b. merupakan kalimat
lengkap yang dapat berdiri sendiri
c. mempunyai arti
yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain
d. dapat dibentuk
tanpa bantuan kata sambung atau penghubung atau transisi
2. Kalimat Penjelas/Kalimat Pendukung: menjelaskan atau
mendukung ide utama paragraf
a. sering merupakan
kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti)
b. arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah
dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf
c. pembentukannya
sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung/transisi
d. isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan
lain yang bersifat mendukung kalimat topik
B. Paragraf Efektif
Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat,
yaitu:
1. Kesatuan:
hanya membicarakan satu pokok pikiran/masalah
Contoh paragraf tanpa
kesatuan pikiran (ide pokok paragraf lebih dari satu):
Pekerjaan saya
sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru, saya
mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari
Clinton adalah Presiden Amerika. Melalui perjuangannya, Clinton berhasil
menjadi Presiden Amerika. Clinton termasuk Presiden Amerika yang populer.
Amerika adalah Negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju
pesat. Semua bahasa yang besar dipelajari untuk kepentingan politik Amerika,
termasuk bahasa Indonesia. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti
mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika.
Berikut adalah
perbaikan paragraf di atas:
Pekerjaan saya
sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya
diajarkan di Indonesia, tetapi juga di mancanegara termasuk Amerika. Di Amerika
semua bahasa yang besar termasuk bahasa Indonesia dipelajari untuk kepentingan
politik Amerika. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya
akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika.
Pekerjaan
sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Jabatan ini diperolehnya melalui
perjuangan. Clinton termasuk Presiden Amerika yang populer.
Amerika
adalah Negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Di
sana semua bahasa yang besar, termasuk bahasa Indonesia dipelajari untuk
kepentingan politik Amerika.
2.
Kepaduan/koherensi: aliran kalimat ke
kalimat yang lain berjalan mulus & lancar, dicapai melalui susunan yang
logis & perkaitan antarkalimat
a. Cara repitisi: pengulangan kata/frasa kunci
untuk memulai kalimat baru
Contoh:
Faktur adalah tanda bukti penjualan barang. Faktur ada yang digabungkan dengan
kuitansi dan faktur itu disebut faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok dipakai untuk penjualan tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa
kuitansi. Faktur tanpa kuitansi ini dapat
dipakai baik untuk penjualan tunai maupun kredit.
b. Kata Ganti
Contoh:
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini
adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau … Presiden ke-4
Republik Indonesia ini … Kyai dari
Jawa Timur ini … Akibatnya, Mantan
Ketua PBNU ini … Namun, suami dari
Sinta Nuriah ini tetap pada prinsipnya dan tidak bergeming menghadapi semua
ini.
c. Kata Sambung
d. Kata/Frasa
Penghubung
1)
akibat/hasil : akibatnya,
karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan
demikian, jadi
2)
pertambahan : berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu, lagi pula, lalu,
selanjutnya, tambahan lagi
3)
perbandingan: dalam hal yang sama,
lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu
4)
tempat : berdekatan dengan itu, di sini, di seberang
sana, tak jauh dari sana, di bawah, persis di depan …, di sepanjang …
5)
tujuan : agar,
untuk/guna, untuk maksud itu
6)
waktu : baru-baru ini, beberapa saat kemudian,
mulai, sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika
7)
singkatan : singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai
simpulan, pendek kata
C.
Jenis Paragraf
1.
Menurut Posisi Kalimat Topiknya
a. Paragraf Deduktif: urutan umum-khusus
(kalimat topik pada awal paragraf)
Contoh:
Kebudayaan dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan nonfisik. Kebudayaan fisik
cukup jelas karena merujuk pada benda-benda. Kebudayaan nonfisik … Hasil
kebudayaan yang berwujud tingkah laku di antaranya adalah sikap, kebiasaan,
adat istiadat, belajar, tidur, bertani, bahkan berkelahi.
b. Paragraf Induktif: urutan khusus-umum
(kalimat topik pada akhir paragraf)
Contoh:
Yang dimaksud dengan kebudayaan fisik cukup jelas karena
merujuk pada benda-benda. Kebudayaan nonfisik ada yang berupa … Hasil
kebudayaan yang berwujud tingkah laku di antaranya adalah sikap, kebiasaan,
adat istiadat, belajar, tidur, bertani, bahkan berkelahi. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kenudayaan nonfisik.
c. Paragraf Deduktif-Induktif: kalimat topik pada awal dan
akhir paragraf (bersifat mengulang
atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf)
Contoh:
Pemerintah menyadari
bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah murah, sehat, dan kuat. Departemen PU sudah
lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Agaknya … Lgi pula, bahan
perlit dapat dicetak menurut keinginan seseorang. Usaha ini menunjukkan bahwa pemerintah berusaha … keperluan rakyat.
d. Paragraf Penuh Kalimat Topik: seluruh kalimat sama
pentingnya = sering terdapat pada uraian deskriftif & naratif
Contoh:
Pagi hari itu aku duduk di bangku
panjang dalam taman di belakang rumah. Matahari belum tinggi benar, baru
sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan Di depanku bermekaran
bunga beraneka warna. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku.
2. Menurut Fungsinya dalam Karangan
a. Paragraf Pembuka, bertujuan mengutarakan suatu aspek
pokok pembicaraan dalam karangan
Fungsi : (1) menghantar pokok pembicaraan; (2) menarik minat
& perhatian pembaca: (3) menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk
mengetahui isi seluruh karangan
Manfaatkan
bentuk: (1) kutipan, peribahasa, anekdot; (2) uraian mengenai pentingnya pokok
pembicaraan; (3) suatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang; (4)
uraian tetang pengalaman pribadi; (5) uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan;
(6) sebuah pertanyaan
b. Paragraf Pengembang, mengembangkan pokok pembicaraan yang
telah dirumuskan dalam paragraf pembuka
Fungsi: (1) mengemukakan inti persoalan; (2) memberi
ilustrasi/contoh; (3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya; (4) meringkas paragraf sebelumnya;
(5) mempersiapkan dasar/landasan bagi simpulan
Berisi : (1) contoh-contoh dan ilustrasi; (2) inti
permasalahan; (3) uraian pembahasan
c. Paragraf Penutup,
berisi simpulan bagian karangan (subbab, bab) atau seluruh karangan; sering
merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar tambah jelas. Bagian ini harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1)
tidak boleh terlalu panjang
2)
berisi simpulan sementara atau akhir sebagai cerminan inti
seluruh uraian
3)
dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca
3. Menurut Sifat Isinya (tergantung pada maksud
penulis dan tuntutan konteks serta sifat informasi yang akan disampaikan
a. Paragraf Persuasif: mempromosikan
sesuatu dengan cara mempengaruhi pembaca, contoh: iklan
b. Paragraf
Argumentatif: membahas satu masalah dengan bukti-bukti atau alasan yang
mendukung, contoh: karangan ilmiah
c. Paragraf Naratif: menuturkan persitiwa atau keadaan dalam
bentuk cerita, contoh: karangan fiksi atau nonilmiah
d. Paragraf Deskriftif: melukiskan atau menggambarkan
sesuatu dengan bahasa, contoh: karangan ilmiah
e. Paragraf Ekspositoris: memaparkan suatu fakta atau
kejadian tertentu, contoh: karangan ilmiah; berita dalam surat kabar
D.
Pengembangan Paragraf
1.
Metode Definisi: untuk menerangkan pengertian atau konsep
istilah tertentu
- Metode Proses : menguraikan suatu proses, yaitu suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu
3.
Metode Contoh: contoh-contoh terurai
- Metode Sebab-Akibat/Akibat-Sebab: untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya atau sebaliknya
5.
Metode Umum-Khusus/Khusus-Umum
- Metode Identifikasi: mengelompokkan sesuatu yang mempunyai persamaan sifat, substansi, ukuran, dll. atau perbedaan kemudian dianalisis
(Contoh-contoh dapat
Anda lihat dalam Finoza, 2003: 145–166)
VIII
PERENCANAAN PENULISAN ILMIAH
Menurut David Nunan
(1991) ada tiga tahap proses menulis, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap
penulisan, dan (3) tahap pascapenulisan (revisi atau penyempurnaan).
A.
Tahap Prapenulisan
1.
Menentukan Topik
Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh
isi karangan.
a.
Karakteristik topik:
1)
Merupakan jawaban atas
pertanyaan “Masalah apa yang akan ditulis?; Hendak menulis tentang
apa?; atau Saya akan membicarakan tentang apa?”
2)
Permasalahan yang dapat
dijadikan topik karangan, antara lain putus sekolah, pengangguran,
kenaikan harga, keluarga berencana, polusi, kenakalan
remaja, manajemen, dan sosiologi.
3)
Ciri khas topik terletak
pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai.
4)
Disiplin ilmu, jurusan,
bidang spesialisasi/kajian yang diambil mahasiswa penyusun skripsi
merupakan topik.
5)
Dapat menjadi judul
karangan.
6)
“Payung besar” yang
bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang penulis.
7)
Pengarang harus
mengetahui pokok persoalannya.
8)
Dipersempit atau dibatasi
sesuai dengan rencana dan maksud pengarang.
Caranya: (1) pecah pokok pembicaraan menjadi sub-subtopik
(2) tuliskan pokok umum dan buat daftar aspek-aspek khusus secara
berurutan ke bawah, kemudian pilih satu aspek untuk dijadikan topik
(3) ajukan lima pertanyaan mengenai pokok pembicaraan apa, siapa,
di mana, kapan, dan bagaimana.
Pokok
pembicaraan ditulis di atas lalu di bawahnya disediakan kolom-kolom untuk
menjawab kelima pertanyaan tersebut. Dalam setiap kolom dituliskan aspek-aspek
khusus dari pokok pembicaraan.
Contoh
cara untuk mempersempit atau membatasi topik agar lebih spesifik:
(1)
Menurut tempat
Dunia →
Indonesia → Pulau Jawa → Jakarta
“Pulau
Jawa Sebelum Indonesia Merdeka” → “Jakarta Sebelum Indonesia Merdeka”
(2)
Menurut
waktu/periode/zaman
“Kebudayaan
Indonesia” → “Seni Tari Jawa Modern”
(3)
Menurut hubungan
sebab-akibat
“Dekadensi
Moral di Kalangan Muda-Mudi” → “Pokok Pangkal Timbulnya Krisis Moral di
Kalangan Musa-Mudi”
(4)
Menurut pembagian bidang
kehidupan manusia: politik, sosial, ekonomi, dst.
“Usaha-Usaha
Pemerintah dalam Bidang Ekonomi” → “Kebijakan Deregulasi di Bidang Ekonomi pada
Era Reformasi”
(5)
Menurut aspek
khusus-umum/individual/kolektif
“Pengaruh
Siaran Televisi terhadap Masyarakat Jawa Timur” → “Pengaruh Siaran Televisi
terhadap Kaum Tani di Jawa Timur”
(6)
Menurut objek material
(objek material) dan objek formal (sudut dari mana bahan itu kita tinjau)
“Perekonomian
Indonesia (objek material) Ditinjau dari Sudut Mekanisme Pasar (objek formal)”
“Kepemimpinan
Ditinjau dari Sudut Pembentukan Kader-Kader Baru”
“Keluarga
Berencana Ditinjau dari Segi Agama”
9)
Cara memilih topik: (1) bermanfaat
dan layak dibahas; (2) menarik; (3) dikenal baik; (4) bahan mudah diperoleh dan
cukup memadai; (5) tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Cara mudah untuk
membatasi topik antara lain dengan menggunakan:
(1)
Diagram Pohon; (2)
Diagram Jam; (3) Piramida Terbalik
Contoh Diagram Pohon
ragam bahasa
fungsiolek sosiolek dialek
beku resmi konsultatif santai akrab
dokumen agama dokumen negara
ragam bahasa
fungsiolek sosiolek dialek
Bugis Sunda Jawa
Madura
Jakarta
campuran asli
tengahan pinggiran
b.
Masalah-masalah dalam
memilih topik
1)
Sangat banyak topik yang
dapat dipilih, semua topik menarik dan cukup dikenali → pilih topik yang paling
sesuai dengan maksud dan tujuan kita menulis.
2)
Banyak topik pilihan dan
semua menarik, tetapi pengetahuan tentang topik itu serbasedikit → pilih yang
paling dikuasai, paling mudah dicari informasi pendukungnya, serta paling
sesuai dengan tujuan menulis.
3)
Tidak memiliki ide sama
sekali tentang topik yang menarik → berdiskusi atau meminta saran orang lain,
membaca referensi (buku, artikel, laporan, penelitian, dsb.), melakukan
refleksi atau pengamatan.
4)
Terlalu ambisius sehingga
jangkauan topik yang dipilih terlalu luas → pandai-pandai mengendalikan diri.
c.
Sumber topik
1) Pengalaman pribadi: perjalanan, tempat
yang pernah dikunjungi, kelompok Anda, wawancara dengan tokoh, kejadian luar
biasa, atau peristiwa lucu.
2) Hobi
dan keterampilan: cara melakukan sesuatu atau cara kerja sesuatu.
3) Pengalaman pekerjaan atau profesi:
pekerjaan tambahan atau profesi keluarga.
4) Pelajaran sekolah/kuliah: hasil-hasil
penelitian atau hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut.
5) Pendapat pribadi: kritik terhadap buku,
film, puisi, pidato, iklan, siaran radio/televisi atau hasil pengamatan
pribadi.
6) Peristiwa hangat dan pembicaraan publik:
berita halaman muka surat kabar, topik tajuk rencana, artikel, materi kuliah,
atau penemuan mutakhir.
7) Masalah abadi: agama, pendidikan, sosial
dan masyarakat, atau problem pribadi.
8) Kilasan
biografi: orang-orang terkenal atau orang-orang berjasa.
9) Kejadian khusus: perayaan/peringatan
atau peristiwa yang erat kaitannya dengan perayaan.
10) Minat khalayak:
pekerjaan, hobi, rumah tangga, pengembangan diri, kesehatan dan penampilan,
tambahan ilmu, atau minat khusus.
2. Menentukan
Judul
Karakteristik
judul:
1) Judul
pada umumnya merupakan rincian atau penjabaran dari topik.
2) Judul
lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang
akan dibahas, serta telah menggambarkan sudut pandang penulisnya.
3) Dalam
penggarapan ilmiah ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu waktu pengajuan
outline.
4) Pada
jenis karangan lain, seperti artikel sederhana, dapat dibuat sesudah karangan
selesai dan dapat diganti-ganti sepanjang relevan dengan isi dan sesuai dengan
topik.
3.
Mempertimbangkan
Maksud dan Tujuan Penulisan
Karakteristik:
1)
Merupakan jawaban atas pertanyaan “Apakah tujuan saya menulis topik karangan
ini?; Mengapa saya menulis karangan
dengan topik ini?; Dalam rangka apa
saya menulis karangan ini?”
2) Menghibur,
memberi tahu atau menginformasikan, mengklarifikasi atau membuktikan, atau
membujuk.
Contoh:
Topik : Dampak
negatif sajian televisi dan cara mengatasinya
Tujuan: (1) Menunjukkan
atau menginformasikan kepada pembaca mengenai dampak negatif tayangan televisi
terhadap perilaku anak-anak.(eksposisi dengan gaya pemaparan)
(2) Meyakinkan kepada pembaca bahwa dampak
negatif televisi itu benar-benar ada dan bisa mempengaruhi perilaku anak-anak.(argumentasi,
yaitu dengan menyajikan bukti-bukti berupa hasil pengamatan/penelitian,
pendapat para pakar, atau wawancara dengan para orang tua untuk mendukung
pendapat kita)
(3) Menghibur orang lain. (narasi
dan deskripsi dan disajikan dalam bentuk cerita, anekdot, atau puisi)
(4) dst.
Maksud: Agar anak-anak terhindar dari dampak negatif program-program yang
ditayangkan televisi.
4.
Menentukan
Tema
Karakteristik
tema:
1) Gagasan
dasar tempat beradanya topik
2)
Gagasan sentral yang menjiwai seluruh isi karangan
Contoh: Topik: Siti Nurbaya
Tema: Kawin Paksa
3) Pokok
pemikiran
4)
Tema karangan adalah ide atau gagasan
tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya
5)
Ditetapkan sebelum mulai mengarang
sebagai pedoman menulis secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan
6)
Tema: ide yang kita tangkap setelah membaca tulisan
seseorang
Tema akhir: tema yang kita peroleh setelah selesai membaca
karangan seseorang
7)
Pengungkapan maksud dan tujuan
Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa
satu kalimat disebut tesis
8)
Sebaiknya tetap dirumuskan secara eksplisit untuk memudahkan
dalam menyusun kerangka (outline)
karangan
9) Rumusan
boleh lebih dari satu kalimat, asalkan seluruh kalimat bersama-sama
mengungkapkan satu ide (ide karangan)
Contoh
Topik :
Belajar mengemukakan pendapat secara efektif
Tesis/tujuan: Membekali cara
mengemukakan pendapat secara tertulis, logis, dan sistematis
dengan menggunakan bahasa yang tepat dan pas
Untuk lebih jelas, perhatikan contoh berikut!
Topik : Kemacetan lalu lintas
Subtopik : Upaya mengatasi kemacetan lalu lintas
Judul : (1) Macet Lagi, Macet Lagi, … Pusing!
(2) Lalu Lintas Macet, Penyakit Modernisasi
(3) Kemacetan Lalu Lintas Dapat Memicu Stress
Tema : Upaya mengatasi kemacetan lalu lintas
bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan juga
menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu
lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang terkait.
Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran berlalu lintas secara
baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab; sebab keteraturan berlalu lintas
merupakan cermin kepribadian bangsa.
10)
Perlu dibatasi dan diarahkan pada fokus atau titik perhatian
tertentu
5. Memperhatikan
Sasaran Karangan (Pembaca)
Perhatikan dan
sesuaikan tulisan dengan level sosial, tingkat pengalaman, pengetahuan,
kemampuan, dan kebutuhan pembaca.
6. Mengumpulkan
Informasi Pendukung
Cari, kumpulkan, dan
pilih informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam, dan memperkaya
isi tulisan.
7. Mengorganisasikan
Ide dan Informasi
a. Cara kerja:
1) Organisasikan atau tata ide-ide
karangan agar menjadi saling bertaut, runtut, dan padu.
2)
Pilah dan tata gagasan-gagasan atau informasi yang saling
berkaitan atas bagian-bagian yang tersusun secara sistematis → kerangka karangan atau ragangan.
3)
Secara umum terdiri atas 3 bagian:
(1)
Pendahuluan atau Pengantar (mengapa dan untuk apa menulis
topik tertentu, serta apa yang akan disajikan)
(2)
Isi (butir-butir penting inti karangan)
(3)
Penutup
4)
Panduan dalam menulis ketika mengembangkan suatu karangan.
5)
Rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.
6)
Mempermudah menuliskan karangan dan dapat mencegah mengolah
suatu ide sampai dua kali, serta ke luar dari sasaran yang sudah ditetapkan
7)
Membantu mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda
8)
Jika sudah tersusun rapi, berarti separo karangan sudah
“selesai” karena semua ide sudah dikumpul, dirinci, dan diruntun dengan
teratur. Kita tinggal menyusun kalimat-kalimatnya untuk “membunyikan” ide dan
gagasannya
9)
Merupakan miniatur dari seluruh karangan sehingga pembaca
dapat melihat intisari, ide serta struktur karangan
a.
Bentuk Kerangka Karangan
1) Kerangka
topik
a) terdiri
atas kata, frasa, dan klausa yang didahului tanda-tanda yang sudah lazim
untuk menyatakan hubungan antargagasan
b) tanda
baca akhir (titik) tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat lengkap
Contoh:
Judul Proses
Mengarang
Kerangka Topik Penentuan Topik Karangan
Penentuan
Tujuan Karangan
Penyusunan
Kerangka Karangan
Penulisan
Draf Karangan
Pemeriksaan
Kesalahan Draf Karangan
Revisi
Draf Karangan
Penyuntingan
Draf Karangan
Penerbitan
Karangan
Contoh
kerangka topik di atas belum menunjukkan jenjang sistematika tataan isi
karangan. Tataan yang berjenjang dapat Anda lihat pada contoh berikut.
Judul Proses
Mengarang
Kerangka Topik Kegiatan Prapenulisan
1.
Penentuan Topik Karangan
2.
Penentuan Tujuan Karangan
3.
Penyusunan Kerangka Karangan
Kegiatan Penulisan
1.
Penulisan Draf Bagian Karangan
2.
Penulisan Draf Karangan Utuh
Kegiatan Pascapenulisan
1.
Pemeriksaan Kesalahan Draf Karangan
2.
Revisi Draf Karangan
3.
Penyuntingan Draf Karangan
4.
Penerbitan Karangan
2)
Kerangka kalimat
a) lebih bersifat resmi, berupa kalimat lengkap
b) tanda baca titik harus dipakai pada akhir setiap kalimat
yang dipakai untuk menuliskan judul bab
dan subbab
c) banyak dipakai pada proses awal penyusunan outline. Jika outline telah selesai, kerangka kalimat dapat dipadatkan menjadi
kerangka topik
Contoh:
Judul Karangan Pupuk Alam
Kerangka Kalimat Pupuk alam dapat dikategorikan menjadi dua macam, yakni pupuk kandang
dan pupuk daun.
Pupuk alam memiliki keuntungan-keuntungan.
Pupuk
alam lebih murah daripada pupuk buatan.
Pupuk
alam tidak merusak daya kesuburan tanah.
Pupuk
alam tidak mematikan organisme di lahan
Pupuk
alam berguna untuk mengharmoniskan sistem ekologi.
3)
Dapat berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik
4)
Dapat dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu
I.
…………………………………… 1. ……………………………
A.
………………………………… 1.1 ……………………………
1.
……………………………… 1.2 ……………………………
2.
……………………………… 1.2.1 …………………………
B.
………………………………… 1.2.2 …………………………
1.
……………………………… 2. ……………………………
2.
……………………………... 2.1 ……………………………
a.
………………………….. 2.1.1 …………………………
b.
………………………….. 2.1.2 …………………………
1)
……………………….. 2.1.2.1 ………………………
2)
……………………….. 2.1.2.2 ………………………
a)
……………………. 2.2 …………………………..
b)
…………………….
(1)
………………..
(a) ……………
(b) ……………
(2)
………………..
II.
……………………………………
A. ………………………………...
B. ………………………………...
b.
Pola Penyusunan Kerangka Karangan
1) Pola
Alamiah: mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu
a)
Urutan Ruang: dipakai untuk
mendeskripsikan suatu tempat atau ruang
Topik:
Laporan Lokasi Banjir di Indonesia
I.
Banjir di Pulau Jawa
A.
Banjir di Jawa Barat
1. Daerah
Ciamis
2. Daerah
Garut
B. Banjir di Jawa Tengah
1. Daerah
Semarang
2. Daerah
Pekalongan
II.
Banjir di …
b)
Urutan Waktu: dipakai untuk menarasikan
(menceritakan) suatu peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang
merupakan rangkaian peristiwa
Topik: Riwayat Hidup Bung Karno
1.
Jatidiri Bung Karno
2.
Pendidikan Bung Karno
3.
Karier Bung Karno
4.
Akhir Hidup Bung Karno
2) Pola Logis: memakai pendekatan
berdasarkan cara berpikir manusia
a) klimaks-antiklimaks
Topik:
Kejatuhan Soeharto
I. Praktik KKN
Merajalela
II. Keresahan di
Dalam Masyarakat
III. Kerusuhan Sosial
di Mana-Mana
IV. Tuntutan Reformasi
Menggema
V. Kejatuhan yang
Tragis
b)
sebab-akibat
Topik: Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar
1. Kebakaran di
Tanah Tinggi
2. Penyebab
Kebakaran
3. Kerugian yang
Diderita Masyarakat dan Pemerintah
4. Rencana
Rehabilitasi Fisik
c) pemecahan masalah
Topik: Bahaya Ectasy dan Upaya Mengatasinya
1. Apakah Ectasy
2. Bahaya Ectasy
2.1 Pengaruh Ectasy terhadap Syaraf Pemakainya
2.2 Pengaruh Ectasy terhadap Masyarakat
2.2.1 Gangguan Kesehatan Masyarakat
2.2.2 Gangguan Kriminalitas
3. Upaya Mengatasi
Bahaya Ectasy
4. Simpulan dan
Saran
d) umum-khusus
Topik:
Komunikasi Lisan
I. Komunikasi dan
Bahasa
A.
Bahasa Lisan
B.
Bahasa Tulis
II. Komunikasi Lisan
dan Perangkatnya
A. Kemampuan Kebahasaan
1. Olah Vokal
2. Volume dan Nada Suara
B. Kemampuan Akting
1. Mimik Muka
2. Gerakan Anggota Tubuh
III. Praktik
Komunikasi Lisan …
IV. …
B.
Tahap Penulisan
Setiap tulisan
terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) awal karangan: memperkenalkan dan sekaligus
menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita → buat semenarik mungkin. (2) isi
karangan: menyajikan bahasan topik/ide utama karangan → penjelas/pendukung ide
dengan contoh, ilustrasi, informasi, bukti, atau alasan. (3) akhir karangan: mengembalikan
pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman/penekanan ide-ide
penting. Berisi simpulan dan rekomendasi atau saran.
Setiap lembaga
mempunyai konvensi masing-masing di dalam menulis suatu karangan. Konvensi
adalah penulisan karangan berdasarkan aturan yang sudah dilazimkan atau
disepakati. Ada dua hal yang harus diperhatikan di dalam konvensi naskah, yaitu
(1) pengetikan dan (2) unsur karangan ilmiah.
Dalam pengetikan yang
harus diperhatikan adalah hal-hal berikut. Biasanya yang digunakan adalah
kertas kuarto; margin dari tepi kertas atas dan kiri 4 cm, bawah dan kanan 3 cm
atau mengikuti sistem komputer; jenis huruf arial
atau times new roman; besar huruf
untuk judul 16 s.d. 20 point (tergantung panjang-pendeknya judul), besar huruf
untuk teks isi 12 point; margin kiri-kanan diusahakan lurus, tanpa merusak
kaidah bahasa, pemenggalan kata, serta memperhatikan tanda baca hubung, dan
jarak antarkata; jarak tajuk atau judul bab 6,5 cm dari tepi kertas atas atau 3
cm dari margin atas; jarak antarbaris 2 spasi, antarparagraf 3 spasi, antara
teks dan contoh 3 spasi, antara tajuk dan uraian 4 spasi, antara uraian dan
subjudul di bawahnya 3 spasi.
1.
Menulis Makalah
Dalam konteks
perkuliahan, seminar, simposium, dan kehidupan ilmiah lainnya, seseorang sering
diminta pandangannya atau dituntut untuk menunjukkan kinerja akademiknya
melalui sebuah paparan yang berkaitan dengan keahliannya. Agar paparan itu
memberikan dampak yang luas, penyaji diminta menulis makalah atau kertas kerja.
a.
Pengertian Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah
mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan
atau yang berkaitan dengan suatu tema seminar, simposium, diskusi, atau
kegiatan ilmiah lainnya. Makalah merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan suatu perkuliahan.
Menurut Parera (1982: 25) makalah
sering juga disebut paper (kertas
kerja), ialah jenis karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung,
misalnya, melalui observasi lapangan maupun secara tidak langsung (studi
kepustakaan). Makalah ilmiah dapat dibaca dan dibahas dalam pertemuan ilmiah
(lokakarya, seminar, simposium, konferensi, konvensi, diskusi akademik, dan
kegiatan ilmiah lainnya). Makalah ditulis untuk berbagai fungsi, di antaranya
untuk memenuhi tugas yang dipersyaratkan dalam mata kuliah tertentu, berfungsi
menjelaskan suatu kebijakan, dan berfungsi menjelaskan suatu kebijakan, dan
berfungsi menginformasikan suatu temuan.
b.
Jenis Makalah
Dikenal dua jenis
makalah, yaitu makalah biasa (common
paper) dan makalah posisi (position
paper).
1)
Makalah biasa
Makalah biasa dibuat
mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang dibahas.
Dalam makalah ini secara deskriptif, mahasiswa mengemukakan berbagai aliran
atau pandangan tentang masalah yang dikaji. Dia juga memberikan pendapat, baik
berupa kritik maupun saran mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan orang
lain. Mahasiswa tidak perlu memihak salah satu aliran atau pendapat tersebut
dan berargumentasi mempertahankan pendapat yang diikutinya.
Makalah biasa juga
dapat ditulis seseorang untuk mendeskripsikan suatu kebijakan, gagasan, atau
temuannya kepada khalayak. Sebagai contoh, seorang mahasiswa aktivis dapat
mengemukakan gagasannya tentang metode pengolahan sampah, atau seorang pejabat
memaparkan tentang kebijakannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar di
daerahnya.
2)
Makalah posisi
Dalam makalah posisi,
mahasiswa dituntut untuk menunjukkan posisi teoretisnya dalam suatu kajian.
Untuk makalah jenis ini, dia tidak hanya diminta menunjukkan penguasaan
mengenai suatu teori atau pandangan tertentu tetapi juga dipersyaratkan untuk
menunjukkan di pihak mana dia berdiri beserta alasannya yang didukung oleh
teori-teori atau data yang relevan.
Untuk dapat membuat
makalah posisi, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mempelajari sumber tentang
aliran tertentu, tetapi berbagai sumber atau aliran yang pandangannya
berbeda-beda dan bahkan mungkin sangat bertentangan. Dari bahasan tersebut
mungkin saja mahasiswamemihak salah satu aliran, tetapi mungkin pula dia
membuat suatu sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Jadi, kemampuan
analisis, sintesis, dan evaluasi sangat diperlukan untuk membuat makalah
posisi.
Pada umumnya, makalah
biasa diwajibkan kepada mahasiswa S-1, sedangkan makalah posisi diwajibkan
kepada mahasiswa pascasarjana. Di samping itu, makalah posisi juga ditulis
untuk didiskusikan dalam sebuah forum seminar yang menyoroti gagasan,
kebijakan, atau temuan seseorang.
c.
Sistematika Makalah
Makalah biasanya disusun dengan
sistematika sebagai berikut: (1) judul, (2) abstrak: biasanya berisi intisari
keseluruhan tulisan, ditulis secara naratif, dan diketik satu spasi serta
paling banyak tiga paragraf atau sekitar 150—200 kata. Abstrak memuat latar
belakang masalah, tujuan,kesimpulan, dan saran yang ditulis secara padat, (3)
pendahuluan, (4) isi dan pembahasan, (5) kesimpulan, dan (6) daftar pustaka.
Makalah ilmiah yang sering disusun oleh mahasiswa disebut dengan istilaah term paper,
biasanya disingkat paper. Paper ini merupakan jenis tugas tertulis
dalam suatu mata kuliah, berupa hasil pembahasan buku atau tulisan tentang
isu-isu atau suatu permasalahan yang sedang aktual di masyarakat.
2.
Menulis Laporan
Kegiatan penulisan
laporan, baik secara lisan maupun tertulis, erat sekali hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat, dalam perkuliahan, dunia
organisasi, dan lingkungan lainnya. Kegiatan ini bukan hanya merupakan
kepentingan kaum dewasa, melainkan merupakan kepentingan kaum remaja, pelajar,
dan mahasiswa.
a.
Pengertian dan jenis laporan
Laporan berarti segala sesuatu yang
dilaporkan oleh pihak tertentu kepada pihak lain mengenai suatu masalah, baik
secara lisan maupun tertulis, dan baik dalam kurun waktu tertentu secara rutin
maupun dalam waktu tertentu saja.
Jenis laporan dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang seperti diuraikan berikut ini.
1)
Dilihat dari segi isi atau materi yang dilaporkan: a)
laporan penelitian, b) laporan keuangan, c) dan laporan penghasilan.
2)
Dilihat dari waktu pelaporannya yang periodik: a) laporan
tahunan, b) laporan triwulan, c) laporan semester, d) laporan bulanan, dan e)
laporan mingguan.
3)
Dilihat dari cara penyampaian laporan: a) laporan lisan dan b)
laporan tertulis.
4)
Dilihat dari bentuk pelaksanaan suatu kegiatan: a) laporan
kegiatan peringatan reuni, b) laporan kegiatan peringatan hari kemerdekaan RI,
dan c) laporan kegiatan wisuda.
5)
Dalam kehidupan akademik di perguruan tinggi terdapat
jenis-jenis laporan yang erat kaitannya dengan tugas perkuliahan, seperti: a)
laporan buku, b) laporan bab, c) laporan kuliah lapangan, dan d) laporan artikel jurnal.
6)
Dan lain-lain, dengan mempertimbangkan isi, waktu, cara, dan
bentuk laporan serta lingkungannya.
b.
Sistematika laporan
Variasi laporan yang dilaporkan di atas
berimplikasi terhadap sistematika penulisannya.
1)
Sistematika laporan pengabdian kepada masyarakat: (1) judul
laporan, (2) penyusun laporan, (3) kata pengantar, (4) ringkasan, (5) daftar
isi, (6) daftar tabel, (7) daftar gambar dan ilustrasi, (8) pendahuluan, (9) pelaksanaan kegiatan,
(10) hasil kegiatan, (11) kesimpulan dan saran, (12) daftar pustaka, dan (13)
lampiran-lampiran. (Abdurahman, 1986: 176).
2)
Sistematika laporan buku, bab, dan artikel: (1) pendahuluan,
(2) isi buku, bab, artikel, (3) komentar, dan (4) kesimpulan. (UPI, 2005: 11).
3)
Sistematika laporan berbentuk skripsi, tesis, dan disertasi:
(1) judul, (2) nama dan kedudukan tim pembimbing, (3) pernyataan, (4) kata
pengantar, (5) abstrak, (6) daftar isi, (7) daftar tabel, (8) daftar gambar,
(9) daftar lampiran, (10) bab I pendahuluan, (11) bab II kajian pustaka, (12)
bab III metode penelitian, (13) bab IV pembahasan hasil-hasil penelitian, (14)
bab V kesimpulan dan rekomendasi, (15) daftar pustaka, (16) lampiran-lampiran,
dan (17) riwayat hidup penulis. (UPI, 2005: 140).
a)
Pengertian Skripsi
Di dalam KBBI (1999: 953) skripsi
adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari
persyaratan akhir pendidikan akademiknya. Walaupun sebenarnya tidak semua
mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan akademiknya diwajibkan membuat
skripsi.
Biasanya, topik di dalam skripsi
terdiri atas dua variabel. Variabel merupakan unsur-unsur satuan pikiran dalam
sebuah topik yang akan dianalisis.
b)
Sistematika Skripsi
Penomoron pada halaman-halaman awal,
sebelum masuk bab I, biasanya menggunakan angka romawi kecil. Penomoran
dihitung mulai dari bagian judul sampul, tetapi tidak dituliskan.
(1)
Judul
(a)
Judul sampul, berisi (1) judul, (2) penjelasan adanya tugas,
(3) nama penulis, (4) identitas penulis, (5) nama lembaga, kota, dan tahun.
Judul dapat dipandang sebagai tanda
pengenal karangan dan sekaligus juga kunci utama untuk mengetahui isi karangan.
Oleh karena itu, judul harus dapat mencerminkan seluruh isi karangan dan dapat
menunjukkan fokus serta permasalahan pokok karangan. Judul juga harus disusun
secara singkat, artinya judul tidak boleh disajikan dalam bentuk kalimat atau
frasa yang panjang, tetapi cukup dalam bentuk ungkapan yang singkat dan padat.
Jika tidak dapat dihindari judul yang panjang, Keraf (1984: 129) menyarankan
untuk membuat judul utama yang singkat kemudian diberi judul tambahan yang
panjang. Judul yang terlalu panjang juga dapat dipecah menjadi judulutama dan
anak judul.
(b)
Halaman judul
Halaman judul biasanya juga disebut title prancis (halaman perancis). Sesuai
dengan namanya, halaman judul biasanya hanya berisi judul atau berisi sama
persis dengan judul sampul.
(2)
Nama dan kedudukan tim pembimbing
(3)
Halaman pernyataan
(4)
Kata pengantar
Kata pengantar, berisi (1) penjelasan
mengapa menulis, (2) ucapan syukur, (3) penjelasan adanya tugas, (4) penjelasan
pelaksanaan penulisan, (5) adanya bantuan, bimbingan, dan arahan, (6) ucapan
terima kasih, (7) harapan penulis, (8) manfaat bagi pembaca dan mohon kritik
serta saran, (9) penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap.
(5)
Abstrak
Abstrak adalah suatu bentuk penyajian
singkat sebuah laporan atau dokumen yang ditulis secara teknis, teliti, tanpa
kritik atau penafsiran penulis abstrak.
(a)
Karakteristik abstrak: singkat, berketelitian
tinggi, bentuk tulisan sesuai dengan naskah asli.
(b)
Struktur abstrak: judul laporan/dokumen
asli; nama asli penulis; tujuan dan masalah; cara kerja, proses, atau metode
kerja; hasil kerja dan validitas hasil; simpulan; inisial penulis.
(c)
Jenis abstrak:
Abstrak
Indikatif, yaitu abstrak yang menguraikan secara singkat masalah yang
terkandung dalam dokumen lengkapnya.
Contoh:
STUDI PENDALAMAN MENGENAI METODE INABAH, DALAM UPAYA
PENYEMBUHAN PENDERITA KETAGIHAN ZAT ADIKTIF MELALUI PROSES DIDIK, MENURUT
PONDOK PESANTREN SURYALAYA: LAPORAN PENELITIAN, EMO KASTAMA
Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP Jakarta, 1992, 60 hlm.
Telah diteliti penggunaan metode
inabah dalam upaya menyembuhkan korban narkotika dan zat adiktif lainnya
melalui proses didik berdasarkan pendekatan agama Islam menurut Pondok
Pesantren Suryalaya. Penyembuhan dilakukan secara ilmiah, mengutamakan mandi,
sholat, dan dzikir. Hasil penyembuhan mencapai 83,91%. Penelitian
menyimpulkan bahwa metode inabah dapat dijadikan alternative penyembuhan
korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya (EK).
Kata kunci: metode inabah, zat adiktif.
|
Abstrak Informatif,
yaitu miniatur laporan atau dokumen asli dengan menampilkan selengkap mungkin
data laporan sehingga pembaca abstrak tidak perlu lagi membaca naskah asli,
kecuali untuk mendalaminya.
Contoh:
STUDI TENTANG HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN ETNIS DENGAN
KESEJAHTERAAN DI DKI JAKARTA
(JASMIS, DKK.)
Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP Jakarta, 1992, 60 hlm.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara keanekaragaamn etnis dengan kejahatan di DKI
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DKI Jakarta didiami oleh
bermacam-macam etnis dan hampir semua etnis yang ada di seluruh Indonesia ada
di Jakarta. Mereka membentuk suatu organisasi yang kita kenal dengan
paguyuban. DKI Jakarta sampai saat ini mempunyai 153 organisasi
kemasyarakatan yang tersebar di 5 wilayah DKI Jakarta, yaitu 30 buah
organisasi di Jakarta Timur, 41 buah organisasi di Jakarta Selatan, 12 buah
organisasi di Jakarta Utara, 9 buah organisasi di Jakarta Barat, dan yang
terbanyak di Jakarta Pusat yaitu 62 buah organisasi kemasyarakatan.
Berdasarkan status kependudukan hampir
sebagian responden yaitu 68% sudah menjadi penduduk tetap DKI Jakarta dan
31,4% responden belum sebagai penduduk DKI Jakarta. Sedangkan 3,3% mempunyai
KTP musiman dan 27% masih mempertahankan KTP daerah asal.
DKI Jakarta mempunyai banyak
organisasi kemasyarakatan yang memungkinkan timbul persaingan antaretnis yang
tidak sehat, tetapi tidak ada kaitannya dengan kejahatan. Dengan adanya
pengelompokan atau konsentrasi etnis maka memungkinkan tersulutnya fanatisme
kesukuan yang berlebihan (Yas).
Kata kunci:
etnis, organisasi.
|
(6)
Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran
Contoh:
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………
i
Lembar Pengesahan ….………………………………
ii
Abstrak …………………………………………………… iii
Kata Pengantar …………………………………………… iv
Daftar Isi
…………………………………………………. v
Daftar Tabel .……………………………………………… vi
Daftar Gambar …………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN …………………………… 1
A. Latar Belakang .……………………………… 1
B. Masalah .…………………………………….. 3
C. Tujuan .………………………………………. 3
D. Pembatasan Masalah .………………………… 3
E. Metode Pembahasan .…………………………. 5
BAB II DESKRIPSI TEORI .……………………………. 7
A.
Budaya Tradisi Betawi .……………………….
7
B.
Cerita Rakyat .…………………………………
9
C.
Kreativitas Baru .………………………………
12
D.
Kreativitas Baru Neoklasik .…………………..
18
BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA .…………. 20
A.
Deskripsi Data ….…………………………….
20
B.
Analisis Data .…………………………………
35
C.
Hasil Analisis .…………………………..…….
40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .……………….… 45
A.
Kesimpulan ….………………………………...
45
B.
Saran-Saran ..………………………………….
47
DAFTAR PUSTAKA .………………………………………… 49
Lampiran .……………………………………………………… 51
Indeks .…………………………………………………………. 55
Daftar Riwayat Hidup .………………………………………… 57
(7)
Bab I Pendahuluan
(a) latar belakang masalah: yang
disusun dalam alur pikir yang logis, yang menunjukkan kesenjangan antara
situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan (das sollen dan das sein),
(b) tujuan: sasaran yang hendak dicapai; upaya pokok yang harus dilakukan;
tujuan utama, (c) ruang lingkup: pembatasan masalah; rumusan detail masalah;
definisi.
(8) Bab II Kajian Pustaka/Landasan Teori:
deskripsi kajian teoretik; penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir,
(a) sumber data: sumber data primer dan sumber data sekunder; (b) kriteria
penentuan jumlah data; kriteria penentuan sampel; kesesuaian data dengan sifat
dan tujuan pembahasan.
(9) Bab III Metode
dan Teknik/Sistematika Penulisan: gambaran singkat penyajian isi pendahuluan,
pembahasan utama, dan kesimpulan; penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol,
dan kode.
(10) Pembahasan
hasil-hasil penelitian
Bagian ini berisi sajian pembahasan
masalah dan merupakan bagian inti. Pada bagian ini hendaknya dikemukakan
deskripsi tentang subjek studi, analisis permasalahan, dan solusi pemecahannya.
Pada bagian ini aspek-aspek yang dipersoalkan pada bagian pendahuluan dikaji
dan dianalisis satu demi satu, sehingga masalah yang dipersoalkan itu menjadi
jelas kedudukannya dan pemecahannya. Untuk memperkuat daya analisnya, penulis
hendaknya menggunakan teori, data, atau pandangan ahli.
(11) Kesimpulan dan
rekomendasi/saran
Secara umum, kesimpulan berisi hasil
dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya berisi jawaban atas semua
permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.
(12) Daftar pustaka
Bagian ini memuat pustaka atau rujukan
yang diacu dalam skripsi. Rujukan ini disusun ke bawah menurut abjad nama akhir
penulis pertama. Buku dan majalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya dari
kiri ke kanan. Penulisan daftar pustaka dapat disusun menurut aturan yang
lazim, yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Apa pun cara penulisan yang
dipilih hendaknya digunakan secara konsisten. (Teknik penulisan dapat Anda
lihat pada bagian).
(13) Lampiran-lampiran
Bagian ini memuat hal-hal yang dapat
dijadikan sebagai bukti penelitian.
(14) Riwayat hidup
penulis
Bagian ini disusun mulai dari nama
lengkap penulis diikuti dengan riwayat pendidikan, dan riwayat organisasi atau
karya yang pernah dihasilkan, atau hal-hal lain yang mendukung riwayat hidup
penulis yang ditulis secara lengkap dan singkat.
3.
Menulis Proposal
Kata proposal dalam
KBBI (1999) diartikan sebagai rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan
kerja. Dalam bahasan ini, usulan itu difokuskan pada proposal penelitian yang
merupakan salah satu langkah konkret pada tahap awal penelitian.
Sebagai suatu proses,
penelitian memerlukan tahapan-tahapan tertentu yang disebut sebagai suatu
siklus, yaitu:
(1)
pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada),
(2)
pembuatan desain penelitian,
(3)
pengumpulan data,
(4)
pembuatan kode dan analisis data, dan
(5)
interpretasi hasilnya (Maria S.W. Soemardjono, 1997: 1—2).
Usulan penelitian
pada umumnya memuat:
1)
judul
Judul penelitian hendaknya dibuat (1)
singkat, (2) jelas, (3) menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti,
(4) tidak memberikan peluang bagi penafsiran/interpretasi yang bermacam-macam,
(5) menggunakan bahasa ilmiah yang memenuhi standar tertentu dan mudah dipahami
orang lain, dan (6) berupa kelompok kata (frasa).
2)
latar belakang
Latar belakang berisi:
(1)
permasalahan: uraikan masalah yang menarik minat dan mendesak
untuk diteliti,
(2)
manfaat penelitian: berikan kontribusi/manfaat bagi
kepentingan masyarakat (segi praktis) dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks) atau segi teoretis,
(3)
keaslian/orisinalitas penelitian: masalah yang dipilih belum pernah diteliti
oleh peneliti sebelumnya atau harus dinyatakan dengan tegas bahwa pada aspek
tertentu penelitian itu belum pernah dikaji secara mendalam.
3)
tujuan penelitian
Tujuan penelitian hendaknya (1)
dikemukakan dengan jelas dan tegas, (2) antara masalah, tujuan, dan simpulan
yang ditarik dari hasil penelitian harus sinkron, (3) jika masalah yang
dikemukakan ada empat hal, maka tujuan juga harus dirumuskan dalam keempat hal
tersebut, dan (4) melalui pengujian hipotesis (jika ada) terhadap keempat
masalah/tujuan tersebut akan diperoleh simpulan yang meliputi keempat hal itu
pula.
4)
tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka berisi uraian
sistematis tentang berbagai informasi yang dikumpulkan dari sumber bacaan,
referensi, dan data empirik yang ada hubungannya dan menunjang penelitian.
5)
landasan teori
Landasan teori sekurang-kurangnya
mengandung tiga hal pokok (1) seperangkat proposisi yang berisi konstruk atau
konsep yang sudah didefinisikan dan saling berhubungan, (2) penjelasan hubungan
antarvariabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis mengenai fenomena yang
digambarkan oleh variabel-variabelnya, (3) penjelasan mengenai fenomena dengan
cara menghubungkan variabel dengan variabel lain dan bagaimana hubungan
antarvariabel itu. Landasan teori dijabarkan dan disusun berdasarkan tinjauan
pustaka, dan akan merupakan suatu kerangka yang mendasari pemecahan masalah
serta untuk merumuskan hipotesis (jika ada).
6)
hipotesis (jika ada)
Hipotesis dirumuskan berdasarkan
landasan teori atau berdasarkan tinjauan pustaka. Jika peneliti bertujuan
memahami fenomena-fenomena social, budaya, dan pendidikan, hipotesis dapat
diganti dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian.
7)
metode penelitian
Metode penelitian berisi:
(1)
bahan atau materi penelitian
(a)
data primer: sumber data yang diperoleh langsung dari
responden/informan. Penentuan wilayah dan subjek penelitian (populasi dan
sampel) dapat disebutkan secara rinci.
(b)
data sekunder: data yang diperoleh secara tidak langsung,
misalnya, arsip, dokumen, dan sejenisnya.
(2)
alat/instrumen
Alat/instrumen yang dapat dipergunakan
seperti (a) observasi (jika pelaksana cukup banyak sedangkan responden relatif
terbatas), (b) wawancara (jika jumlah responden terbatas; jika ingin memperoleh
pendapat yang lebih mendalam; jika pelaksana cukup banyak sedangkan responden
relatif terbatas), (3) kuesioner (penelitian meliputi daerah yang relatif luas;
jika responden cukup banyak sedangkan pelaksana relatif terbatas), (4) studi
dokumen.
(3)
jalannya penelitian: cara melakukan penelitian dan cara
mengumpulkan data,
(4)
variabel penelitian: dijabarkan melalui definisi operasional
yang sedapat-dapatnya menggambarkan dasar pengukuran serta kisarannya,
(5)
serta data yang dikumpulkan, dan
(6)
analisis hasil: berisi tentang cara-cara analisis, yaitu
bagimana memanfaatkan data yang terkumpul untuk digunakan dalam memecahkan
masalah penelitian.
8)
jadwal kegiatan
Pada bagian ini ditunjukkan tahap-tahap
dengan rincian/uraian setiap kegiatan dan jangka waktunya.
9)
daftar pustaka
Bagian ini dapat disusun menurut aturan
yang lazim, yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Apa pun cara penulisan
yang dipilih hendaknya digunakan secara konsisten.
Contoh kerangka
usulan penelitian:
a.
Judul
b.
Latar Belakang, berisi:
1)
Perumusan masalah/permasalahan
2)
Keaslian/orisinalitas penelitian
3)
Manfaat penelitian
c.
Tujuan Penelitian
d.
Tinjauan Pustaka
e.
Landasan Teori
f.
Hipotesis (jika ada)
g.
Metode/Cara Penelitian, yang berisi:
1)
Bahan/materi penelitian
2)
Alat/instrumen pengumpulan data
3)
Jalannya penelitian
4)
Variabel dan data yang dikumpulkan
5)
Analisis hasil
h.
Jadwal Penelitian, yang berisi:
1)
Tahap-tahap penelitian
2)
Rincian kegiatan pada setiap tahap
3)
Jangka waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap
kegiatan
i.
Daftar Pustaka
C. Tahap Pascapenulisan
Pada tahap ini
dilakukan penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan, terdiri atas
penyuntingan dan perbaikan (revisi/pemeriksaan dan perbaikan isi karangan).
1.
Perevisian
Perevisian naskah
merupakan pemeriksaan dan perbaikan materi karangan.
2. Penyuntingan
Penyuntingan
naskah merupakan pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan, seperti
ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan
kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya.
Langka-langkah
penyuntingan:
a.
Baca keseluruhan naskah
b.
Tandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan
catatan jika ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, atau disempurnakan
c.
Lakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
Tanda-Tanda
Koreksi
:
penunjuk bagian yang harus dikoreksi
Penulis mengucapkan Alhamdulillah ke
hadirat …
: menambahkan kata yang hilang
Pada
kesempatan ini mengucapkan …
:
menukar letak huruf, kata, atau kalimat
… penuliasn … menjadi … penulisan …
:
penunjuk bagian yang dihilangkan
… berkata … menjadi … berkat …
:
renggangkan/beri jarak
… penulispun … menjadi … penulis pun …
:
rangkaikan
… mata hari … menjadi … matahari …
:
rangkaikan dengan tanda hubung
… main main … menjadi … main-main …
:
tarik ke luar/ke kiri
Penulis mengucapkan terima kasih …
menjadi
Penulis mengucapkan terima kasih …
:
tarik ke dalam/ke kanan
Pada era komunikasi yang …
menjadi
Pada era komunikasi yang …
:
alinea baru
Pada era komunikasi yang berkembang
pesat…dunia secara keseluruhan. Media
komunikasi dapat …
:
jadikan satu baris
Komunikasi massa yang merupakan bentuk
komunikasi tak langsung adalah suatu …
: ratakan
:
tambahkan beberapa kalimat/paragraf
Pada
hari ini … :
tidak jadi dihilangkan
Ia
men-tackle : italic/cursif/cetak miring
…
adalah topik : bold/cetak
tebal
Anggota
dpr : huruf kapital
pt. : point/besar huruf
cap.
all. : huruf besar
semua/kapital.
cap.
one. : kapital di
awal
cap.
onc. : kapital pada
setiap awal kata
nor. : normal
IX
TEKNIK NOTASI ILMIAH
Pernyataan,
teori, ataupun konsep yang kita gunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan
karya ilmiah harus mencakup beberapa hal. Pertama,
kita harus dapat mengidentifikasi orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita harus pula dapat
mengidentifikasikan media komunikasi yang memuat hal tersebut. Ketiga, Kita harus dapat mengidentifikasikan
lembaga yang menerbitkannya. Jika rujukan tersebut tidak diterbitkan, tetapi
disampaikan dalam bentuk makalah dalam seminar atau lokakarya, kita harus
menyebutkan tempat, waktu, dan lembaga yang menyelenggarakannya. Begitu pula
jika rujukan berasal dari hasil wawancara, kita harus menyebutkan tempat,
waktu, atau media yang menyiarkannya.
Cara
kita mencatumkan ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah disebut teknik notasi
ilmiah, yang menyangkut masalah tata cara mengutip, membuat catatan kaki, dan
menyusun daftar pustaka (bibliografi).
A. Kutipan
Mengutip
adalah kegiatan meminjam pendapat seseorang yang disampaikan baik secara lisan
maupun tulisan. Sumber kutipan tersebut dapat berupa cetakan atau
rekaman/wawancara.
Ada
beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa kita mengutip, yaitu (1)
menghemat waktu karena tidak perlu mengadakan penelitian lagi; (2) memperkuat
argumen atau pendapat yang kita kemukakan dalam tulisan ilmiah.
Di
dalam mengutip (1) kita tidak boleh mengubah (menambah atau mengurangi) hal
yang kita kutip; (2) jangan memasukkan pendapat pribadi; (3) penulis
bertanggung jawab penuh akan akurasi kutipan, terutama kutipan tidak langsung.
Jika kita menemukan kesalahan pada kutipan langsung tambahkan tanda kurung siku
[…] di belakang kata atau bagian yang salah. Misalnya, pada kutipan tertulis
kata naosional yang seharusnya nasional, tulislah na[o]sional. Begitu
pula jika kita tidak setuju dengan pendapat yang kita kutip, tempatkan tanda [sic!] di belakang bagian yang tidak kita
setujui. Selain itu, tanda [sic!]
juga menandakan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut,
ia sekadar mengutip sesuai dengan aslinya. Misalnya, “Demikian juga dengan kata yang bermakan [sic!] ambigu …” Lakukan
hal yang sama, jika kita meragukan kebenaran suatu pernyataan. Misalnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 616)
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan skripsi adalah “Karya ilmiah yang wajib ditulis [sic!] oleh mahasiswa sebagai bagian
dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya”. Tanda [sic!] tersebut
selain menunjukkan bahwa Anda mengutip apa adanya (sesuai dengan aslinya) juga
mengandung arti bahwa Anda tidak setuju karena tidak semua perguruan tinggi
mewajibkan mahasiswa untuk menulis skripsi, tetapi ada pilihan jalur skripsi
dan nonskripsi.
Jenis Kutipan
Ada
dua macam kutipan, yaitu:
1. Kutipan
langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap atau sama
persis dengan sumbernya.
Contoh:
Skripsi adalah naskah
teknis. Pada umumnya skripsi merupakan pula sebagian syarat untuk memperoleh
gelar (derajat akademis) doktorandus dan/atau yang sederajat, dengan titik
berat sebagai latihan menulis karya ilmiah bagi calon sarjana (Brotowidjoyo,
1993: 143).
a. Kutipan pendek: kutipan langsung yang
tidak lebih dari empat baris; isi kutipan ditempatkan menyatu dengan teks;
spasi sama dengan teks; bagian yang dikutip diapit dengan tanda petik (“…”);
setelah kutipan selesai, diberi nomor urut (angka Arab) sebagai catatan kaki (footnote) guna menyebutkan sumber kutipan
dan ditulis setengah spasi ke atas (huruf superscript);
nomor kutipan berurutan dalam satu bab. Pergantian bab diikuti pula dengan
penggantian nomor kutipan; jika bahan yang dikutip disajikan sebagai bahan
perbandingan, harus dibuat kesimpulan perbandingannya.
Contoh:
Pronomina adalah “kata yang dipakai untuk mengacu kepada
nomina lain”.2
b. Kutipan panjang: kutipan langsung yang
lebih dari empat baris; isi kutipan ditempatkan pada paragraf baru dan
tersendiri (indensi 5–7 karakter); spasi rapat (satu spasi); kutipan tidak
diapit tanda petik.
Contoh:
Ilmu pengetahuan menuntut persyaratan khusus dalam pengaturannya.
Dua hal penting dalam pengaturan tersebut adalah sistem dan metode
pengetahuan itu sendiri. Koentjaraningrat (1977: 13–16) memberikan penjelasan
mengenai hal tersebut sebagai berikut:
Sistem
adalah susunan yang berfungsi dan bergerak, suatu cabang ilmu niscaya mempunyai objeknya, dan objek
yangmenjadi sasaran umumnya dibatasi. Sehubungan dengan hal itu,maka setiap
ilmu lazimnya mulai dengan merumuskan suatubatasan (definisi) perihal apa
yang dibedakan dari sistem. Suatu hallain yang dalam dunia keilmuan segera
dilekatkan pada masalahsistem adalah metode. Dalam arti kata yang
sesungguhnya, maknametode (Yunani)
adalah ‘cara atau jalan’.3
|
c. Jika kita ingin
menghilangkan beberapa kata pada awal atau tengah tulisan, beri tanda elipsis
atau (…) pada bagian yang dihilangkan, sedangkan menghilangkan unsur pada
bagian akhir tulisan beri tanda titik sebanyak empat buah. Berbeda jika kita
hendak menghilangkan satu paragraf atau lebih, kita harus memberi tanda
titik-titik sepanjang satu baris.
Contoh:
… Akan tetapi, komunikasi dalam iklan bersifat khusus. Iklan
pada prinsipnya adalah “komunikasi nonpersonal yang dibayar oleh sponsor yang
menggunakan media massa untuk membujuk dan mempengaruhi khalayaknya” (Wells,
1992: 10). … Segi nonpersonal itu membedakan iklan dari promosi dan publisitas.
………………………………………………………………………………………………..
Dari definisi tersebut dapat ditarik empat kata kunci, yaitu sponsor, pesan, media, dan sasaran.
2. Kutipan
tidak langsung/menyadur adalah pinjaman atau penggunaan ide/pokok pemikiran
orang lain yang ditulis kembali dengan bahasa pengutip sendiri.
Contoh:
Seperti
yang dikemukakan Brotowidjoyo (1993: 143) skripsi pada dasarnya adalah latihan
menulis ilmiah bagi calon sarjana.
Naskah teknis ini sekaligus berfungsi sebagai pelengkap persyaratan akhir untuk
memperoleh gelar seseorang.
Cara
menyadur ada dua macam, masing-masing berbeda cara, tujuan, dan manfaatnya.
a. Meringkas, yaitu penyajian suatu
karangan atau bagian karangan panjang dalam bentuk yang singkat. Tujuannya
adalah: (1) mengembangkan ekspresi penulisan, (2) menghemat kata, (3)
memudahkan pemahaman naskah asli, dan (4) memperkuat pembuktian.
Proses
meringkas karangan berdasarkan urutan sebagai berikut: (1) bertolak dari
karangan asli dengan membaca secara cermat naskah asli dari tema sampai dengan
kesimpulan, dan mencatat pikiran-pikiran utama; (2) mereproduksi karya asli
dalam bentuk ringkas dengan menyajikan pikiran-pikiran utama seluruh karangan
dalam hubungan logis; memotong, memangkas, atau menghilangakn unsur-unsur (a)
keindahan gaya bahasa, (b) ilustrasi, (c) penjelasan, rincian, dan detail, (d)
kutipan, dan (e) contoh-contoh; (3) menyusun ringkasan dengan mempertahankan
(a) pikiran pengarang dan pendekatan asli, (b) urutan pikiran, (c) sudut
pandang pengarang asli, (d) pengetikan: spasi, huruf, dan margin sama dengan
uraian teks.
b. Ikhtisar, yaitu menyajikan suatu
karangan yang panjang dalam bentuk ringkas. Proses mengikhtisar karangan
berdasarkan urutan sebagai berikut: (1) bertolak dari naskah asli; (2) tidak
mempertahankan urutan; (3) tidak menyajikan keseluruhan isi; (4) langsung ke
inti bahasan yang terkait dengan masalah yang hendak dipecahkan; (5) memerlukan
ilustrasi untuk menjelaskan inti pesoalan; (6) pengetikan: spasi, huruf, dan
margin sama dengan teks.
B. Catatan Kaki
Catatan kaki atau footnote adalah keterangan mengenai referensi atau isi yang
ditempatkan di kaki tulisan. Catatan ini diperlukan selain untuk menunjukkan
tempat yang kita kutip, menguatkan pendapat yang kita kemukakan, memberi
referensi silang (cross-references),
juga sebagai tempat memberi komentar atau tanggapan terhadap suatu pendapat.
Sehubungan dengan fungsinya tersebut,
catatan kaki dibedakan atas (1) catatan kaki referensi: berisi tentang catatan
sumber yang dikutip; ditempatkan pada kaki tulisan atau di akhir keseluruhan
tulisan setelah simpulan (disebut catatan akhir atau end note) dan (2) catatan kaki isi: berisi penjelasan, komentar
terhadap konsep yang kita kutip atau catatan tambahan yang sifatnya melengkapi
tulisan.
1. Kutipan
Disertai Catatan kaki
Skripsi,
tesis, disertasi, dan makalah ilmiah yang lebih dari sepuluh halaman sebaiknya
menggunakan catatan kaki. Pemikiran yang mendasari penggunaan catatan kaki
adalah: (1) menunjukkan bobot ilmiah yang lebih tinggi; (2) menunjukkan
kecermatan yang lebih akurat; (3) memudahkan penilaian penggunaan sumber data;
(4) mencegah pengulangan penulisan data pustaka; (5) memudahkan pembedaan data
pustaka dan keterangan tambahan; (6) memungkinkan ketelitian sumber data lebih
akurat; (7) meningkatkan estetika penulisan.
Pengetikan
catatan kaki isi merupakan salah satu konvensi penulisan. Adapun tekniknya
adalah sebagai berikut.
(1)
Catatan kaki harus ditulis pada tempat yang sama dengan
pencantuman nomor catatan kaki.
(2)
Nomor harus ditempatkan dengan menggunakan angka Arab dan
berurutan tiap bab.
(3)
Pergantian bab diikuti pula dengan pergantian nomor catatan
kaki.
(4)
Nomor
(5)
diletakkan setengah spasi di atas teks (superscript).
(6)
Jarak ketik antarbaris satu spasi.
(7)
Jarak ketik antarnomor (sumber) dua spasi.
(8)
Jenis ataupun ukuran huruf catatan kaki dapat dibuat berbeda
dari jenis dan huruf pada naskah.
Contoh:
1Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), halaman 273.
2Gorys
Keraf, Komposisi, (Ende: Nusa Indah,
1980), halaman 229.
Penulisan
catatan kaki untuk data publikasi yang sama atau sumber yang pernah dikutip
menggunakan istilah-istilah berikut.
1.
Ibid., singkatan dari ibidem yang berarti ‘sama dengan di
atas’. Istilah ini digunakan untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan
catatan kaki yang tepat di atasnya dan belum diselingi oleh sumber lain.
2.
Op.Cit., singkatan dari opere
citato yang berarti ‘dalam karya yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan
untuk catatan kaki lain dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah
disisipkan catatan kaki lain dari sumber lain.
3.
Loc.Cit., singkatan dari loco citato yang berarti ‘tempat yang
telah dikutip’. Istilah ini digunakan jika kita mengutip kembali karya yang
terdahulu dengan halaman yang sama.
Contoh:
1Kasali, Manajemen Periklanan, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995), hlm.
19.
2Ibid., hlm. 4.
3Ismiani,
“Kreatif: Citra Utuh Sebuah Merek” (http: www.cakram.com.juni00/kreatifhtm),
hlm. 2 (22 November 2000).
4Kasali,
Op.Cit., hlm. 67.
5Kasali,
Loc.Cit.
2. Kutipan
Tanpa Catatan Kaki
Artikel
dan makalah pendek (kurang dari sepuluh halaman) yang tidak menggunakan catatan
kaki dapat menggunakan data pustaka dalam teks. Pemikiran yang mendasari,
antara lain: (1) artikel lazim dimuat dalam surat kabar dan majalah populer;
(2) ruang untuk menuliskan catatan kaki dan bibliografi terbatas; (3) penulisan
cenderung menggunakan ragam populer; (4) pembaca artikel bermacam-macam latar
belakang ilmu pengetahuan; (5) pertimbangan akademis bukan unsur utama karena
yang dipentingkan fungsi informasi; (6) surat kabar dan majalah mengutamakan
efektivitas dan efisiensi, setiap baris/kolom diperhitungkan secara komersial;
(7) pemuatan catatan kaki dan bibliografi dinilai memboroskan ruang, yang dapat
memperkecil nilai komersialnya; (8) penulisan artikel yang pendek tidak
menuntut catatan kaki dan bibliografi yang banyak.
Data
pustaka dalam teks dapat ditempatkan pada awal kutipan atau pada akhir kutipan.
Data pustaka yang dituliskan adalah: (1) pencipta ide, (2) penulis buku, (3)
nama buku, (4) tahun, dan (5) halaman.
Contoh:
a. Data
pustaka pada awal kutipan
Howard Gardner dalam Daniel Goleman, Inteligence Emotional, (2001: 166)
mengidentifikasi kecerdasan antarpribadi berdasarkan keterampilan esensial
dalam (1) mengorganisasi kelompok, (2) mencegah konflik dalam merundingkan
pemahaman, (3) empati dalam menjalin, mengenali, dan merespons hubungan
pribadi, (4) mengungkapkan perasaan dan keprihatinan secara tepat, (5)
melakukan analisis sosial dalam mendeteksi perasaan orang lain menuju bentuk
terbaik sehingga diperoleh suatu ketajaman antarpribadi, dan (6) memanfaatkan
unsur pembentuk daya tarik, keberhasilan sosial, dan karisma.
b. Data
pustaka pada akhir kutipan
Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan
untuk memahami orang lain apa yang memotifasi mereka, bagaimana mereka bekerja,
bagaimana bekerja bahu-membahu dengan mereka. Sedangkan kecerdasan intrapribadi
adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri sendiri yang
teliti dan mengacu pada diri sendiri serta kemampuan menggunakan model untuk
menempuh kehidupan yang efektif. (Howard Gardner, Multiple Inteligence, dalam Daniel Goleman, Inteligence Emotional, 2001: 52).
3. Singkatan-Singkatan
Singkatan
yang lazim digunakan dalam penulisan catatan kaki:
a.b. : alih bahasa
[Sic!] : seperti pada
aslinya, digunakan untuk menunjukkan bahwa kesalahan terdapat pada naskah
aslinya
Cf. atau conf. : confer,
bandingkan
Chap. : chapter,
bab
dkk. : dan kawan-kawan
Ed., ed. : Editor (penyunting), edisi
et seq atau et seqq : et
sequens atau et sequentes, dan
halaman berikutnya
et.al. : et alii,
dan lain-lain, untuk menggantikan pengarang yang tidak disebut
Hlm., hlm., atau h. : halaman
Ibid. atau ibid. : ibidem,
sama dengan di atasnya
Infra : di bawah, lihat pada artikel atau karangan
yang sama di bawah
Loc.Cit. atau loc.cit. : Loco
Citato, pada tempat yang telah dikutip
Op.Cit. atau op.cit. : Opere
Citato, dalam karya yang telah dikutip
Passim : tersebar di sana-sini, bahan yang digunakan
berada dalam berbagai sumber
ser. : seri
supra : di atas, sudah disebutkan lebih dulu pada teks
yang sama
terj. : terjemahan
Vol. : volume atau jilid
C. Bibliografi/Daftar Pustaka
Istilah bibliografi atau daftar pustaka
berasal dari bahasa Yunani bibliographie
yang berarti ‘menulis buku-buku’. Makna dari istilah tersebut kemudian
berkembang seiring dengan perkembangan media informasi. Bibliografi tidak hanya
tempat untuk menuliskan sumber rujukan yang berasal dari media cetak (jurnal,
majalah, surat kabar, buletin, skripsi/tesis/disertasi, makalah, diktat,
manuskrip), tetapi juga yang berasal dari media elektronik (mikrofilm, iklan
tv, rekaman naskah siaran radio/tv/wawancara, dan sumber-sumber yang diambil
dari internet).
Data yang perlu dicatat dari sumber bacaan
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Data bibliografis
(nama pengarang/penulis)
a. nama pengarang
disusun secara alfabetis
b. gelar akademis
tidak perlu dicantumkan
c.
gelar kebangsawanan, kasta, atau gelar adat yang sudah menyatu dengan
nama seperti Raden Ajeng Kartini, I Gusti
Panji Tisna, Sultan Takdir Alisjahbana tidak perlu dihilangkan
d.
penulisan nama pengarang pertama dimulai dari nama keluarga (first name) atau dibalik, kecuali untuk
nama-nama yang berasal dari rumpun Cina
e. nama
pengarang yang terdiri atas satu kata ditulis tetap, misalnya: Soekarno
f. nama
pengarang yang terdiri atas dua kata ditulis dengan urutan terbalik, misalnya:
Lamuddin Finoza menjadi Finoza, Lamuddin
g. nama
pengarang yang terdiri atas tiga kata, urutannya menjadi sebagai berikut: kata
ketiga menjadi urutan pertama, kata pertama menjadi urutan kedua, dan kata
kedua menjadi urutan ketiga. Misalnya: Sultan Takdir Alisjahbana menjadi
Alisjahbana, Sultan Takdir
h. nama
pengarang yang dimulai dengan Mc.M. atau Mac. Disusun secara alfabetis sebagai
Mac., misalnya: John London McAdam menjadi McAdam, John London
i. nama
yang dimulai dengan St. atau Ste. Disusun secara alfabetis sebagai Saint atau
Sainte, misalnya: St. Agustinus menjadi Agustinus, St.
j. nama-nama
gabungan tidak ditulis terpisah, misalnya: Henry Saint-Simon menjadi
Saints-Simon, Henry
k. jika
sumber ditulis lebih dari satu orang, hanya nama pengarang pertama saja yang
ditulis dengan urutan terbalik
l. jika
sumber ditulis oleh lebih dari tiga nama pengarang, cukup nama pengarang
pertama saja yang dicantumkan dan tambahkan dkk. atau et. al.
m. jika
pada sumber tidak tercantum nama pengarang, cantumkan nama editor atau
penyuntingnya. Jika nama itu pun tidak ada, cantumkan nama badan, lembaga, atau
instansi yang bertanggung jawab atas publikasi
2. Judul atau nara
sumber
a. judul
sumber yang berupa buku, kamus, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan surat kabar
harus dicetak miring (italic) atau
diberi garis bawah
b. jika
sumber berasal dari artikel/makalah/diktat/skripsi/disertasi, judul harus
diapit oleh tanda petik (“…”)
c. setiap
awal kata dalam judul sumber ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan,
kata penghubung, atau kata-kata yang tergolong rumpun kata tugas
3. Nomor atau seri
penerbitan (jika ada) ditulis setelah judul
4. Edisi atau
cetakan (jika ada) harus dicantumkan
5. Impresum (tempat,
nama, dan tahun penerbitan).
6. Teknik
pengetikannya adalah:
a. nama pengarang
b. tanpa nomor urut
c. jarak ketik
antarbaris dalam satu sumber satu spasi
d. jarak ketik
antarsumber dua spasi
e. huruf pertama dari
baris pertama masing-masing sumber diketik tepat pada margin kiri tanpa
indensi, sedangkan untuk baris berikutnya indensi 5–7 karakter.
Contoh:
Cara I:
Buku
Karya satu pengarang
Simanjuntak, Tiur L.H. Dasar-Dasar
Telekomunikasi. Bandung: Alumni, 1993.
Karya dua pengarang
Manning, Aubrey and Marian Stamo Dawkins. An Introduction to Animal Behaviour. Ed.
4. New York: Cambridge University Press, 1993.
Karya tiga pengarang
Brett, P.D., S.W. Johnson, and C.R.T. Bac. Mastering String Quartets. San
Fransisco: Amati Press, 1989.
Karya lebih dari tiga
pengarang
Marcus, Charlotte, Jerome Waterman, Thomas Gomez, and
Elizabeth DeLor. Investigation into the
phenomenon of Limited-Field Criticsm. Boston: Broadview Press, 1990.
Atau
Ketchum, Wanda and others. Batering Husbund: Cornered Wives. Cincinnati: Justice and Daugters,
1990.
Karya tanpa pengarang
The lottery. London: J. Watts,
1732.
Karya badan korporasi
(institusi)
Special Libraries Association. Directory of Business Financial Services. New York: Special
Libraries Association, 1963.
Karya editor (sama
seperti karya berpengarang)
Anderson, J.N.D., (ed.). The
World’s Religions. London: Inter-Varsity Fellowship, 1950.
Jenis Dokumen Laporan
Nama pengarang
Postley, John H. Report
on Study of Behavioral Factors in Information Systems. Los Angeles: Hughes
Dynamics, 1960.
Nama ketua panitia
Report of The
Committee on Financial Institutions to the President of the United States. By Walter W.
Heller, Chairman. Washington, D.C.: Government Printing Office, 1963.
Jenis Dokumen
Prosiding
Industrial Relation Research Association. Proceedings of Third Annual Meeting.
Madison, Wis.: n.p., 1951.
Jenis Dokumen Buku
Tahunan
Diterbitkan oleh
departemen (terbitan pemerintah)
U.S. Department of Agriculture. Yearbook of Agriculture, 1941. Washington, D.C.: Government
Printing Office, 1941.
Artikel dalam buku
tahunan
Wilson, G.M. “A Survey of the Social and Business Use of
Arithmetic”. Second Report of the
Committee on Minimal Essentials in Elementary-School Subjects, in Sixteenth
Yearbook of the National Study of Education, pt. 1. Bloomington, III:
Public School Publishing Co., 1917.
Jenis Dokumen Jurnal
atau Majalah
Artikel dalam jurnal
Swanson, Don. “Dialogue with a Catalogue”. Library Quarterly 34 (December 1963):
113-25.
Artikel dalam majalah
Tuchman, Barbara W. “If Asia Were Clay in the Hands of the
West”. Atlantic. September 1970.
Pp.68–84.
Jenis Dokumen
Ensiklopedia
Signed artikel
Encyclopaedia
Britanica.
11thed. S.v. “Blake, William”’ by W. Comyns-Carrs.
Unsigned artikel
Encyclopaedia
Americana.
1963 ed. S.v. “Sitting Bull”.
Jenis Dokumen Surat
Kabar
“Amazing Amazon Region”. New York Times. 12 January 1969, sec. 4,
p. E11.
Jenis
Dokumen Mikroform (repreduksi)
Chu, Godwin C., and Schramm, Wilbur. Learning from Television: What the Research Says. Bethesda, Md.:
ERIC Document Reproduction Services, Ed. 014900, 1967.
Jenis Dokumen yang
tidak dipublikasikan
Koleksi Manuskrip
Washington, D.C. National Archives. Modern Military Records
Division. Record Group 94. Gen. Joseph C. Castner, “Report to the War
Department”, 17 January 1927.
Thesis dan Paper lain
Philips, O.C., Jr. “The Enfluence of Ovid on Lucan’s Bellum
civile”. Ph.D. dissertation, University of Chicago, 1962.
Luhn, H.P. “Keyword-in-Context Index for Technical
Literature”. Paper presented at the 136th meeting of the American
Chemical Society. Atlantic City, N.J., 14 September 1959.
Jenis Dokumen Hasil
Wawancara
Nought, John. Primus Realty Company, San Jose, California.
Interview, 12 May 1962.
Cara II:
Bagus, Lorens. 1991. “Fenomenologi Pengetahuan Bahasa”.
Diktat Mata Kuliah Filsafat Bahasa, Fakultas Filsafat Pascasarjana Universitas
Indonesia.
Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi
Bahasa Indonesia. Cet. Ke-7. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Fokker, A.A. 1970. Pengantar
Sintaksis Bahasa Indonesia. Diindonesiakan oleh Djonhar. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Nasution, Andi Hakim. “Dua Jenis Ilmu Dasar”. Kompas, 28 September 2001.
Sari, Mayang. “Mitos Kontemporer Iklan: Suatu Kajian
Semiologis dalam Perspektif Filosofis”. Tesis Pascasarjana Universitas
Indonesia, 1996.
-----------. 1998. “Parfum Pria Menggoda Wanita: Realita
atau Utopia” dalam Wanita dan Media:
Konstruksi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru. Idy Subandi Ibrahim dan
Hanit Suranto (Ed.). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aturan
penulisan sumber yang berasal dari media elektronik adalah (1) nama nara
sumber, (2) jenis media, (3) tanggal pengumpulan data (wawancara, rekaman
radio/tv, atau tanggal mengakses internet).
Contoh:
Auer, Nicole J. Bibliography on Evaluating Internet
Resources. <http://reserver.lib.vt.edu:80/libinst/critthink.htm>.(23 Januari 1997).
http://Cakram.com/juni00/kreatif.htm
(20
Juni 2000).
#Kasali, Renald. Radio Trijaya FM. Jakarta, 4 Oktober 2001.
SUMBER
PUSTAKA
1.
Amran Tasai.
2000. Cermat Berbahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
2.
Dendy Sugondo.
1989. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
PT Priastu.
3.
Dendy Sugondo. 2004.
Berbahasa Indonesia dengan Benar. Edisi
Revisi. Jakarta: Puspa Swara.
4.
Depdiknas, Dirjen
Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan. 2006. Diktat. “Acuan Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Bahasa Indonesia”. Jakarta.
5.
Lamuddin Finoza.
2003. Komposisi Bahasa Indonesia untuk
Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
6.
Maidar, dkk.
1999. Pembinaan Keterampilan Menulis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
7.
Pusbinbangsa.
2003. Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.
Jakarta: Balai Pustaka.
8.
Pusbinbangsa.
2003. Pedoman Pembentukan Istilah.
Jakarta: Balai Pustaka.
9.
Pusbinbangsa.
2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
10.
Pusbinbangsa.
2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi ke-2. Jakarta: Balai Pustaka.
11.
Sri Suharmini W.
“Tips untuk Mahasiswa: Penulisan Bibliografi”. Komunika: Media Komunikasi Civitas Akademika Universitas Terbuka.
Nomor 29/Tahun IX/2002. Hlm. 58–59.
12.
Suparno dan
Mohammad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar
Menulis. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
13.
Tim Penulis
Bahasa Indonesia UT-ASMI. 2002. Buku
Materi Pokok Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
14.
Widjono Hs. dan
Sintowati Rini Utami. 2003. Bahasa
Indonesia: Materi Ajar MPK di PT. Jakarta: FIS UNJ.
15.
Widjono Hs. 2005.
Bahasa Indonesia: Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CONTOH-CONTOH
A.
Ragam Bahasa
1. Ragam Bahasa Lisan
a. Bentuk Kata
1) Nia sedang baca surat kabar.
2) Ari mau nulis surat
3) Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
b. Struktur Kalimat
1) Mereka tinggal di Menteng.
2) Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
3) Saya akan tanyakan soal itu.
c. Kosa Kata
1) Ariani bilang kita harus belajar.
2) Kita harus bikin karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak.
2. Ragam Bahasa Tulis
a. Bentuk Kata
1) Nia sedang membaca surat kabar.
2) Ari mau menulis surat
3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
b. Struktur Kalimat
1) Mereka bertempat tinggal di Menteng.
2) Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas.
3) Akan saya tanyakan soal itu.
c. Kosa Kata
1) Ariani mengatakan bahwa kita harus
belajar.
2) Kita harus membuat karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
B.
Kalimat Efektif
1.
Salah:
Pada
tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah
pria.
Benar: Tabel di
atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah pria.
Alasan: tidak
mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat, dan/atau
objek.
2.
Salah:
Gadis
itu jalan-jalan di sungai.
Alasan: tidak sesuai dengan tata
nilai masyarakat Indonesia karena tidak cocok dengan logika penutur bahasa
Indonesia.
3.
Kata
adalah, ialah, dan merupakan
Kata adalah, ialah, dan merupakan juga
dapat digunakan sebagai penanda suatu kalimat. Dengan kata lain, suatu
pernyataan yang di dalamnya terdapat satu dari ketiga kata itu menunjukkan
bahwa pernyataan itu merupakan kalimat.
a.
1)
Hipotek adalah jaminan kekayaan.
2) Hipotek ialah jaminan kekayaan.
3) Hipotek merupakan jaminan kekayaan.
b. 1) Kekayaan
itu ialah harta benda milik.
2) Kekayaan itu adalah harta benda milik.
3) Kekayaan itu merupakan
harta benda milik.
c. 1) Rumah merupakan
harta benda milik.
2) Rumah adalah
harta benda milik.
3) Rumah ialah harta benda milik.
Dalam ketiga
contoh tersebut kata adalah, ialah, dan merupakan dapat dipertukarkan. Namun, tidak dalam semua kalimat
ketiga kata penanda predikat itu dapat dipertukarkan. Kebanyakan pernyataan
yang menggunakan kata adalah
merupakan definisi (batasan).
d.
Neutron
adalah partikel tanpa muatan listrik.
Kalimat d merupakan kalimat definisi.
Dalam hal itu kata adalah masih dapat
diganti dengan kata ialah, tetapi
tidak dapat diganti dengan merupakan.
Penggantian adalah dengan merupakan menimbulkan perbedaan
informasi, yaitu menimbulkan makna kalimat d itu sebagai deskripsi/uraian
tentang neutron. Kira-kira dapat
dioposisikan dengan makna pasif ‘neutron
dirupakan oleh partikel tanpa muatan listrik’, sedangkan pemakaian adalah atau ialah mempunyai makna ‘neutron
sam dengan partikel tanpa muatan listrik’. Dalam contoh berikut kata adalah tidak dapat diganti dengan kata merupakan.
e.
1) Laki-laki tua itu adalah dosen psikologi.
2)
Laki-laki
tua itu merupakan dosen psikologi.
Kalimat e.2) tidak tepat, tetapi kalimat f
berikut dapat dibenarkan.
f. Laki-laki tua itu merupakan contoh orang tua yang berhasil
mendidik anaknya.
Penggunaan kata
ialah untuk mengganti kata adalah dalam kalimat e.1) juga tampak
janggal karena kata ialah berfungsi
menjelaskan, bukan definisi, sehingga nomina di sebelah kiri kata ialah dapat dipertukarkan dengan nomina
di sebelah kanan kata ialah.
e. 3) Laki-laki tua
itu ialah dosen psikologi.
4) Dosen
psikologi ialah laki-laki tua itu.
Kebanyakan
pernyataan yang menggunakan adalah
merupakan batasan (definisi), sedangkan penanda predikat ialah lebih banyak membuat nomina (‘sesuatu’) di sebelah kiri
(subjek) identik (sama) dengan nomina (‘sesuatu’) di sebelah kanan penanda
predikat ialah. Namun, kadang-kadang
penanda predikat adalah dan ialah dapat dipertukarkan, sedangkan
penanda predikat merupakan kebanyakan
dipakai untuk mendiskripsikan/menguraikan nomina (‘sesuatu’) yang ada di
sebelah kiri penanda predikat merupakan.
4. Kesalahan Diksi
a. Pemakaian kata tidak tepat
(1) Salah : Hasil daripada penjualan saham akan digunakan
untuk memperluas bidang usaha.
Benar : Tulisan itu
lebih baik daripada tulisan saya.
Alasan: daripada
digunakan untuk membandingkan dua hal.
(2) Salah : Anak daripada
keluarga yang berdisiplin akan melahirkan generasi yang tangguh.
Benar : Anak keluarga yang berdisiplin akan melahirkan
generasi yang tangguh.
b. Penggunaan kata
berpasangan
(1) Salah : Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak
terjadi transaksi jual beli.
Benar : Baik
pedagang maupun konsumen masih
menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
(2) Salah : Bukan
harga sembilan bahan pokok yang mengalami kenaikan harga tetapi harga produk yang menggunakan bahan baku impor.
Benar : Bukan
harga sembilan bahan pokok yang mengalami kenaikan, melainkan hasil produksi yang menggunakan bahan baku impor.
(3) Salah : Sebagian pedagang tidak menaikkan harga melainkan
menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan berapa persen
kenaikan harga dapat dilakukan.
Benar : Sebagian
pedagang tidak menaikkan harga, tetapi menimbun sebagian barang
dagangannya sampai ada ketentuan berapa persen kenaikan harga dapat dilakukan.
(4) Salah : Antara
kemauan konsumen dengan kemauan
pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan kenaikan harga.
Benar : Antara kemauan konsumen dan kemauan pedagang terdapat perbedaan
dalam penentuan harga.
c. Penggunaan dua kata
(1) Salah : Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
Benar : Peningkatan
mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah kewajiban
kita semua.
Peningkatan
mutu penggunaan bahasa Indonesia merupakan
kewajiban kita semua.
(2) Salah : Agar
supaya kita dapat mencapai hasil yang baik marilah kita bermusyawarah dulu.
Benar : Agar kita
dapat mencapai hasil yang baik, marilah kita bermusyawarah dulu.
Supaya kita dapat mencapai hasil yang
baik, marilah kita bermusyawarah dulu.
(3) Salah : Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu
sumber daya manusia demi untuk masa
depan bangsa Indonesia.
Benar: Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu
sumber daya manusia kita untuk masa
depan bangsa Indonesia.
(4) Salah : Peningkatan mutu tersebut memerlukan
keterlibatan para ahli dalam berbagai bidang ilmu, seperti misalnya ahli kedokteran, ahli pendidikan, ahli komunikasi,
dan lain-lain.
Benar : Peningkatan mutu tersebut memerlukan
keterlibatan para ahli dalam berbagai bidang ilmu, seperti ahli kedokteran, ahli pendidikan, dan ahli komunikasi.
Peningkatan
mutu tersebut memerlukan keterlibatan para ahli dalam berbagai bidang ilmu, misalnya ahli kedokteran, ahli pendidikan,
dan ahli komunikasi.
(5) Salah : Bersama surat ini saya lampirkan daftar nama-nama calon peserta penataran
guru.
Benar : Bersama surat ini saya lampirkan daftar calon peserta penataran guru.
Bersama
surat ini saya lampirkan nama-nama
calon peserta penataran guru.
d. Penghubung
antarkalimat dan kata maka
Kata maka sering menyertai ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti sehubungan
dengan itu maka, oleh karena itu maka,
dengan demikian maka, setelah itu maka, jika demikian maka, sebagaimana telihat pada contoh-contoh berikut.
(1) Salah
: Sehubungan
dengan itu maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya
simpulannya terandalkan.
Benar : Sehubungan
dengan itu, suatu penelitian
harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
Maka, suatu penelitian harus dibatasi
secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
(2) Salah : Oleh
karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi
lapangan.
Benar : Oleh
karena itu, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi
lapangan.
Maka, perencanaan penelitian harus
disusun berdasarkan observasi lapangan.
(3) Salah : Dengan
demikian, maka rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
Benar : Dengan
demikian, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
Maka, rencana yang disusun dapat
dilaksanakan dengan baik.
(4) Salah : Setelah
itu, maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Benar : Setelah
itu, peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Maka, peneliti dapat menyusun rencana
penelitian tahap berikutnya.
(5) Salah : Jika
demikian, maka penelitian tidak
akan menemukan hambatan.
Benar : Jika
demikian, penelitian tidak akan menemukan hambatan.
Maka, penelitian tidak akan menemukan
hambatan.
e. Peniadaan preposisi
(1) Salah : Mereka
pergi luar kota beberapa hari yang
lalu.
Benar : Mereka pergi
ke luar kota beberapa hari yang lalu.
(2) Salah : Mahasiswa
di kelas ini terdiri 20 pria dan 25
wanita.
Benar : Mahasiswa di kelas ini terdiri atas 20 pria dan 25 wanita.
(3) Salah : Jumlah
itu sesuai keadaan dan fasilitas yang
tersedia.
Benar : Jumlah itu sesuai
dengan keadaan dan fasilitas yang tersedia.
(4) Salah : Penambahan
daya tampung tergantung fasilitas
yang tersedia.
Benar : Penambahan daya tampung tergantung pada fasilitas yang tersedia.
(5) Salah : Kami tertarik
kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon mahasiswa baru.
Benar : Kami tertarik
pada kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon mahasiswa
baru.
5. Kesalahan Ejaan
SOAL-SOAL LATIHAN
A. EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Perhatikan Ejaan Berikut Kemudian Perbaikilah!
1.
mi-nu-man
2.
ins-truk-tur
3.
bangk-rut
4.
rahmatmu, ya
Allah
5.
ber-gu-ra-u
6.
seAsia Tenggara
7.
Perang Dunia ke
II
8.
dikamarnya
9.
peng-Indonesiaan
10.
Maha tahu
11.
di PN kan
12.
mencharter
13.
28 Pebruari 1989
14.
aktip
15.
Jakarta, 5
Nopember 1987
16.
Rp 300,- perbuah
17.
masalah ghaib
18.
lahir dan bathin
19.
jamu tradisionil
20.
non blok
21.
2 s/d 5 Maret
22.
export
23.
bertepuktangan
24.
Pemberi tahu
25.
Ke-Tuhan-an
26.
200 butir telur
27.
kesana sini
28.
semi professional
29.
taxi
30.
kordinator
31.
harian Tempo
32.
diorganisir
33.
efficient
34.
segi moril dan
spiritual
35.
segi kwalitas dan
segi kwantitas
36.
aktifitas
37.
keluaran tahun 80
an
38.
prosentase
39.
metoda
40.
echelon
41.
kondite
42.
Badrun SH MH
43.
Suripto SA
44.
be-la-jar
45.
tuna karya
46.
d.s.b.
47.
pertanggungan
jawab
48.
ke tidak adilan
49.
ber-K.T.P.D.K.I.
50.
sudah di sk kan
51.
C.V. Berkah
52.
tidak dilegalisir
53.
purna bakti
54.
Pasien itu
dirumah sakitkan
55.
Kami belajar
melintasi Teluk
56.
Al-Qur’an
57.
ke
Belanda-Belandaan
58.
letnan Jono
59.
nabi Muhammad
60.
sultan Hamid II
61.
exekutip
62.
Lihatlah kedepan
63.
5 orang mahasiswa
64.
Pendidikan bagi
anak-anak tuna rungu
65.
Jangan engkau
sebarluaskan berita kosong itu.
66.
berdasakan
Undang-Undang
67.
Ia dilantik
menjadi Menteri
68.
atas rahmatNya
69.
Prof. Dr. Ir.
Slamet S.H.
70.
koran Tempo
71.
Ins-truk-tur
tehnik
72.
Dimana engkau
tinggal?
73.
Dari pada diam
lebih baik bekerja.
74.
Saya membeli 35
l. bensin.
75.
Uang tigaratus
rupiah
76.
bis antar kota
77.
mempertanggung-jawabkan
78.
maha kuasa
79.
model utara
modern
80.
Sekalipun ia
belum pernah kuliah.
81.
Kami masuk satu
persatu
82.
Hari jadinya yang
ke sepuluh
83.
Panca Krida
Kabinet
Pembangunan VI.
84.
Berdoa itu adalah
Ibadah
85.
Buku karya A.A.
Navis berjudul JODOH
86.
Sekali pun
begitu, saya tetap menyetujuinya.
87.
Kepada Yth. Tuan
Amir Syarifudin Jakarta
88.
Yth. Bapak Rektor
UNJ
89.
Bapak DR. Ing.
Wardiman Djajanegara
90.
Apa kabar paman?
Tanyaku
91.
Dia berkata: “Aku
cinta kepadamu”
92.
Satu kalipun ia
belum pernah datang.
93.
Tujuhpuluh orang
undangan akan hadir.
94.
Walau pun ia kaya
ia tidak sombong
95.
Biaya penelitian
itu Rp 2500.000
96.
Pada hal saya
sudah menutup pintu itu.
97.
Dimana rumah pak
camat?
98.
Pak Ali guru kami
belum menikah
99.
“Di mana rumahmu,
dik?”
100.
Dia berpendapat, bahwa
argumentasinyalah
yang benar.
101.
Jadi persoalannya
tidak semudah itu.
102.
Ruangan ini tidak
mempunyai kursi, meja dan
lemari
103.
Kampus itu
terletak di jalan Ponegoro 1/15.
104.
Pada tahun 70 an
perusahaan itu sangat jaya
105.
kesana
106.
dalam Bahasa
Inggris
107.
Ia menjadi
Gubernur di daerahnya
108.
Paku alam ke-VI
109.
kwitansi
110.
Fakultas
Psychologi
111.
Apotik Waras
112.
menurut hukum formil
113.
Buku itu disusun
oleh Usman d.k.k.
114.
Saya disinar
dengan sinar X
115.
selat Sunda
116.
semua Departemen
117.
kecelakaan
lalulintas
118.
sebagai
jurubicara
119.
kejuaraan antar
club
120.
sebelah Timur
Jakarta Timur
121.
tidak
terorganisir
122.
antar provinsi
123.
anggota FKP di
D.P.R.
124.
sub sistem
125.
Kongres bahasa
Indonesia ke-V
Evaluasi:
Perhatikan ejaan kata-kata berikut ini kemudian berilah tanda
cek (√) pada ejaan yang Anda anggap benar dan tanda silang ( X ) pada ejaan
yang Anda anggap salah!
1. (
) Di mana rumah saudara?
2. (
) prog-ram
3. (
) Kami tinggal di sebelah Utara
Jakarta Utara.
4. (
) Apa maksudmu?.
5. (
) Tahun ini ia pergi naik Haji.
6. (
) Yth. Bapak Badu Amin
7. (
) Yth. Bapak Gubernur DKI
Jakarta
8. (
) ultraviolet
9. (
) autopsi
10. (
) Saya tinggal di R.T. 07.
11. (
) Kemarin ia dilantik menjadi
bupati.
12. (
) Ia dilantik sebagai Bupati
Jawa Barat.
13. (
) Ibu membeli 2 ikat bayam, 2
kilo telur dan 2 bungkus nasi uduk.
14. (
) Kemarin kami mengunjungi
museum zoologi.
15. (
) miliar
16. (
) Rp700000,00 per buah
17. (
) Kata Tono, “Saya juga minta
satu”.
18. (
) Saya kuliah di Fakultas Ilmu
Pendidikan.
19. (
) Di UNJ terdapat lima
Fakultas.
20. (
) Ia bukan kekasihku, tetapi
hanya teman.
21. (
) 1.231 orang tewas dalam
peristiwa bom bunuh diri kemarin.
22. (
) pan-Afrikanisme
23. (
) Apa yang kau ambil ?
24. (
) Tuhan yang Maha Pengasih
25. (
) Jakarta, Indonesia
B. Kalimat Efektif
1.
Perbaikilah kalimat-kalimat berikut supaya menjadi kalimat yang bersubjek!
(1)
Dari
hasil pengumpulan data di Jakarta memperlihatkan bahwa jumlah kendaraan di
Jakarta melebihi fasilitas jalan.
(2)
Dalam
rapat pengurus senat mahasiswa kemarin telah memutuskan program baru.
(3)
Dengan
meningkatnya laju perkembangan penduduk memerlukan pula peningkatan lapangan
kerja.
(4)
Bagi
karyawan baru harap segera melapor kepada pemimpin.
(5)
Setelah
di Singapura, di Indonesia mengadakan pameran industri pesawat terbang.
(6)
Kepada
para pengusaha yang ingin mengajukan permohonan kredit harap segera menghubungi
kantor bank terdekat.
(7)
Untuk
menyelesaikan proyek pembuatan jalan laying memerlukan lima ratus tenaga kerja
baru.
(8)
Pada
hasil sensus penduduk tahun lalu menunjukkan bahwa tidak kurang dari 27 juta
penduduk usia 5 tahun ke atas belum dapat berbahasa Indonesia.
(9)
Dengan
penyajian bagan di atas memudahkan pembaca memahami pembahasan ini.
(10) Pada Konferensi APEC 1994 di Istana
Bogor menjadi pusat perhatian dunia.
2. Perbaikilah kalimat-kalimat berikut
menjadi kalimat efektif dan berikan alasan mengapa kalimat-kalimat tersebut
tidak efektif.
(1)
Untuk pengembangan informasi yang baik,
maka harus mempergunakan teknologi modern.
(2)
Di Indonesia melakukan berbagai
pembenahan kebijakan bagi pembinaan
masyarakat ekonomi lemah.
(3)
Karena sudah diketahui sebelumnya polisi
segera menangkap penjahat itu.
(4)
Sesuai pada peraturan si peminjam harus
menaati persyaratan bank.
(5)
Berdasarkan informasi dari penduduk
menunjukkan bahwa kekacauan berpusat pada rumah ketua LSM itu.
(6)
Adalah
merupakan tanggung jawab kita semua untuk menciptakan rasa aman dan tenteram di
masyarakat kita.
(7)
Kita
akan membicarakan tentang pembinaan masyarakat miskin agar bangkit
mengembangkan potensinya.
(8)
Partai yang mana berhasil memenangkan suara legislatif akan berpengaruh
terhadap kebijakan presiden.
(9)
Kampus di mana ia kuliah dulu selalu berada dalam kenangannya.
(10)
Ia pandai. Sehingga selalu mendapat
beasiswa.
(11)
Menurut ahli hukum menyatakan bahwa
ekonomi masyarakat Indonesia akan segera bangkit jika hukum ditegakkan.
(12)
Sulit ditingkatkan kualitas dan
kuantitas produk holtikultura ini.
(13)
Di Jakarta memiliki pusat perdagangan
terbesar di Asean.
(14)
Petani yang bekerja di sawah.
(15)
Mereka mendiskusikan tentang keselamatan
kerja.
3. Cobalah
perbaiki kalimat-kalimat berikut supaya menjadi kalimat-kalimat yang benar.
Buatlah beberapa pilihan perbaikan.
Kesalahan Struktur
(1) Masalah gagasan pemasyarakatan hukum di desa yang saya ingin bicarakan dalam
kesempatan ini.
(2) Untuk memperoleh data/fakta yang lebih
lengkap tentang kasus pengedaran narkotika memerlukan ketelitian dan kesabaran
serta waktu cukup.
(3) Dari
hasil penyelidikan laboratorium kriminal menunjukkan bahwa pelaku tindak
kejahatan itu seorang kidal.
(4) Dengan
meningkatnya pengaruh budaya Barat melalui berbagai media seperti televisi dan
internet, memerlukan pengawasan dan pembinaan generasi muda.
(5) Dalam
pengajuan seorang terdakwa di depan sidang pengadilan meemrlukan data yang
berupa berkas fakta kejadian yang dituduhkan kepada terdakwa.
(6) Menurut
ahli hukum adat menyatakan bahwa setiap warga suatu masyarakat telah mengenal
hukum yang berlaku di daerahnya.
(7) Karena
bukti-bukti pelanggaran tidak dapat ditemukan lagi, maka dia hanya dikenai
sanksi yang berupa denda lima puluh ribu rupiah atas pelanggaran lalu lintas
yang dilakukannya.
(8) Walaupun
tidak memperoleh data/fakta yang lebih lengkap, namun sumbangan yang kau
berikan ini amat berarti bagi pengusutan kasus penyalahgunaan narkotika yang
sedang kami tangani.
(9) ”Kepada
para hadirin dimohon berdiri,” kata hakim ketua itu.
(10) Sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa peranan komunikasi pada zaman sekarang ini sudah
menjadi kebutuhan yang amat penting bagi seluruh kehidupan umat manusia.
(11) Masalah-masalah
hukum adat di masyarakat terpencil yang menarik perhatian para ahli hukum adat
dalam upaya mempelajari hukum adat Indonesia.
(12) Ketika
hakim itu menjawab pertanyaan wartawan mengatakan bahwa sidang akan dilanjutkan
bulan depan.
(13) Dengan
operasi zebra membuktikan bahwa kemacetan lalu lintas dapat kita atasi.
(14) Peraturan
Daerah untuk menata kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, sedang disusun Pemerintah
Daerah setempat, menyangkut detail tata ruang kawasan itu sebagai tindak lanjut
Kepres 48/1984 tentang penanganan khusus pariwisata di wilayah jalur
Jakarta-Bogor-Puncak-Cianjur.
(15)
Disebabkan pengetahuan yang dimiliki warga masyarakat tidak sama, jika
dibandingkan dengan kemajuan ilmu dan teknologi, sehingga hanya sebagian kecil
warga masyarakat yang menguasai teknologi modern.
(16) Dengan
meningkatnya laju perkembangan penduduk di wilayah DKI Jakarta memerlukan pula
peningkatan lapangan kerja, baik oleh pihak swasta maupun pemerintah.
(17) Setelah
penjahat itu ditahan beberapa kali, kembali ke jalan yang benar.
(18) Anak itu
memang pandai dan mendapat bea siswa untuk belajar ke luar negeri.
(19) Positif
diartikan baik, sedangkan negatif bermakna buruk.
(20) Dari
hasil pendataan selama tahun ini menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di
Jakarta melebihi fasilitas jalan.
(21) Berhubung jumlah dokter amat terbatas, jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka sebagian besar penduduk kita tidak
mengenal pengobatan medis.
(22) Untuk
meningkatkan mutu permainan sepak bola kita memerlukan penggarapan yang serius.
(23) Kita
akan bicarakan penurunan bunga pinjaman jangka pendek.
(24) Ketika
dia diangkat sebagai pemimpin cabang, tidak memperlihatkan kelebihan dari yang
lain.
(25) Betapapun
tidak memperoleh imbalan yang cukup, namun demikian petugas itu mau bekerja
melebihi jam kerja yang seharusnya.
(26) Pada Bab
III akan membahas metode penelitian lapangan.
(27) Jika
dapat ditemukan beberapa data lagi, maka gejala pembentukan kata ini dapat
dijadikan kaidah.
(28) Kepada
semua cabang yang menghadapi masalah kemacetan kredit harap secepatnya melapor
ke Pusat.
(29) Meskipun
ekonomi dunia lesu, tetapi pembangunan harus jalan terus.
(30) Berhubung
jumlah wartawan amat terbatas sehingga tidak semua peristiwa penting dapat
diliput.
(31) Tokoh
yang biasa akrab dengan wartawan itu mulai pikun dan pandangannya masih
didengar orang.
(32) Atas
perhatian Anda terhadap penyelesaian masalah kebahasaan ini saya ingin ucapkan
banyak terima kasih.
(33) Pembuatan
peraturan itu harus melibatkan, antara lain (a) ahli kesehatan, (b) ahli
kependudukan, (c) pemilik industri, (d) dan sebagainya.
(34) Agar
pelaksanaan pendidikan bahasa di TK dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan, hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip ini.
(35) Setelah
memenuhi semua persyaratan, kami akan segera mengirimkan karya ilmiah itu.
(36) Untuk
pengembangan informasi yang baik, maka harus mempergunakan teknologi modern,
yaitu komputer.
(37) Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari penduduk menunjukkan bahwa angin topan datang
dari arah selatan lalu berputar ke arah barat.
(38) Setelah
dibahas secara mendalam, peserta seminar itu menyetujui keputusan rapat.
(39) Menurut
ahli botani itu menyatakan bahwa protease adalah enzim yang dapat diabsorpsi
oleh daun.
(40) Setelah
mendengar penjelasan Saudara, dapat disimpulkan bahwa keterlambatan surat kita
bukan disebabkan oleh petugas kita.
Kesalahan Diksi
(1) Setiap
orang pasti akan mengalami masa remaja, di mana pada masa itu kita mengalami
masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa.
(2) Mengingat
betapa besar peranan jantung dimainkan dalam kehidupan Anda, maka sudah
selayaknya apabila Anda memahami cara memeliharanya.
(3) Meteorologi
maksudnya, yaitu ilmu yang mempelajari tentang aliran panas, materi, dan
momentum dalam keadaan ideal pada suatu saat tertentu di atmosfer (atau
sekurang-kurangnya sampai batas tropopause).
(4) Barang
siapa menjual, atau menawarkan, atau menyerahkan barang makanan, atau minuman,
atau obat-obatan yang diketahui bahwa itu palsu, dan menyembunyikan hal itu diancam
dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.
(5) Aksioma yakni kenyataan yang
sudah diterima kebenarannya dengan tidak perlu dibuktikan atau diterangkan
lagi.
(6) Seorang pemimpin perlu
berdialog langsung dengan bawahannya demi untuk pemeliharaan semangat kerja.
(7) Salah satu cara pencegahan
penyakit demam berdarah yaitu abatisasi masal.
(8) Dalam upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat, kita memerlukan sarana, ialah tenaga penyuluh kesehatan,
balai pengobatan, obat-obatan yang memadai, dan dana.
(9) Di dalam pengembangan
sepakbola kita harus memperhatikan sarana, adalah mencari bibit yang unggul,
pelatih yang berbobot, dan dana yang cukup.
(10) Adalah merupakan tugas kita
bersama untuk menjaga kebersihan dan ketertiban.
(11) Sesuai pada peraturan yang
berlaku si peminjam harus menaati persyaratan peminjaman di Bank Indonesia.
(12) Mengenai orang yang mengajukan
permintaan kredit harus ada di Jakarta.
(13) Baik pemilik industri ataupun
masyarakat luas harus membantu mengatasi pencemaran lingkungan.
(14) Di dalam masyarakat timbul
kesenjangan antara masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan masyarakat yang
berpenghasilan tinggi.
(15) Dalam kesempatan ini kita akan
membicarakan tentang peningkatan produksi dalam negeri.
(16) Pengusaha putra Indonesia
maupun pengusaha asing harus membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan
ekspor nonmigas.
(17) Pengembangan industri yang baik
memerlukan sarana, seperti perencanaan yang matang, tenaga yang terlatih, dana
yang memadai, dan sebagainya.
(18) Bank Indonesia tidak menolak
permintaan kredit melainkan menunda permintaan itu sampai keadaan ekonomi
membaik.
(19) Rapat pimpinan menyimpulkan kesimpulan bahwa kita harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.
(20) Oleh karenanya maka industri
pakaian, misalnya, harus memproduksi pakaian-pakaian yang terjangkau masyarakat
kecil.
Kesalahan Ejaan
(1) Kata akhlak,
pelajar, pengantar, dan kilogram
pada ujung baris dipenggal menjadi ak-hlak,
be-la-jar, pe-ngan-tar, dan ki-lo-gram.
(2) Saya membeli dua ekor ayam, tiga kilogram
gula, dan empat liter beras.
(3) Kata dosen saya, ”masalah
bahasa Indonesia itu tidak semudah yang kita bayangkan.”
(4) Tuhan, lindungilah hamba-Mu
ini dan tunjukkanlah ke jalan yang benar.
(5) ”Hari ini,” kata ayah, ”bibi
akan datang bersama Tuti dan Yuni.”
(6) Setelah pergi Haji tahun lalu,
ia dipanggil Pak Haji oleh warga desanya.
(7) Pada hari ini Gubernur seluruh
Indonesia mengikuti rapat kerja nasional di Jakarta.
(8) Bali, yang dijuluki pulau
Dewata di hubungkan dengan selat Bali dari pulau Jawa.
(9) Orang yang tidak mau
ditransmigrasikan, perlu diberi perangsang supaya mau bertransmigrasi.
(10) Begitu diumumkan lulus ujian, dia berhak menyandang gelar Sarjana
Hukum.
(11) Sekali pun belum pernah datang
di rumah saya, dia tahu tempat tinggal saya.
(12) Dia mengatakan bahwa, ”perdana
Menteri Inggris itu mendapat julukan ”wanita besi”.
(13) Pertumbuhan ekonomi masyarakat
pedesaan perlu diarahkan, agar tidak ada kesenjangan antara yang kaya dan yang
miskin.
(14) Untuk mendapatkan fakta yang
lebih lengkap tentang kasus penyelundupan itu diperlukan ketelitian, dan
kesabaran serta waktu yang cukup.
(15) Menurut hemat saya latihan ini
tidak sulit tetapi tidak mudah mencari jawabannya.
(16) Untuk mengatasi pencemaran
limbah diperlukan kerja sama yang baik antara Pemerintah, Pemilik Industri dan
Masyarakat.
(17) Di samping itu pencemaran dapat
diatasi dengan:
a. Meneliti semua industri di
Jakarta.
b. Menyusun peraturan yang
dapat mengikat pemilik industri.
c. Menyadarkan masyarakat
akan pentingnya kebersihan.
(18) Seperti kita ketahui hasil
penelitian hidup bersama sebelum menikah telah merisaukan para orang tua
mahasiswa.
(19) Menurut pakar ekonomi itu
ekonomi Indonesia akan pulih kembali setelah lima tahun.
(20) Jika dapat ditemukan beberapa
bukti lagi penyelesaian kasus ini akan lebih cepat.
(21) Berdasarkan keterangan ahli
psikologi kenakalan remaja merupakan dampak negatif teknologi modern.
(22) Dokter muda lulusan kedokteran
itu mau tinggal di daerah terpencil di pedalaman, meskipun tidak mendapatkan
imbalan yang cukup.
(23) Indonesia sebagai negara bahari
mengajukan konsep hukum laut berdasarkan kenyataan negara kepulauan.
(24) Pada akhir abad ke-XX ini dunia
bersatu dalam menghadapi perekonomian global.
(25) Meteorologi maksudnya, ialah
ilmu yang mempelajari tentang aliran panas materi, dan momentum dalam keadaan
ideal pada suatru saat tertentu di atmosfer (atau sekurang-kurangnya sampai
batas tropopause).
(26) Karena keuangan pemerintah
anggota DPR itu belum mau mengusulkan kenaikan gaji pegawai negeri.
(27) Kata resort sebetulnya sudah dipadankan dengan sanggraloka tetapi orang
lebih suka menggunakan kata Inggris itu diserap menjadi resor.
(28) Istilah real estate pun telah dicarikan padanannya, yaitu lahan yasan. Namun,
orang lebih memilih real estat.
(29) Penggunaan istilah waralaba
untuk francise lebih baik daripada
francis.
(30) Pengindonesiaan istilah clone dan cloning menjadi klona dan pengklonaan, bukan klon dan kloning.
C.
Penyuntingan
Berilah tanda-tanda koreksi pada contoh kata pengantar
berikut.
Kata Pengantar
Penulis mengucapkan alhamdulillah
serta puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala kekuatan dall rahmatNya
jualah penulisan skripsi ini dapat selesai tepat pada wakbunya. Adapun maksud
dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan guna
mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi FISIP UNIVERSITAS INDONESIA.
Pada kesempatan ini pemllis juga ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu
terselenggaranya penelitian dan penulisan skripsi ini.
Ucapan tersebut penulis sampaikm
kepada:
1) Ibu Dra Astrid, dosen pembimbing
yang begitu banyak memberikan bantuan, masukan dan saran;
2) Bapak David Yudha S, Public relation officer P.T. TELKOM
Divre II di Jakarta
3) Bapak Mudjiono dan Bapak Darmanto, Public Relation P.T.
TELKOM Pusat di Bandung;
4) Mama dan Papa tercinta atas segala dukungan, bantuan, dan
doanya
5) Sarah adik tersayang yang penuh perhatian;
6) teman-temanku ADEM PLUS (Atha,
Duma, Menik dan Bowo) terima kasih atas diskusi-diskusinya;
7) terakhir untuk Mas Aan tersayang atas segala dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini
jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca. Akhir kata, penulis mohon maaf jika ada dalam proses penulisan skripsi
ini ada kesalahan pada pihak yang terkait baik langsung maupun tidak langsung.
Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan baru bagi pembaca sekalian.
Jakarta Agustus 2000
Penulis
D.
Teknik Notasi Ilmiah
1. Perbaiki penulisan
kalimat dan data pustaka berikut ini.
a. Gatot
Subrata; 2003; Negara Kesatuan RI; Jakarta; Gramedia.
b. Keraf,
Gorys; 2003; Komposisi; Ende: Nusa Indah; h. 223.
c. Ia
membaca belum buku berjudul Dari A sampai Z.
d. Artikel
Berburu Harta Karun Bung Karno dimuat dalam Kompas 9 Juni 2003.
e. Ia
belum membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang sekali pun tetapi ia telah
mengetahui isinya.
2. Buatlah contoh kutipan.
a. terdiri atas tiga
baris
b. terdiri atas lima
baris
c. saduran
3. Jelaskan perbedaan Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit.
4. Susunlah catatan kaki berdasarkan informasi
berikut ini!
a. Buku
Conducting Educational Research karangan Bruce W. Tuckman. Buku ini diterbitkan
pada tahun 1978 oleh Harcourt Brace Javanovich di New York, hlm. 15.
b. Sebuah
artikel karangan M. Junus Akbar dengan judul Sanggar Kegiatan Belajar: Keadaan
Sekarang dan Prospeknya. Dibuat dalam majalah Analisis Pendidikan, Tahun 1,
Nomor 1, 1980, halaman 20..
c. Dr.
Singgih Dirgagunasa pada tahun 1978 menulis buku Pengantar Psikologi.
Diterbitkan oleh penerbit Mutiara di Jakarta, hlm. 73.
d. Dalam
majalah Intisari 4 Juni 1981 halaman 119 terdapat sebuah artikel berjudul Apakah
Putra Anda Menderita Kleptomania? Artikel ini ditulis oleh Dr. Melly Budhian.
e. Strategi
Kebudayaan adalah buku terjemahan Dick Hartoko dengan pengarang asli Prof. Dr.
C.A. Van Peursen. Diterbitkan di Yogyakarta, hlm. 43.
5. Buatlah
contoh penggunaan Ibid., Op.Cit., dan
Loc.Cit. berdasarkan data pustaka nomor 4.
6. Buatlah bibliografi
berdasarkan data pustaka nomor 4!
7. Salinlah ke dalam
penulisan yang baku data catatan kaki dan bibliografi berikut ini.
a. Prof.
Dr. Gorys Keraf. 1995. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
b. Arifin,
E. Zaenal dan S. Amran Tasai, 1995, Cermat Berbahasa Indonesia, Akademika
Presindo Jakarta.
c. Dornbusch,
Rudiger and Stanley Fischer, Macro Economics, (Sixth Edition, McGraw-Hill, New
York, 1984), p. 78.
d. Allen,
Edward David, dan Rebecca M. Valette, Classroom Technique: Foreign Language and
English as a Second Language, New York: Harcourt Javanich, Inc., 1977.
e. Daniel
Goleman. 2001. Emotional Inteligence. Jakarta (Gramedia) h. 17.
f. Dr.
Widya Utami. Kewirausahaan. (Jakarta: Grasindo). 2003, h. 10.
g. Karibin
Maryono Akhadiah Sabarti. “Pengaruh
Materi Pengajaran Bahasa Indonesia, Lokasi Sekolah dan Jenis Kelamin terhadap
Kemampuan Penalaran Siswa SMP”. Disertasi IKIP. Jakarta, 1983.
h. Maslow,
Abraham H. 1999. Motivasi dan Kepribadian, Jilid 2. Terjemahan oleh Nurul Iman.
Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.
i. Meredith,
Geofrey G. 2000. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Pustaka Binaman Presindo,
Jakarta.
j. Werther,
William B. Jr.; Keith Davis. 1996. Human
Resources and Personal Manajement. Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
8. Perbaikilah catatan kaki berikut ini.
1Prof.
Dr. Satjipto Rahardjo, S.H. 2002. Sosiologi
Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah. (Surakarta: 2002)
Muhammadyah University Press. Halaman 116–122.
2Rahardjo,
Op.Cit.
3Vilhelm
Albert, “The Social Function of Legislation”, dalam Sosiology of Law,
(Albert, ed.), 1969: 116.
4Rahardjo,
Ibid.
5Albert,
Loc.Cit.
|
9. Buatkan contoh bibliografi berdasarkan data
pustaka berikut ini.
No.
|
Judul
Buku/Artikel
|
Pengarang
|
Penerbitan
|
1.
|
Samudra
Pemikiran Al-Gazali
|
Kamran As’ad Irsyady (Penerjemah)
|
Pustaka Sufi; Yogyakarta
|
2.
|
Pembangunan
Perkotaan Berwawasan Lingkungan,
“Manajemen Pembangunan Perkotaan”
|
Suara Karya
|
Suara Karya 22 Juni 1994
|
3.
|
Emotional
Inteligence
|
Daniel Goleman
|
Jakarta, Gramedia, 2001
|
4.
|
Sosiologi
Hukum
|
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H.
|
Surakarta, University Press 2002
|
No comments:
Post a Comment