seperti yang kalian tau, di postingan gw kali ini merupakan tugas kuliah gw dari dosen mata kuliah filsafat... filsafat??? uuuu la la... mata kuliah yang terlalu mengada-ada tapi memang ada... kata dosen gw tuh filsafat ada sebelum ilmu lain ada, ya bisa dibilangnya mbahnya dari semua ilmu lah.... hmmmm....by the way sebelum kalian tertuju langsung pada tugas kuliah gw mending kalian baca dulu kenapa gw bisa bikin paper kaya gini... dosen sih cuma nyuruh gw dan temen-temen yang lain buat cari artikl tentang kebudayaan terus kaitin dah tuh ama apa yang do'i ajarin selama satu semester. yups, paper ini paper buat UAS. keliatan sedehana sih. tapi dosen gw tuh mau yang perfect, kata do'i biar belajarnya gak sia-sia. iyain ajalah biar cepet..... hehe
terus gw ama temen-temen coba cari di koran, alhasil nihil... hufft
terus dilanjutin ke enginering machine tau sendiri lah, mahasiswa yah paling demen kalo nyambangin si mbahnya para civitas academic.. yuppp MBAH GOOGLE.. :)
lah paper yang gw share ini udah berupa paper final nih guys, udah gw serahin pula ke dosen filsafat gw
alhamdulillah dengan bantuan paper gw ini, gw dapet nilai B di KHS gw, yaaa lumayan lah dari pada gw dapet c, ngulang deh kayaa yang lain.. ohh god..
sekian deh guys cuap-cuap gw soal sejarah paper ini, thanks juga buat yang udah nulis artikel asli yang gw pake.. ngebantu banget dah ahh....
selamat membaca
oiyaaa... jangan full lo copy paste mentah-mentah ya!! gw mikir pake otak kali jangan lo main ambiil aje... oke???
Mengungkap Budaya Unik di Balik
Perayaan Cap Go Meh Kota Bengkayang
|
Sihol
Farida Tambunan, SS, M. Hum
|
|
Oleh:
Ika Septia Ningrum 4825xxxxxx
Sosiologi
Pembangunan kelas B
Fakultas
Ilmu Sosial
Universitas
Negeri Jakarta
2014
Mengungkap
Budaya Unik dengan menggunakan kesadaran subjek yang aktif terhadap objek di
Balik Perayaan Cap Go Meh Kota Bengkayang
Seperti
umumnya masyarakat sebagai subyek yang aktif kesadarannya, juga termasuk
ontology karena masyarakat terdiri dari beberapa manusia yang mempunyai wujud, dan dapat ditangkap dengan
indera baik penglihatan, peraba, dan perasa yang termasuk masyarakat Tionghoa
di Indonesia, perayaan Tahun baru Imlek merupakan idealisme, apabila dikaitkan
dengan idealisme menurut Plato, perayaan tahun baru Imlek berawal dari Dunia
Ide dan oleh masyarakat tionghoa dijadikan sebagai peringatan merupakan
implikasi dari Dunia Materi merupakan salah satu tradisi atau berawal dari
sebuah ide atau pemikiran subyek yang aktif dan diterima oleh masyarakat
kemudian dilaksanakan sebagai kebiasaan, yang juga selalu dirayakan yang berarti
empirisme karena selalu dilakukan berulang-ulang tanpa mengolah atau memproses
kembali budaya atau ilmu pengetahuan yang sudah ada tersebut, kesadaran subjek
pasif karena melakukan budaya tanpa mengolah atau memproses terlebih dahulu apa
yang sudah ada oleh seluruh lapisan yang bersifat metafisika karena ‘ada’ yang
berada melampaui alam fisika masyarakat Tionghua di Bengkayang setiap tahunnya.
Dan Cap Go Meh ialah ide subyek yang
secara sadar dan aktif mengolah atau memproses budaya atau ilmu pengetahuan
kemudian melaksanakannya menjadi sebuah tradisi perayaan Budaya yang unik dan
merupakan bagian dari serangkaian perayaan Tahun Baru Imlek tersebut.
Artikel termasuk ontology karena bendanya
kongkrit atau berwujud dan dapat ditangkap dengan panca indera berupa kertas
yang terdapat bacaan akan menceritakan secara res cogitan atau dengan cara
mengajak kita mengingat tentang perisitwa yang sudah pernah terjadi, karena
artikel ini bercerita berdasarkan keadaan yang sudah ada bagaimana kentalnya
tradisi dan budaya Cap Go Meh serta perayaannya yang tergolong unik dan langka
di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Berikut
adalah sedikit mengenai sejarah yang empirisme karena subjek secara pasif menangkap
pengetahuan secara langsung dari objek tanpa mengolah menjadi pengetahuan baru
juga termasuk aposteori karena sejarah sudah pernah terjadi di masa lalu dan pembaca
hanya memperoleh pengetahuan dengan membaca tanpa mengolah atau memproses
kembali menjadi pengetahuan baru bagaimana asal mula Cap Go Meh.
Tahun baru Imlek muncul dari tradisi
masyarakat Tiongkok yang dianggap dengan kesadaran subjek pasif, karena hanya
menerima tanpa memikirkan atau mengolah bagaimana budaya atau ilmu pengetahuan
itu ada atau muncul sebagai ungkapan rasa syukur subjek yang kesadarannya aktif
karena subjek mengetahui apa yang subjek dapatkan kepada Yang Maha Kuasa yang
bersifat metafisika karena bersifat transenden atau melampaui yang ada, abstrak
dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera atas hasil panen yang bersifat ontology
karena berwujud atau kongkrit, dapat di tangkap oleh panca indera misalnya padi
dan jagung dan sekaligus harapan yang bersifat metafisika karena bersifat
abstrak, ‘ada’ namun keberadaannya melampaui alam fisik, rasionalisme karena kesadaran subjek aktif
agar musim berikutnya sebjek memperkirakan terhadap sesuatu yang belum atau
akan terjadi yang disebut apriori memperoleh hasil yang lebih baik atau
axiology atau hakikat yang mengandung nilai moral baik.
Imlek selalu dirayakan selama 15
hari berturut-turut dan hari puncak ke-15 disebut dengan Cap Go Meh. Sehingga
dalam tradisi Tionghoa berarti malam ke-15 merupakan puncak perayaan Imlek dan
Cap Go Meh akan dirayakan secara khusus. Puncak acara Imlek atau Cap Go Meh ini
pun dimaksud untuk menangkal gangguan atau kesialan yang sengaja dilakukan oleh
subjek yang aktif kesadarannya. Pengusiran roh-roh jahat termasuk kedalam
metafisika yang transenden karena melampaui yang ada, juga axiology karena
mengandung nilai moral yang tidak baik dan peniadaan kesialan dalam Cap Go Meh
disimbolkan dalam pertunjukan Tatung.
Apa itu
tatung?
Tatung merupakan ontology karena
media yang dimaksud adalah manusia dan manusia itu berwujud, dan dapat
ditangkap oleh panca indera, metafisika karena selain manusia atraksi ini
melibatkan roh yang bersifat transenden melampaui yang ada dan tidak dapat ditangkap
oleh panca indera merupakan media utama Cap Go Meh.
Atraksi Tatung dipenuhi dengan
mistis dan menegangkan, karena banyak orang yang akan “kesurupan” yang termasuk
metafisika karena melibatkan roh yang bersifat abstrak, dan tidak dapat
ditangkap oleh panca indera, dan merupakan ontology karena melibatkan manusia
sebagai media utama dalam pertunjukkan kemudian oleh roh-roh yang dalam
kepercayaan atau subjek yang aktif kesadarannya termasuk juga metafisika karena
berkaitan dengan sesuatu yang transenden atau melampaui yang ada dalam
kepercayaan orang Tionghoa adalah Dewa-dewa yang termasuk metafisika karena
bersifat transenden, abstrak dan tidak dapat ditangkap dengan indera dan
orang-orang inilah yang disebut Tatung. Upacara pemanggilan tatung yang dilakukan
subjek dengan rasionalismenya dipimpin oleh ketua tatung yang sengaja
mendatangkan roh - roh dewa untuk merasuki orang-orang terpilih tersebut.
Roh-roh yang dipanggil diyakini
sebagai roh-roh baik termasuk metafisika karena bersifat transenden juga teermasuk
axiology karena mengandung nilai moral yang baik yang mampu menangkal roh jahat
yang hendak mengganggu keharmonisan hidup masyarakat dan diyakini merupakan
para tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok, seperti panglima perang, hakim,
sastrawan, pangeran, dan orang suci lainnya.
Roh-roh yang dipanggil hanya akan
merasuki orang-orang terpilih, yang dalam hal ini adalah orang yang merupakan
keturunan dari keluarga yang turun temurun mewariskan yaitu subjek yang aktif
kesadarannya dengan sengaja memberi ilmu kepada keturunannya untuk dapat
dirasuki oleh dewa-dewa, dan mereka yang telah melalui berbagai ritual yang
termasuk ontology karena media yang digunakan dapat berupa buah-buahan, hewan,
ataupun makanan yang merupakan benda kongrit dan dapat ditangkap oleh panca
indera, metafisika karena berhubungan dengan sesuatu yang bersifat transenden
dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera, idealisme karena berawal dari ide
manusia dan telah memenuhi syarat dalam tahapan yang dibutuhkan untuk memiliki
ilmu tersebut. Para Tatung diwajibkan berpuasa dengan keadaan subjek yang sadar
dan menjadi vegetarian selama tiga hari tiga malam sebelum hari perayaan yang
maksudnya agar mereka berada dalam keadaan suci sebelum perayaan.
Dalam atraksinya tepat di hari Cap
Go Meh, Tatung yang sudah dirasuki roh orang meninggal bertingkah diluar
kemampuan manusia normal pada umumnya, ada yang menginjak-injak sebilah mata
pedang atau pisau yang merupakan hylemorphisme yaitu perubahan wujud benda dari
suatu benda menjadi benda lain juga termasuk ontology, karena merupakan benda
kongkrit atau berwujud dan dapat di tangkap oleh panca indera, ada pula yang secara
res extensa atau secara nyata dapat dilihat oleh orang-orang yang menonton
pertunjukkan menancapkan kawat-kawat baja runcing ke pipi kanan hingga menembus
pipi kiri.
Anehnya para Tatung itu secara res
extensa sedikit pun tidak tergores atau terluka ketika benda-benda tajam yang
bersifat ontology karena bersifat kongkrit, berwujud dan dapat ditangkap dengan
panca indera tersebut tertancap di tubuh mereka.
Beberapa Tatung yang lain dengan
lahapnya memakan hewan atau ayam hidup-hidup lalu meminum darahnya yang masih
segar dan mentah. Hal unik lainnya dalam perayaan Cap Go Meh di Bengkayang ini
yaitu arak-arakan tatung tersebut tidak hanya berasal dari etnis Tionghoa,
namun juga mereka dari etnis Dayak juga turut serta menjadi Tatung, mereka
terdorong berpartisipasi karena ritual upacara “Kesurupan” para tatung mirip
upacara adat etnis Dayak.
“Percaya tidak percaya” atau skeptic
atau dengan keragu-raguan subjek yang secara sadar kepada objek mungkin ini
adalah kalimat yang dapat dilontarkan melalui artikel ini, karena memang begitu
adanya, Percaya tidak percaya, begitulah perayaan Cap Go Meh dilakukan di
Kabupaten Bengkayang, dengan berbagai pertunjukan arak-arakan Tatung yang
beratraksi di sepanjang jalanan raya dan menjadi hiburan serta tontonan seluruh
penduduk setempat. Budaya ini dengan keaktifan dan kesadaran subjek akan terus
dilestarikan dan sudah menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia demi
menjaga kekayaan Adat, Tradisi, dan Budaya Negeri Indonesia yang kita cintai
ini.
LIKE, COMMENT AND SUBSCRIBE
Sumber
: http://sosbud.kompasiana.com/2014/10/07/mengungkap-budaya-unik-dibalik-perayaan-cap-go-meh-kota-bengkayang-678773.html
No comments:
Post a Comment